Author's POV ...
Sekitar empat puluh lima detik mereka tertawa hingga akhirnya kesunyian melanda. Cessie memiliki pertanyaan tentang Minho dan Luna. Lidahnya sudah gatal untuk bertanya, tapi Cessie masih bersabar untuk menunggu Brenda angkat suara tentang mereka.
"Ngomong-ngomong, Cess. Aku tidak akan bertanya lagi kenapa kau dan Newt bisa selamat. Wanita di lab bersama kami, dia sangat cerdas. Aku terpukau oleh kemampuannya yang bisa membuat kalian bertahan selama lima tahun akhir ini. Siapa lagi namanya? Aku lupa. Ananda?" Tanya Brenda. Cessie gemes saat mendengar Brenda menebak nama Andrea menjadi Ananda. Sejak kapan Cessie memiliki teman bernama Ananda dihidupnya?
"Andrea. Aku selalu berterima kasih padanya. Dia yang membuatku masih ada di tempat ini sekarang. Aku perlu membalas semua yang dia lakukan, walaupun jika aku bisa membalasnya, mungkin tak kan sebanding dengan caranya menyelamatkan nyawaku dan Newt." Ucap Cessie tersenyum dengan tulus.
"Dia tampak berilmu. Aku heran, orang seperti merekalah yang justru akan menjadi penyelamat dalam apocalypse dunia seperti yang kita alami sekarang. Oh yah, aku hampir lupa. Aku tidak akan menanyakan hal itu karena Andrea sudah menceritakan semua dari awal. Dia juga sudah menceritakan bagaimana dia menemukan kenyataan bahwa kau mengandung waktu itu. Aku bertanya-tanya, bagaimana bisa kau mengandung? Maksudku kapan? Lebih tepatnya dimana? Bagaimana bisa itu adalah anak Minho? Astaga cess, aku hampir gila di pertengahan cerita yang Andrea ceritakan. Bahkan Thomas, setiap kata yang Andrea sebutkan, dia tak berhenti mengatakan 'apa?, Bagaimana?' ".
Cessie tertawa kecil dengan apa yang Brenda katakan. Dia bisa membayangkan wajah Thomas saat mengatakan hal itu. Sungguh suatu hal yang tak kan Cessie lupa tentang Thomas dan kebingungan yang selalu menghias wajah Thomas.
Pipi Cessie memerah, bagaimana tidak? Dia harus menjelaskan pada Brenda bagaimana bisa dia mengandung.
"Oh, Brenda. Hal yang tak pernah ku bayangkan. Kau ingat saat terakhir kali Sonya dan Harriet membantu mu waktu kalian di kepung dengan pesawat Wicked? Aku jadi penembak jarak jauh di atas gunung. Tanpa sadar beberapa pasukannya sudah bersiap dibelakangku dan menyekapku, membawaku ke markas. Disana aku bertemu Minho. Soalnya mereka mengurung kami dia tempat yang sama." Jelas Cessie masih dengan perasaan yang malu. Brenda tampak tertarik dengan cerita Cessie. Dari sudut matanya Cessie bisa melihat mata Brenda yang berbinar seolah-olah dia bersemangat mendengar lanjutan ceritanya.
"Banyak hal yang terjadi. Mereka sudah membicarakan tentang repopulasi sejak generasi Wicked pertama yang Ava pimpin, tapi tidak berhasil terwujud, karena Minho dan aku berhasil kabur. Sebelum kami berhasil kabur, aku diberi obat.. um.. obat perangsang, jika aku tak salah. And then that happened." Ucap Cessie dengan wajah yang memerah mengingat beberapa scene yang muncul dipikirannya. Brenda tertawa puas tapi masih tak menyangka dengan Minho.
"Gila. Minho benar-benar gila. Kau tau? Empat tahun lebih Minho dan Luna melakukan hal yang sama tapi wanita itu baru mengandung setelah sekian lama. Kau.. bahkan Minho hanya melakukannya sekali padamu?." Ucap Brenda. Tanpa sengaja Cessie mengukir kesedihan pada senyum yang dia tampakan. Brenda menatap Cessie sebelum akhirnya dia sadar apa yang baru saja dia katakan.
"Cessie, maafkan aku. Aku tidak-"
"Tidak masalah, Brenda. Mungkin, Minho lebih memilih untuk memperlama kontrak mereka. Aku sudah pernah bertemu dengan gadis itu. Dia sangat cantik, bukan bermaksud insecure dengan diriku, tapi jujur. Dia sangat cantik, aku akan melakukan hal yang sama jika aku seorang pria. Lagian bukan salah Minho. Yang ada dipikirannya waktu itu aku sudah menjadi mayat dan di buang bersama Crank lainnya di parit." Jelas Cessie mencoba tertawa, tapi yang terdengar hanya sendu dari suaranya.
"Tidak, kau tak mengerti. Jorge selalu mencari Minho dan memaksanya melakukan itu saat jadwal mereka tiba. Yang terjadi tak seindah yang kau pikirkan. Aku tak pernah melihat mereka berdua akrab. Minho selalu menjahuinya dan melepas kontak mata dengan Luna. Aku tau semuanya karena aku adalah satu-satunya orang yang sering dia ajak curhat." Ucap Brenda menenangkan Cessie dengan semua kebenaran.
"Lalu kenapa dia tak datang bersama kalian hari ini? Apa itu karena dia memiliki banyak waktu dan ruang untuk berduaan dengan wanita itu? Oh astaga, Brenda. Hidupku semakin sulit saat bertemu dengannya." Ucap Cessie dengan kesal.
"Kau taukan, dia tampak susah ditebak. Apa yang kau lihat, belum tentu sama seperti teorimu." Ucap Brenda masih dengan aura positif nya.
"Dia sangat sulit, Brenda. Aku sulit mengartikan dirinya." Kalimat itu meluncur seperti sebuah pisau yang menusuk benaknya sendiri. Sejak kapan dia tersakiti oleh kata-katanya yang dia ucapkan?
"Dia tidak sulit untuk kau mengerti. Dia hanya ingin memastikan kau serius sebelum dia memutuskan untuk memberikan seluruh hatinya padamu. Ketika dia tau kau mencintainya, dia akan mencintaimu lebih dalam dari yang pernah kau lakukan. Dan begitulah cara kerjanya." Kali ini Brenda mengatakan kalimat yang sangat bermakna dari sekian percakapan yang terjadi diantara mereka.
Cessie tersenyum menyadari betapa manisnya kalimat yang Brenda ukir.
"Memang benar kata orang. Pembicaraan larut malam sangat bermakna." Kata Cessie.
"Dan aku baru saja membuktikannya padamu." Ucap Brenda.
"Oh yah, ngomong-ngomong tentang Luna. Apa kau sudah tau kabarnya?" Tanya Brenda. Cessie penasaran apa lagi yang tidak dia ketahui tentang wanita itu.
"Ada apa dengan dia?" Tanya Cessie menjauhi penyebutan nama Luna.
"Dia keguguran. Itulah kenapa Minho tidak disini." Ucap Brenda. Sesuatu dalam diri Cessie bersikap aneh. Dia tak tau lagi apa yang dia rasakan, yang jelas kabar itu membuatnya meneteskan air mata. Brenda menyadari perubahan sikap Cessie.
"Kau menangis? Hey, apa aku menyakitimu?" Tanya Brenda khawatir. Cessie buru-buru mengelap air matanya.
"Tidak apa-apa, Brenda. Aku hanya.. ini sangat sulit bagi dia. Aku bisa merasakannya. Semenjak ada Nick di hidupku, aku selalu sensitif soal masalah ibu dan anak. Aku.. itu sangat sulit." Ucap Cessie sendu.
Dia tau betapa hatinya membenci keberadaan wanita itu di hidup Minho, tapi sebagai seorang ibu, Cessie tau betul bagaimana perasaannya ketika kehilangan seorang anak. Itu berdampak buruk dalam jangka waktu yang tak pasti.
"Aku merasa kasihan padanya." Ucap Cessie.
"Yeah, justru aku yang merasa kasihan padamu." Ucap Brenda.
"Kenapa? Bukannya-" belum sempat menyampaikan kalimatnya, Brenda menyela Cessie.
"Justru dengan kejadian itu, anakmu dalam bahaya. Kau tau betapa Carol rela menukar nyawanya dengan anak pure Imune? Itulah Carol. Dan semua rencana tentang pembuatan obat flare disini salah satu dari rencana kekasihmu. Dia ingin memastikan kau aman dan dia tak hilang pandangan darimu. Manis bukan?" Goda Brenda.
"Sudahlah, mending kau tidur. Besok kekasihmu akan datang, aku tak ingin Minho menyaksikan mata panda di wajahmu. Itu akan membuatnya berpikir bahwa Luna lebih baik darimu." Jelas Brenda. Cessie sempat kaget dengan ucapan Brenda.
"Bercanda." Sambung Brenda.
Malam yang panjang ketika beberapa kejadian dan kebenaran akhirnya bisa Cessie dengar. Dia mencoba untuk melemaskan otot-otot tubuhnya hingga akhirnya dia masuk kedalam dunia bawah sadar, terlelap dalam kedamaian sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
FanfictionDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...