Comment jika kalian menemukan typo :')
Trigger Warning: Cerita ini mengandung konten yang menggambarkan kekerasan, konsumsi obat-obatan, dan interaksi seksual yang eksplisit. Disarankan untuk mempertimbangkan kenyamanan Anda sebelum membaca lebih lanjut.
Author's POV ...
"Luna?" Panggil pria itu dengan nada yang lembut yang cukup membuatnya bingung dengan gerak gerik dan suasana di dalam.
"Ada apa Minho? Kau mencariku seperti biasanya." Ucap Luna masih Minho tatap bayangannya dalam kegelapan.
Luna duduk di samping jendela menatap keluar sana seakan tak menghiraukan keberadaan Minho.
Lagi-lagi Minho dibuat bingung, 'seperti biasanya?' Apa maksud Luna mengatakan hal itu?
"Apa kau lihat Jorge dan yang lainnya?" Tanya Minho berjalan lalu duduk di kasur yang sangat empuk itu.
Sosok Luna dari arah jendela mulai berdiri dan berjalan kearah Minho. Wanita itu bergerak sangat feminim lalu berakhir di samping Minho, menyodorkannya segelas air mineral.
Minho sampai lupa, kapan terakhir kali dia minum di hari ini. Tapi, tunggu sebentar.
"Apa yang kau rencanakan? Kenapa kau menggunakan pakaian seperti itu." Tanya Minho.
Wanita itu mengenakan pakaian putih berbahan satin dengan lengan sejari, membiarkan bajunya jatuh di samping bahunya. Pakaian itu sangat pendek. Minho bisa melihat sedikit bagian bawah yang terangkat ketika wanita itu duduk dan menyodorkan mineral kepadanya.
"Memangnya kenapa? Ini cukup lembut dan nyaman ditubuhku. Kau menyukainya?" Tanya wanita itu.
Minho segera mengambil gelas itu lalu meneguk air di dalamnya.
"Kau tidak cocok mengenakan pakaian itu. Kau tampak seperti jalang profesional yang sedang mencari mangsa." Ucap Minho terkekah kecil.
Luna tertawa dengan anggun, memperlihatkan seberapa feminim dirinya.
"Apa malam ini aku akan mendapatkan ekstra servis darimu? Tuan spesial?" Tanya Luna dengan lancang. Minho tertawa dengan sinis.
"Tentu saja, tidak." Ucapnya singkat. Perlahan kepalanya mulai berat. Sesuatu dalam dirinya seperti ingin meledak jika dihiraukan.
"Ada apa?" Tanya Luna begitu lembut, menyentuh paha Minho. Rasanya seperti tersengat listrik dengan tekanan yang rendah. Minho tampak kaget lalu menjauhkan tangan Luna dari pahanya.
"Jangan sekalipun kau membiarkan tanganmu menyentuhku. Aku kesini hanya untuk menanyakan keberadaan Jorge dan yang lainnya." Jelas Minho dengan tegas.
"Mereka sedang bersenang-senang, Minho." Jawab Luna mulai mendekat kearah Minho.
Tak sengaja Matanya tertuju pada beberapa bagian yang mencolok dari Luna, semakin dia mendekat, semakin jelas pengelihatannya.
Minho kebingungan dengan respon tubuhnya. Tapi kenapa? Dia hanya akan merasakan hal yang sama ketika pada saat medis memberinya obat perangsang. Minho akhirnya sadar apa yang terjadi padanya.
"Brengsek. Kau menaru obat di minumanku tadi?" Bentak Minho dengan rahang yang mengeras.
Lagi-lagi Luna bergerak secara erotis di sana. Minho segera mendorongnya hingga wanta itu terlentang, membuat rambutnya tersebar di atas kasur dengan indah, membiarkan cahaya bulan menyinari tubuhnya.
Sejalang-jalangnya Luna, Se setia apapun pria, melihat hal didepan mata seperti ini pun mereka akan tergoda, apalagi posisi Minho telah dikuasai obat yang membuatnya bergairah.
"Katakan. Padaku!." Bentak Minho dengan posisi tangan yang menekan bahu Luna membuat wanita itu menjerit.
"Jawab Luna! Berapa banyak dosis yang kau pakai?!" Ucapnya lagi sedikit mendesak wanita itu. Minho tampak frustasi lalu melepaskan Luna. Dia terlihat gelisah hingga beberapa kali mengacak rambutnya dengan kasar.
"Aku tau apa yang kau rasakan, Minho. Kau hanya butuh membebaskan perasaan itu lalu semuanya berakhir dengan nikmat" ucap Luna, perlahan mulai melucuti pakaiannya sendiri.
"Tutup mulutmu, sialan!" Ucap Minho dengan emosi yang membara. Pria itu layaknya sebuah bom yang akan segera meledak. Dengan cepat tangan Minho mendarat dipipi kiri Luna.
Minho kaget, dia tak bisa mengontrol dirinya. Sejak di glade, dia dia tak pernah membiarkan tangannya menampar wanita. Kecuali pria. Tapi kenapa saat menampar Luna, hasratnya semakin bergairah.
Luna tampak kaget. Begitu juga dengan Minho, dia dikuasai dengan emosi yang tinggi. Luna menatapnya kembali lalu tersenyum sinis.
"Bukankah kau selalu menyukainya saat dia terbuka?" Ucap Luna.
Minho tau artinya apa. Pria itu tertantang dengan Luna. Dia tak bisa lagi menahan dirinya. Wanita dan pria memanglah berbeda. Apabila wanita memiliki hasrat seksual, mereka masih bisa menahannya tanpa ada satupun orang yang tau jika wanita itu sedang di penuhi hasrat.
Tapi, pria? Mereka sangat sensitif. Mereka tak bisa menahan hasrat seksual mereka dan itu akan membuat mereka bertingkah seperti orang yang sudah kehilangan akal dan mengganggu pikiran mereka jika tidak segera dipuaskan. Pria juga akan cenderung memperlihatkan tingkah mereka dan akan tampak dari ekspresi haus akan sentuhan. Bagaimana dengan Minho? Tak mungkin dia menyelesaikan hasratnya menggunakan tangannya sendiri di hadapan Luna.
Apalagi Luna sudah terlentang seperti barang baru yang siap di unboxing.
"Lakukan itu lagi. Tampar aku seperti barusan saat kau mulai menyetubuhi ku." Ucap Luna menggodanya.
Luna hanya tersenyum dengan tulus, seolah-olah dia menikmati situasi ini.
"Oh, luna, kau begitu keras kepala ya? Kau mau aku menghajarmu?!" Teriaknya dengan kasar di depan Luna. Luna menikmati Minho dari bawah sana, menyaksikan betapa emosional dan menggebu-gebu pria itu di hadapannya. Tepat di atasnya.
"Sama sepertimu, kan? Kurasa kita jodoh. Minho, tidak ada siapapun di tempat ini, Kita bisa bersenang-senang bukan?" Ucap Luna. Perlahan tangannya meraba-raba tubuh Minho, tapi pria itu menghempaskan tangan Luna dengan kasar.
Sejak kapan Minho mengisinkan orang menyentuh tubuhnya? Apalagi seorang wanita? mungkin Cessie yang pertama. Saat Minho memutuskan membiarkan wanita itu mencengkram belakangnya saat mereka berhubungan.
Minho mencoba untuk berbicara dengan tegas, meskipun bibirnya terasa kaku. Dia benar-benar sudah di luar batas kemampuannya.
"Aku tidak mau ini, Luna. Salahmu sudah menjebakku. Akan kubunuh kau didepan semua orang. Sekalipun Carol. Kau belum tau siapa aku sebenarnya." Ucapnya dengan tegas.
Luna tidak mendengarkan minho. Dia terus mendekat dan mencoba merayu Minho, mencoba mencium bibirnya. Minho dengan susah payah mencoba menghindari ciuman Luna, tetapi kekuasaan obat di tubuhnya membuatnya sulit untuk mengontrol.
"Coba saja. Aku akan senang jika kau memperlakukan seperti wanita jalang yang sesungguhnya. Itulah tugasku di tempat ini, Minho. Memuaskanmu dengan cari seperti yang sudah kita lakukan selama lima tahun." Ucap Luna dengan nada yang menggoda.
"You know what?.. Screw you!" Ucap Minho langsung menyerbu Luna dengan kasar.
Luna bisa merasakan hentakan saat tubuhnya di balik paksa oleh Minho. Pria itu terus-menerus mengungkapkan kata kasarnya yang sangat sarkas di depan wajah Luna.
Luna bisa merasakan Minho meremas pinggangnya dengan kuat. Mungkin itu akan meninggalkan bekas memar besok hari.
Ini kali pertamanya Minho menyentuh tubuhnya dengan intens. Itu cukup menyakitkan, tapi siapa yang tau selera berhubungan Luna yang dia sukai adalah kekerasan? Gadis itu penuh misteri, tapi sikap bahkan fisiknya masih tak bisa mengelabui betapa Minho tertarik pada Cessie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
FanfictionDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...