Chapter 19 : Lie

254 29 4
                                    

Author's POV ...

Seorang wanita berjalan memasuki sebuah kamar yang gelap. Hanya ada cahaya bulan yang menembus lewat jendela ruangan itu. Sebuah kamar yang cukup luas namun gelap.

Luna menatap Minho yang tertidur pulas dengan wajah yang damai. Tak ada tatapan tajam mengintimidasi,apa yang dia lihat hanyalah seorang Minho yang manis, jauh berbeda dari Minho yang sering dia temui.

Luna berbaring disamping Minho, menarik sedikit selimut untuk dia gunakan. Tanpa sadar, pria itu terbangun. Bau alkohol menusuk namun tetap harum, jauh berbeda dengan alkohol lainnya.

"Cessie..." Ucap pria itu mengigau.

Lima tahun bersama Minho, baru kali ini pria itu menyebut nama Cessie dalam tidurnya saat bersama Luna. Rasa tak karuan timbul dalam hatinya.

"Minho, ini aku. Luna." Ucap Luna mencoba menyadarkan Minho.

Perlahan Minho membuka matanya menatap Luna sangat lekat.

"Luna, katakan padaku... Katakan padaku bahwa ini semua hanya mimpi." Ucap Minho dengan suara yang begitu lemah. Pria itu menyandarkan kepalanya di bahu Luna.

Kali pertama Minho melakukan itu tanpa kemarahan dari dirinya.

"Apa maksudmu? Aku hamil, Minho. Aku mengandung anakmu." Ucap Luna berusaha membuat Minho paham.

Pria itu memeluk Luna.

"Tapi ini hanya mimpi. Bangunkan aku. Kumohon. Aku tak ingin kehilangan Cessie. Aku mengecewakannya, Luna." Ucap pria itu.

Sedikit luka tergores dihatinya. Luna tau, Minho sedang dalam pengaruh alkohol, tapi mendengar ucapannya yang begitu tulus membuat Luna cemburu dengan gadis bernama Cessie.

Dia tak mengerti apa yang terjadi. Bukannya Cessie telah tiada? Kenapa masih belum melepaskannya? Tanya gadis itu dalam hati.

Luna merasa nyaman dalam pelukan Minho yang tulus, walau hanya sebentar tapi cukup membuat dirinya bahagia. Dia tau, sebenarnya saat Minho sudah sepenuhnya sadar, pria itu akan kembali bersikap dingin padanya.

"Kau mau apa? Akan kuberi semua yang kau inginkan, asal bangunkan aku dari mimpi burukku ini." Ucap Minho lagi.

Luna merasa sangat tak dihargai. Dia mengandung anak Minho dan sekarang Minho ingin mendengar kebenaran yang salah bahwa anak itu adalah anak orang lain.

Luna tau, semua hanya pekerjaan dan misi Wicked, tapi Luna merasa sangat menginginkan Minho sejak awal mereka melakukan program repopulasi itu.

"Tidurlah. Bicarakan besok saat kau sudah sadar." Bisik Luna. Melihat Minho yang lemah tak berdaya dibawah pengaruh alkohol, gadis itu mencium bibir Minho memainkannya membuat pria itu tak mengeluarkan sepatah kata selain membalas Luna dengan tangannya yang mulai bermain disegala arah yang memungkinkan Luna puas.

Luna tertidur pulas dalam pelukan Minho. Dia tak peduli dengan nama Cessie, intinya dia sudah mengangandung anak Minho, maka Minho jadi miliknya.

Minho mendapati dirinya tertidur memeluk seorang wanita. Itu Luna. Dia lepaskan tangan gadis itu yang menggenggam bahu Minho dengan erat. Seketika sebuah ingatan muncul, dia ingat Carol mencium pipinya, dia ingat Thomas membawanya ke kamar, dan dia ingat Luna.

Luna terbangun menatap Minho sambil menggosok matanya.

"Good morning." Ucap Luna sembari menguap. Minho tak memberi sedikitpun ekspresi terhadap gadis itu.

"Luna, apa benar yang dikatakan Carol?" Tanya Minho. Seketika wajah Luna berubah.

"Kau tak percaya? Kau boleh melakukan tes DNA jika anak ini lahir. Lagian aku hanya diwajibkan melakukan itu bersama mu. Aku tak mungkin melakukan itu bersama yang lain." Jelas Luna.

Minho berdesis frustasi mendengar Luna. Matanya tertuju ke perut wanita itu.

"Apa dia masih bergerak?" Tanya Minho lurus. Seketika Luna tertawa mendengar ucapan Minho.

"Kau menertawakan ku?" Ucapnya tak terima. Luna menutup mulutnya sambil tersenyum.

"Minho, kandunganku masih berbentuk embrio. Dia bahkan belum sepenuhnya menjadi seorang bayi. Kau menanyakan apa dia bergerak? Kau tak pernah mendengar bagaimana kehamilan terjadi?" Tanya Luna.

Minho mengernyit. Maklum saja, sejak usia lima tahun dia sudah dijadikan subject oleh Wicked. Dia tak sempat bersekolah untuk mengetahui bagaimana proses janin.

"Aku tak tau, lagian aku tak pernah melihat secara langsung orang yang sedang mengandung." Ucapnya. Tanpa sadar, pikirannya memunculkan bayang Cessie.

Seandainya dia tau Cessie mengandung Nick, mungkin dia akan menanyakan hal yang sama pada Cessie. Secercah penyesalan melanda dirinya. Seandainya waktu bisa diputar, dia ingin berada di situasi seperti ini bersama Cessie.

Dunia yang begitu luas, kenapa harus dia yang menjadi tanggungan keberlangsungan populasi manusia kebal di dunia?

"Aku akan pergi." Ucap Minho berdiri dari tempat tidurnya.

Dia bahkan tidak mengganti pakaian kemarin saat dia bertemu dengan Cessie di Crank city.

"Mau kemana? Bukannya kau harus menjagaku sampai proses kelahiran anak ini?" Ucap Luna berdiri dari tempat tidur. Minho berdesis kesal mendengar Luna yang menahannya untuk pergi.

"Aku harus pergi, Luna. Aku tetap akan kembali disini." Ucap Minho. Wanita itu berjalan mendekat.

"Aku dengar kau menyebut nama Cessie. Kenapa? Apa kau bertemu dengannya? Akhir-akhir ini sejak pertama kali kau bertemu crank jelek yang kau sebut Cessie, kau mulai sering keluar markas. Ada apa Minho? Jorge bahkan memberitahu ku bahwa kau tak memiliki tugas penting diluar. Lagian mencari anak kebal adalah misi kita bersama." Ucap Luna mengintrogasi.

Minho menatapnya begitu tajam, pupilnya mengecil ketika mendengar Luna menyebut Cessie dengan sebutan Crank jelek. Luna bahkan tak tau seberapa cantik wanita itu sekalipun dia adalah seorang Crank.

"Kau sinting? Cessie sudah tiada. Kenapa kau malah berasumsi dia masih hidup? Bahkan Thomas sekalipun kakaknya tak pernah menyebut bahwa Cessie masih hidup. Sudahlah Luna. Aku tak ingin berdebat denganmu. Kau jaga sendiri kesehatanmu. Jangan sakit. Aku tak akan melakukan hubungan intim bersamamu lagi untuk memaksa menghamilimu. Astaga aku merasa seperti pria murahan sekarang." Ucap Minho tersenyum sinis.

Luna menahan tangan pria itu, kali ini Minho sudah tak bisa lagi menahan frustasinya.

"Kau mau melepaskan tanganku atau aku saja yang memaksa tanganmu untuk menjauhi tanganku?" Ancam Minho.

Luna memilih melepaskan tangan Minho walau sebenarnya dia ingin sekali menahan pria itu.

"Aku mencurigaimu. Aku sangat mencurigai kota itu. Ku pikir kau menyimpan sesuatu yang berharga disana." Ancam gadis itu balik.

Minho dibuat tak karuan dengan wanita itu. Dia tak ingin ada orang yang menindas dirinya, tapi Luna benar-benar tau apa yang akan membuat hati Minho gelisah.

"Jangan bodoh. Aku akan ke parit menggali mayat Crank untuk menemukan Cessie." Ucap Minho. Dia tau, kalimat itu akan membuat Luna percaya bahwa Minho masih mencari keberadaan Cessie di parit.

Luna berdesis menatap kepergian Minho yang semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang di pintu yang sedang dia tatap.

Aku akan mencari taunya sendiri.

























Terima kasih masih stay dicerita ini. Semoga kalian suka. Mohon maaf apabila ada kata tidak baku yang terselip dikalimat baku, ataupun sebaliknya. Jika berkenan, bantu correct typo ya.

Tell me anything about your feeling when you read this chapter.

Comment if you like it. (⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang