Chapter 30 : Trial

228 30 1
                                    

Author's POV ...

Cessie berdiri tepat di belakang Newt yang sedang duduk memperhatikan rambutnya lewat kaca berbentuk bulat dengan diameter dua puluh sentimeter, memperhatikan setiap gerakan tangan Cessie yang menggunting sudut rambut yang panjang.

"Apa ini bagus?" Tanya Cessie.

Newt terlihat berpikir sejenak sebelum tangannya terangkat menyentuh beberapa helai rambut yang menutupi matanya.

"Ini juga. Kau melupakan bagian depannya." Ucap Newt.

Cessie sempat tertawa geli menatap Newt yang tampak seperti Nick setiap saat dia menggunting rambut anak itu.

"Kalian tampak seperti ibu dan anak." Ucap Gally.

"Jangan begitu Gally. Kau tak ingat bagaimana keadaan Newt setelah mencium Cessie di medjack?" Sambung Fry menggoda Newt.

Newt tertawa dengan malu membiarkan pipinya terlihat sangat merah dari biasanya.

"Oh yah. Aku ingat. Yah Tuhan, Minho sangat brengsek waktu di glade. Untung saja dia cukup berubah sekarang." Ucap Gally lebih berbisik

"Aku sampai menyuruh anak buahmu untuk memperbaiki pintu tak berdosa yang sempat lepas dari engselnya." Sambung Frypan.

Cessie tertawa renyah membuat Nick yang berada di samping Gally kaget.

"Ah, berhenti menjual masa laluku." Ucap Newt tampak sudah menyerah dengan kedua teman yang jahil.

Mereka berbincang ringan bersama Brenda yang baru keluar dari laboratorium. Tujuh jam lebih mereka menunggu, akhirnya Andrea keluar.

"Berita buruk."ucapnya membuat semua panik. Wanita itu tampak kelelahan dan pengap mengenakan pakaian steril berwarna biru mudah.

"Apa yang terjadi?" Tanya Newt. Gally dan Fry tampak tak sabar mendengar berita itu.

"Aku sudah mencoba beberapa dua puluh empat sampel tapi tampak gagal dari dua puluh lima sampel." Ucap Andrea.

Brenda tampak berpikir sejenak mencerna maksud dari perkataan wanita itu.

"Sampel ke dua puluh lima bagaimana?" Tanya Brenda.

"Berhasil." Ucap Andrea dengan ekspresi yang langsung berubah penuh kegembiraan.

"Ya ampun, Andrea. Kupikir kita berdua akan selamanya menjadi Crank." Sambung Newt sangat lega mendengar berita dari Andrea.

"Ayo Newt. Aku butuh Brenda untuk menyuntikkan sampel itu." Ucap Andrea memanggil Newt dan Brenda ke laboratorium. Beberapa saat kemudian Minho keluar dengan ekspresi yang kacau. Dia kelelahan. Dia sangat capek.

Gally menghampiri Minho, memberinya botol minum yang masih tersisa air mineral.

Setelah meneguk mineral di botolnya, Minho menatap lurus kearah Cessie, pria itu juga tampak mencari keberadaan Nick yang dia dapat di pelukan Frypan mulai sayu.

"Kau butuh istirahat Minho." Kata Fry pelan, menjaga tinggi suaranya agar Nick tidak kaget.

"Yah, mungkin kau bisa meminjamkannya kamar." Sambung Gally menatap Cessie. Seperti tersihir, Cessie patuh untuk yang pertama kalinya pada Gally. Mungkin tatapan serius dan alis yang melengkungnya berhasil menghipnotis Cessie.

Cessie berjalan ke kamarnya diikuti oleh Minho. Sejak awal datang, mereka tidak berbicara lebih. Cessie hanya mendengar beberapa kalimat tentang Luna yang keluar dari mulut Minho.

Minho masih tidak berbicara padanya saat pria itu tiba dan berbaring di tempat tidur. Sesuatu dalam diri Cessie berharap pria itu akan mengeluarkan sepatah kata agar dia tetap tinggal. Namun Minho tak kunjung mengatakan apapun.

Hari sudah hampir malam saat Cessie menengok ke arah lubang lewat jendela tua di kamarnya. Mungkin kali ini aku harus membiarkannya istirahat. Ucapnya dalam hati.

Saat hendak berbalik, Minho menahan tangan Cessie dengan lembut. Cessie kaget tapi tetap berusaha terlihat biasa saja. Dia memperhatikan Minho yang masih menutup matanya. Pipinya merah, ad sedikit bekas keringat di dahinya. Rambutnya tampak acak.

"Tinggalah sebentar bersamaku." Ucapnya masij dengan mata yang tertutup. Senyum kecil tersimpul di bibir Cessie. Dia segera naik ke tempat tidur, berposisi duduk di samping Minho. Pria itu langsung memeluknya, membenamkan wajahnya di perut cessie dengan hangat, menggenggam tubuh mungilnya dengan erat dan nyaman.

"Aku merindukanmu." Gumam Minho. Suaranya serak. Dia tampak seperti orang yang kekurangan cairan. Tapi memang benar cairan DNAnya tiga puluh persen disedot paksa keluar dari tubuhnya. Opini cessie.

Cessie masih bungkam, menatap setiap lekukan di wajah Minho. Rahang tegasnya semakin mencolok dari posisinya. Itu adalah salah satu hal yang membuat Minho terlihat berwibawa, disaat yang bersamaan, itu juga yang membuatnya tampak sangar. Tapi Cessie menyukainya. Apa lagi jika tatapan Minho sudah bertemu dengannya di tengah gelap ruangan dan gelap malam. Mungkin sesuatu yang erotis akan tampak mencolok jika Minho menatap Cessie saat mereka berdua sendirian di tengah ruang dan waktu yang tepat.

Astaga, aku mulai memikirkan hal yang tak seharusnya.

Minho menggeliat kecil, dia tidur masih mengenakan boots hitamnya. Apa dia tak kepanasan?

"Kau mau ku bantu melepaskan boots mu?" Tanya Cessie. Tanpa dia sadari, pertanyaan itu berhasil membuka mata Minho. Minho segera menatap Cessie lalu tersenyum.

"Katakan padaku.. katakan padaku, Cessie. Semua hal buruk yang pernah kau lakukan, dan biarkan aku mencintai dengan semua kekuranganmu." Ucap Minho dengan lembut.

Cessie terkejut. Pria itu tampak seperti mayat hidup tapi masih sempat-sempatnya menggoda Cessie. .

"Jangan bodoh. Istirahatlah." Balas Cessie. Mereka sempat terdiam sebentar hingga akhirnya Cessie mengatakan sesuatu.

"Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku selalu berdoa untuk keselamatanmu." Ucap Cessie lembut. Minho tersenyum mendengar ucapannya.

"I love being around you." Ucap Minho berhasil membuat pipi Cessie merah. Cessie tersenyum malu menatapnya.

"Menurutmu, apa aku terlalu penuh atau terlalu kosong? Seperti sebuah halaman yang penuh dengan kalimat, tapi tak mengatakan sepatah katapun. Atau seperti sebuah syair puisi yang hanya satu kalimat tapi mengatakan segalanya?" Tanya Cessie sedikit memperbaiki rambutnya yang mulai jatuh menutup pandangannya.

Sejenak, Minho tampak memikirkan kalimat yang pas untuk membalas pertanyaan Cessie yang menurutnya terlalu puitis. Sejak kapan wanitanya membaca puisi? Pikirnya dalam hati.

"Menurutku.." ucapnya menggantungkan kalimat itu di udara.

"Kurasa kau memiliki cukup banyak kata, tapi lebih banyak gagal untuk benar-benar mengungkapkan perasaanmu dengan baik. Seperti halaman penuh kalimat yang tak selalu mencerminkan perasaan sejatimu. Kau tak pantas disalahkan. Aku tau itu juga salahku. Andai aku ekspresif sejak awal, mungkin kau tak kan terluka seperti ini." Ucap Minho lembut kepada Cessie.

Cessie tampak kebingungan menterjemahkan arti dari apa yang Minho sampaikan.

"Apa maksudmu terluka?" Tanya Cessie.

"Luna." Ucapnya singkat. Sesuatu dalam diri Cessie ingin segera menghilangkan nama wanita itu dari hidupnya. Tapi apa boleh buat, dia belum tau karakter Luna seperti apa.

"Aku tak ingin kau menyebut namanya lagi dihadapanku. Tidurlah. Aku akan keluar mengambil Nick." Ucap Cessie beranjak dari tempat tidur. Minho melepas wanita itu.

"Kau akan kembali kan?" Tanya Minho serius. Cessie tertawa sinis.

"Kau pikir aku akan menidurkan anakku di lantai? Tentu saja aku akan kembali." Jawab Cessie kesal tapi masih berusaha menampilkan senyum di wajahnya.

Minho terkekah mendapati sikap Cessie. Mendengar Cessie menyebut 'anaknya' membuat Minho tertawa. Bagaimanapun juga, yang Cessie sebut 'anaknya' adalah anak Minho.

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang