Trigger warning: Cerita ini mengandung konten yang sangat kasar, kekerasan, perbudakan, pelecehan fisik, dan pembicaraan yang mungkin tidak pantas atau meresahkan. Disarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan kenyamanan pribadi sebelum melanjutkan membaca.
Author's POV ...
Luna melempar senyum kepada Minho yang menandakan keseruan yang akan terjadi.
"Oh yah? Aku hanya mengira kita yang akan membunuh satu sama lain." Ucapnya dengan nada kepo, merasakan tekanan dari tubuh Minho yang tersisa.
Minho segera melepas apapun yang melekat padah tubuhnya. Namun masih dengan emosi yang membara, Minho menarik Luna dengan kasar, membiarkan Luna merasakan setiap desakan kasar yang Minho berikan.
"Jangan salahkan dirimu jika kau terluka." Ucap Minho dengan rahang yang mengeras.
Minho menurunkan tempo serangannya dan berkali-kali menampar tubuh Luna yang terlentang. Meskipun menganggu keintiman, itu merupakan hal yang seru untuk Luna. Wanita itu memiliki selera yang unik. Bahkan kekerasan adalah hal yang dia nikmati.
Minho terus memukulnya dengan keras. Tangan Minho melepaskan kemarahannya dengan cara yang kasar. Dia tak bisa mengampuni wanita itu, dia juga tak bisa menahan amarahnya tapi hal yang paling penting adalah hasrat yang tak tertahan.
Serangan demi serangan yang keras melayang ditubuh Luna.Tapi, sesekali Luna menikmati kesakitan itu hingga akhirnya mereka berdua menyatu di dalam sana.
Minho yang dikuasai oleh amarah bertolak belakang dengan hasratnya. Sedikit demi sedikit, Minho menikmati adrenalin yang dia rasakan, tau tangan pria itu tak berhenti menghantam Luna dengan kasar.
Sejak awal mereka berhubungan, Luna hampir tak pernah setegang ini. Mungkin rencananya berhasil. Dia berhasil menambahkan dosis yang pas untuk mengelabui akal sadar pria di hadapannya.
"Shh..Berhenti!" Akhirnya dia tak tahan lagi. Tubuhnya tak mampu menahan suatu rangsangan yang sangat besar.
"Tidak," Ucap Minho dengan wajah panas. Dia melemparkan Luna yang masih terlentang. Luna terjatuh ke samping, membanting kepalanya dan tubuhnya. Dia merasakan goresan yang keras di sisi kanan wajahnya.
Sedangkan Minho yang sudah diluar akal, dia mengunci bibir Luna dengan kasar. Dia merasakan air liur Luna yang teredah di bibirnya.
"Aku harus.. berbicara dengan Carol.. sebentar," Ucapnya dengan nada yang keras lagi.
"Carol? Itu bagus.. akhirnya kau sadar seberapa nikmatnya diriku." Ucap Luna secara sarkastik. Matanya membakar ke Minho. Dia menatap Minho dengan nada yang keras.
Tubuhnya mungkin terasa nyaman bagi Luna, tapi ada sentuhan keras dari Minho yang nyatakan bahwa Minho masih tegas akan sikap marahnya pada Luna.
"Oh yah? Kau bahkan tak tau siapa yang kupikirkan setiap kali aku menyetubuhimu." Balas Minho membuat sedikit hentakan yang menimbulkan desahan dari tubuh Luna.
"Oh yeah? Cessie?" Ucapnya dengan nada yang keras. Matanya masih membakar. Minho tampak sedikit terkejut dengan nama itu.
"Kau sendiri yang menyebutnya. Lagian dia sudah mati terkubur bersama para Crank di parit." Ucap Minho mencoba meyakinkan Luna bahwa gadis itu benar-benar telah tiada.
Luna tertawa renyah hingga akhirnya tawa itu berubah menjadi teriakan kecil ketika Minho mencapai klimaksnya.
Luna adalah perempuan yang sempurna, tapi apa yang bisa dia berikan untuk Minho agar dia bisa melupakan Cessie? Cessie jauh lebih sempurna di mata Minho.
Minho segera memunguti kaos dan celananya yang ternyata sudah tergeletak begitu saja di lanta tanpa dia sadari.
Luna tersenyum dengan puas ketika Minho mencapai klimaksnya. Ada sesuatu yang dia rencanakan tapi tanpa Minho sadari, Minho sudah terjebak di dalam permainanannya.
"Terima kasih, sudah bermain bersamaku." Ucap Luna. Minho berbalik badan menatap gadis itu yang masih tak berbalut apapun.
"Alright, bitch. You deserves It." Ucap Minho.
"Yup. Sangat menikmati. Katakan padaku bahwa aku adalah jalang kesukaanmu." Kata wanita itu dengan nada menggoda.
Minho mulai berjalan keluar tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Luna. Saat Minho mulai menghilang dari pintu, Luna tertawa geli seakan-akan ada orang yang menatapnya dari kegelapan.
Wanita itu berdiri, menggunakan bajunya dengan santai, memamerkan tubuhnya yang sempurna.
"Yah, seperti itulah dia. Sangat kasar, tapi juga nikmat." Ucap Luna. Dia berdiri, menguncir rambutnya yang tergerai lalu tertawa lagi.
"Aku heran kenapa kau selalu mendapatkan tempat di hatinya. Padahal selama lima tahun aku dan dia melakukan hal seperti yang kau lihat tadi, tetap saja dia memikirkan mu." Ucap Luna bergerak kearah yang gelap tepat di depan tempat tidurnya, di sudut ruangan.
"Bahkan anakmu memang memiliki wajah yang persis dengan Minho. Yh Tuhan. Hal yang paling aku dambakan ternyata sudah di miliki orang lain." Ucap Luna. Perlahan wanita itu mulai memegang sesuatu dari kegelapan.
"Dan aku iri padamu. Ternyata kaulah alasan kenapa dia tak lagi di markas. Andai kau bisa merasakan apa yang ku rasakan. Mungkin aku bisa melakukan hal itu pada anakmu." Ucapnya dengan sinis. Dia segera menarik sesuatu dari kegelapan dengan kasar, hingga mengakibatkan apa yang dia tarik terjatuh kedepan tepat di bawah kakinya. Luna tertawa penuh kemenangan.
"Apa kau lebih cantik dari ku? Atau mungkin lebih seksi dari ku? Kau menyaksikannya tadi kan dengan mata kepalamu, apa dan bagaimana dia melakukannya?" Luna berjongkok menatap sesuatu di hadapannya sambil menopang dagunya.
"Dia kelihatan sangat haus, gadis bodoh. Bagaimana bisa kau membesarkan anak itu sendirian sementara ayah dari anakmu sedang bercinta denganku?" Ucapnya lagi dengan nada mengejek.
"Crank jelek yang bodoh!. Aku dengar bagaimana teman-temanmu membahas tentang dirimu saat kau berada di scorch dan glade. Aku dengar kau selalu memberi mereka kejutan. Kau selalu selamat setiap kali kematian datang kepadamu." Ucap Luna berhenti. Sempat menggantungkan kalimatnya, akhirnya dia menyelesaikannya.
"Aku akan melakukan hal yang mungkin agak berbeda. Dan mari kita lihat, apakah kau bisa menghindari nasibmu kali ini? Aku begitu terobsesi dengan Pria mu. Dia sempurna untuk ku miliki. Yah, mungkin agak bad boy tapi siapa yang tidak menyukai seorang bad boy? Upss..." Ucap Luna meledek. Wanita itu bercerita sendiri seakan-akan ada orang di depannya.
"Apa kau sakit hati melihatnya bercumbu denganku? Oh, poor Cessie. Kau sangat polos dan bodoh. Aku kasihan padamu. Andai aku adalah kau, mungkin aku akan gila menyaksikan kekasihku bersetubuh dengan wanita lain, tepat di hadapanku." Kalimat itu terdengar sangat menusuk.
Luna tertawa dengan sangat nyaring. Dia tampak menarik sesuatu yang jatuh tadi dari kegelapan, hingga menampilkan seorang wanita yang terikat menyatu dengan kursi dengan mulut yang terkunci dengan rapat menggunakan lakban.
Kepala wanita itu tampak berdarah dengan mata yang sembab. Dia tak bisa bergerak, sekalipun berteriak atau bersuara sekecil apapun.
"Cessie sayang yang malang. Akhirnya aku bisa mempertunjukan hal yang tidak kau ketahui selama lima tahun belakangan ini. Kau sangat menyedihkan. Tapi aku tak peduli. Itu urusan perasaanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
FanfictionDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...