Chapter 23 : Needed Help

222 35 0
                                    

Author's POV ...

Seorang pria berjalan seperti biasanya di tempat yang megah dengan segala peralatan yang serba lengkap. Minho menghampiri seorang pria yang tampak sedang mengamati sebuah truck  yang masih terlihat baru.

"Hey, pak tua. Aku benar-benar butuh bantuanmu." Ucap Minho dengan santainya.

Jorge memukul bahunya sambil menatap Minho dengan tatapan menjengkelkan.

"Okey, anak muda. Apa kau bisa memanggil namaku saja? Kau membuatku berasa sangat tua." Ucap Jorge dengan mood yang tak bagus. Minho tertawa kecil membuat Jorge semakin jengkel.

"Katakan saja apa yang kau butuhkan." Ucap Jorge masih memperhatikan truck itu.

Minho tampak melirik ke arah kiri dan kanannya yang jelas-jelas ramai dengan para pekerja dan ilmuan.

"Mungkin sedikit privasi akan lebih baik. Ayo." Ucap Minho. Tanpa menunggu apa yang akan Jorge katakan, Minho langsung menarik pria itu menjauh dari kerumunan.

"Hey, what the fuck. Dude.. ah, sialan!". Gerutu Jorge tak bisa berbuat apa-apa.

Minho membawanya keluar bangunan dengan pemandangan Padang yang gersang.

"Seriously?" Ucap Jorge tak percaya.

"Okey, dengarkan aku. Ini sangat. Sangat. Penting." Ucap Minho. Jorge menyelanya.

*Apapun yang kau lakukan selalu penting Minho. Just tell me. Aku tak punya banyak waktu untuk meladenimu saat ini. I have so much to do." Ucap Jorge.

"Newt. Ini tentang Newt." Seketika Jorge terstun saat mendengar ucapannya.

"Oh, c'mon Minho. Kau berhalusinasi lagi?" Ucap Jorge tak karuan. Dia yakin Minho berhalusinasi tentang teman-temannya. Bahkan kebiasaan Minho yang masih belum bisa move on dari Cessie membuat Jorge ingin menenggelamkannya ke cairan perebut memori.

"Tidak. Aku bertemu dengannya. Juga... Cessie." Ucap Minho. Jorge tak mempercayainya.

"Kid, bukannya aku tak mempercayai mu, tapi ini sudah lima tahun dan kau masih-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Minho memajukan langkahnya hingga dia berada tepat dihadapan Jorge, menatap pria itu dengan tajam.

"Aku tidak kemari untuk basa-basi. Aku, ingin, kau, membantuku! Membantu mereka. Mereka hidup, Jorge. Kau pikir kemana aku selama ini? Aku tak punya tugas dan aku selalu membawa pesawatmu tanpa tujuan yang jelas? Aku menemui mereka di Crank city. Mereka hidup, dan soal anak yang kita temui di Crank city, dia adalah anak Cessie. Anakku juga. Cessie masih hidup. Dan anak itu Imune." Ucap Minho dengan frustasi.

Mungkin dia akan menyesali ungkapannya jika jore berada dipihak Carol. Jorge terkejut bukan main dengan ucapan Minho.

"Can't be." Ucapnya singkat.

"Lima tahun? Mereka bertahan bagaimana? Itu mustahil Minho." Ucap Jorge masih tidak percaya.

"Kau pikir hanya kau yang tak mempercayainya? Aku juga. Ceritanya panjang. Mereka diselamatkan oleh seorang ilmuwan mudah. Sama umur denganku mungkin. Dia cukup pintar dan berhasil membuat penangkal. Sayangnya tak banyak orang yang mengetahui itu. Bayangkan saja sekali suntikan bisa menangkal virus itu selama setahun. Berita buruknya, persediaan untuk meracik serum itu sudah habis. Waktu mereka enam hari sebelum serum itu sepenuhnya berhenti bekerja." Jelas Minho.

Awalnya Jorge tak percaya, tapi setelah mendengar penjelasan dari Minho, Jorge tampak mempercayainya walaupun secara teknis, itu mustahil.

"Minho, kau benar-benar gila. Bagaimana dengan Luna? Bagaimana dengan kandu-" ucap Jorge tersela.

"I don't care, Jorge. As long as she's alive, i don't give a fuck!." Ucap Minho frustasi dengan nada yang tinggi.

"Good. Kau baru saja berteriak dihadapan pria tua." Ucap Jorge sambil menaikan alisnya.

"Maafkan aku. Aku hanya... Aku ingin menyelamatkan mereka. Jorge, tolong jangan katakan pada siapapun tentang ini. Aku tak peduli kau siapa, jika aku menemukanmu membocorkan semuanya, aku tak segan menghabisi mu." Ucap Minho penuh tekad. Jorge menatapnya dengan ngeri.

"Sejak kapan aku menghianati kawananku? Lagian kau dari dulu yang ku anggap pemimpinku, bukan Carol. " ucap Jorge tersenyum.

"Tapi kau berkencan dengannya." Balas Minho menatap Jorge seksama.

"Ah, yang benar saja. Hanya dia yang menarik di tengah kekacauan dunia ini, nak. Aku hanya... You know what i Mean."  Ucap Jorge. Minho bahkan menerawang Jorge dari posisinya berdiri.

"Son of a bitch." Gerutu Minho.

"But, dude. Kau benar-benar gila. Aku bahkan tak habis pikir dibuatmu. Bagaimana bisa kau.. oh astaga. Kenapa serumit ini. Jadi kau pilih siapa? Luna atau Cessie?" Ucap Jorge frustasi.

Pria itu bahkan terjangkit frustasi saat mendengar cerita Minho. Bagaimana jika dia menceritakannya pada Thomas? Frypan? Brenda? Atau Gally? Mereka akan sama frustasi dengan Jorge.

"Tentu saja Cessie." Ucap Minho tanpa pikir panjang.

"Tidak, maksudmu kau mau memberikan anak Cessie pada Carol?" Ucap Jorge memastikan.

"Shit!. No. Of course Luna. I don't care, Jorge. Aku tak peduli lagi dengan apapun itu. Selagi Cessie dan anakku masih ada, aku tak peduli dengan Luna. Persetan dengan Wicked. Lagian aku tak pernah menikmati Luna dengan perasaanku. Semua itu terjadi karena nafsu dan bantuan obat sialan yang kalian berikan. Sumpah, Jorge. Aku akan membunuhmu jika mereka terancam. Kau satu-satunya tangan kanan Carol. Kau dipihakku kan?" Ucap Minho dengan tekad yang membara. Jorge mengernyit, ngeri dengan ucapan Minho.

"Tentu saja. Aku masih memiliki Brenda. Aku tak ingin dia terluka, lagian dia selalu aman bersama Thomas. Sejak saat itu aku selalu dipihak kalian." Ucap Jorge tanpa ragu.

"Jadi?" Tanya Jorge.

Minho tersenyum puas lalu menceritakan semua rencana yang dia susun. Dia menceritakan rencana penggunaan laboratorium secara diam-diam, dia juga menceritakan beberapa hal seperti Cessie yang sembuh secara tak terduga saat melakukan hubungan ilegal dengannya. Lagian siapa peduli? Mereka menerapkan hubungan badan tanpa pernikahan hanya untuk repopulasi manusia imun ditengah bencana.

Minho memutuskan untuk memberitahu kelompok lainnyaa kecuali Luna. Dan mereka sama terkejutnya dengan Jorge. Mereka setuju untuk menyelamatkan Newt dan Andrea.

Setelah melalui banyak drama, Minho mendapati dirinya memasuki kamar yang biasa dia dan Luna tempati. Kamar itu sangat dingin. Bahkan tampak seperti ruang bertapa saking sunyinya. Dia melihat kesekeliling untuk mencari sesosok. Namun, apa yang dia dengar sangat membuatnya penasaran.

"Luna?" Panggil Minho lembut. Dia mendengar suara air yang menetes dari arah kamar mandi. Mungkin dia sedang mandi. Minho memutuskan untuk menunggu Luna sambil merapikan kamar yang mereka tempati.

Dua puluh menit berlalu, Luna tak kunjung keluar. Minho mencoba sabar menunggunya, hingga tepat tiga puluh menit berlalu.

Ada yang tidak beres.

Minho berjalan kearah kamar mandi, mencoba membuka gagang pintunya dan-

Tidak terkunci.

Perasaannya tak enak. Dengan cepat Minho membuka pintu kamar mandi dan mendapati Luna tergeletak dengan darah yang mengalir begitu banyak.

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang