Chapter 12 : The son

356 41 4
                                    

Author's POV ...

Cessie berjalan ke arah ranjangnya, membaringkan Nick dengan lembut, memastikan anak itu tidak terbangun.

"Dia tampak sama denganku." Ucap Minho berbisik disamping Cessie.

Cessie yang awalnya tersenyum, mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan Minho. Haruskah aku mengatakannya sekarang?

"Minho, ada yang ingin ku katakan." Ucap Cessie sedikit ragu.

Minho memusatkan tatapannya kepada wanita dihadapannya.

"As you wish, my dear." Ucap Minho. Cessie ingin tertawa tapi dia berusaha menahan humornya untuk terlihat menawan dihadapan Minho.

"Um..." Cessie tampak berpikir harus mengatakannya bagaimana.

"Apa yang membuatmu ragu?" Tanya Minho dengan lembut.

"Tidak. Tidak ada yang ingin kusampaikan. Kau harus segera pulang ketempatmu, sebelum istrimu mencarimu." Ucap Cessie tanpa menatap Minho.

Minho menyeringai mendengar perkataan Cessie.

"Sejak kapan aku menikah?" Ucapan itu membuat Cessie tertegun. Apa benar dia belum menikah? Lalu wanita kemarin?

"Tapi sayang, kau sudah menikah. Kau bahkan sudah mempunyai anak. Kenapa tak memberitahu ku saja? Seandainya Newt adalah kekasihmu, aku tak kan memarahinya." Ucap Minho.

Cessie tampak kaget dengan ucapan minho. Tumben tak ada kekerasan yang nampak dari perkataanya.

"Yh, paling hanya mematahkan rahangnya sebelum aku pulang." Sambung Minho.

Cessie dibuat terperanjat. Wanita itu tak tau apa yang direncanakan Minho.

"Bercanda. Aku hanya bercanda. Tenanglah."

Sejak kapan dia memiliki selera humor? Menyadari Minho sudah memiliki kekasih, membuat Cessie yakin bahwa Minho semakin lembut karena wanita itu. Seketika cahaya dalam dirinya redup.

Minho yang menyadari ekspresi wajah Cessie menjadi gelisah. Pria itu menyentuh tangan Cessie dengan lembut, mengangkatnya lalu mencium punggung tangan Cessie sambil menutup matanya.

Cessie menyaksikan pria itu membungkuk, mencium tangannya. Rambutnya terasa dikulit tangan Cessie.

"I love you. I always do." Ucap Minho.

Rasanya seperti pohon yang tumbuh di bebatuan. Mustahil. Lima tahun bersama wanita lain, bukankah hal yang mustahil untuk seseorang masih menaruh harapan pada orang lama?

"Tapi kau tidak mencintaiku." Ucap Cessie mengelak.

"Aku jatuh cinta dengan jiwamu, bahkan sebelum aku menyentuh kulitmu. Jika kau tak menganggap itu sebagai cinta, lalu apa?" Ucap Minho, Cessie hanya terdiam.

Minho mengangkat alis, memandang Cessie dengan campuran kesal dan frustrasi

"Serius? Setelah semua ini, kau masih berpikir bahwa aku tidak mencintaimu?" Cessie terdiam, ragu terpancar dari matanya.

"Aku hanya sulit mempercayainya, Minho. Kita sudah terpisah selama lima tahun. Kau bahkan... Kau bahkan berhubungan dengan wanita lain." Memikirkan hal itu membuat Cessie frustasi. Minho melangkah mendekat, suaranya penuh intensitas.

"Dengar, Cessie, cinta bukan hanya tentang keberadaan fisik. Ini tentang hubungan yang kita bagikan, cara jiwa kita selaras. Dan percayalah saat aku mengatakannya, aku mencintaimu sepenuh hati." Cessie melembutkan ekspresinya, suaranya gemetar.

"Tapi bagaimana aku bisa yakin, Minho? Bagaimana aku bisa percaya bahwa ini bukan hanya momen sementara?"

Minho menarik napas dalam, matanya terkunci dengan mata Cessie.

"Karena aku telah mencintaimu sejak awal, bahkan ketika kita berpisah. Hati ku tak pernah melepasmu, Cessie. Sudah waktunya kau percaya padaku." air mata membanjiri mata Cessie.

Sekilas, waktu lima tanpa Minho terlintas seperti rekapan Moment yang terputar dipikirannya layaknya sebuah kaset rusak.

Minho meraih tangan Cessie, lembut menghapus air matanya.

"Aku serius, Cessie. Aku mencintaimu, dan aku akan selalu begitu. Aku siap berjuang untuk kita, maksudku untukmu. Bagaimanapun juga, kau sudah dimiliki orang lain." Ucap Minho melemah.

Seketika Cessie ingin menampar pria itu yang terus-terusan berpikir bahwa Newt telah menghamilinya. Cessie tampak bersalah. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan pada Minho soal Nick.

"Minho, aku harus jujur padamu. Tapi bisakah aku mempercayaimu?" Tanya Cessie gugup.

"Kau adalah prioritas ku." Cessie semakin gugup.

"Sudah sangat lama aku berjuang sendiri. Aku... Kau ingat? Waktu kita diculik dan dikurung di penjara sialan itu?" Tanya Cessie.

Minho mengernyit saat mengingat kejadian itu.

"Ada apa?" Tanya Minho penasaran.

"Aku hamil. Waktu kau meninggalkanku, aku sudah hamil." Ucap Cessie pelan.

Bagai disetrum, pria itu tak bergerak selama beberapa detik. Minho terkejut.

"Anak... kita? Kau serius? Kenapa kau tidak memberi tahu aku?"

"Aku juga mengetahuinya saat sudah jalan sebulan. Waktu itu Andrea yang memberitahu ku. Tapi percayalah, aku tak pernah melupakanmu."

Minho berhenti sejenak, ekspresinya menjadi lebih lembut walaupun dirinya masih tak mempercayai apa yang terjadi.

Dia dengan susah payah berusaha menyelesaikan misinya, malah dipersulit. Dia bahkan bersusah payah untuk menghindari kontaknya dengan Luna.

"Jadi, kau memberinya nama apa?" Tanya Minho berjongkok disamping ranjang tepat disamping Nick.

"Namanya Nick. Nicholas Nick. Dia punya mata seperti milikmu, Minho. Aku selalu tersiksa setiap kali tatapannya di pagi dan malam hari menatapku. Aku selalu teringat akan dirimu."

Minho memandang anak itu, campuran antara tidak percaya dan kelembutan di matanya.

"Nick, ya? Sepertinya dia punya selera bagus dalam memilih orang tuanya, kurasa."

"Minho, aku bisa mempercayai mu kan? Kau tak kan mengatakan pada mereka bahwa kau memiliki Nick. Nick adalah kunci segalanya. Aku rela menukar semua yang ada padaku agar Nick tidak sampai ditelinga creator." Ucap Cessie memohon. Minho menghela nafas.

"Dengar, Cessie, kita sedang dalam situasi yang kacau saat ini, kau juga taukan aku masih subject mereka. Thomas dan yang lainnya masih disana. Tak mungkin aku harus meninggalkan mereka. Tapi aku akan merawat anakku. Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama, okey?"

Seketika, ada sedikit kekecewaan diwajahnya. Apa Minho masih akan bersama wanita itu?

"Minho. Dia cantik. Dia bahkan imun, tak sama seperti ku. Mungkin kau menyukainya." Ucap Cessie.

Minho tersenyum sinis mendengar ucapan Cessie.

"Suka? Tidak." Jawabnya.

"Bagaimana soal hubungan kalian? Maksudku, apa kau benar-benar melakukan hal itu padanya?" Tanya Cessie memberanikan diri. Dia tau jawaban Minho akan menyakitinya, tapi lebih baik tau dari pada mati penasaran.

"Kenapa kau menanyakan itu? Apa itu masalah untuk mu?" Tanya Minho balik.

Cessie tertegun. Sebaiknya dia pergi sekarang.

"Ayo, Minho. Newt akan mengantarmu kedepan gerbang. Lain kali kau tak perlu membayar para penjaga kebal untuk menemui ku." Ucap Cessie mencoba menetralkan suaranya.

Minho tau Cessie masih marah padanya. Tapi mau bagaimana lagi? Hal seperti itu tidaklah penting. Dunia sedang rusak, tak ada hal yang lebih buruk selain bertahan hidup sendirian.




















Terima kasih masih stay dicerita ini. Semoga kalian suka. Mohon maaf apabila ada kata tidak baku yang terselip dikalimat baku, ataupun sebaliknya. Jika berkenan, bantu correct typo ya.

Tell me anything about your feeling when you read this chapter.

Comment if you like it. (⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang