Chapter 45 : Marcus

291 32 1
                                    

Laju pesawat mulai melambat, mereka mendarat di atas bangunan milik Markus. Tempat itu cukup untuk dijadikan sebagai pendaratan pesawat.

Saat tiba, Cessie dan kelompoknya merasa lega. Mereka telah melakukan perjalanan yang melelahkan dan berisiko tinggi untuk mencapai tempat ini. Markus, Newt, dan Andrea yang sudah menunggu, segera menyambut mereka dengan senyuman hangat. Mereka berkumpul di dalam bangunan yang ditempati Markus dan duduk di sekitar meja kayu yang kasar dan besar.

Cessie masih mengingat tempat ini dengan jelas. Hanya saja tempat ini semakin bersih dan terurus dibandingkan dengan sebelumnya.

Markus, yang memimpin kelompok nya, memandang Jorge, teman lamanya dengan tatapan penuh perhatian.

"Kalian benar-benar berani telah datang ke sini," ucap Markus.

"Kami sangat merindukanmu, Jorge." Sambung pria itu langsung memeluk Jorge.

Jorge tersenyum pahit. "Kami juga merindukanmu, Markus. Kami punya kabar buruk. Thomas dan glader grup B telah ditahan oleh WICKED, dan aku yakin mereka akan mencoba mengambilku anak-anak ini juga. Lebih tepatnya anak Cessie." Ucap Jorge. Markus tidak terlihat kaget, Newt dan Andrea sudah menceritakan semuanya.

Wajah Markus berubah serius. "Kita harus bertindak cepat. Kami telah mendengar kabar bahwa WICKED semakin mendekati basis kami. Mereka tidak akan berhenti sampai mereka menguasai semua Glader."

Newt menambahkan, "Kami memiliki rencana untuk menyusup ke dalam markas WICKED dan menyelamatkan mereka."

Andrea menunjuk seorang pria muda yang duduk di sudut ruangan. "Itu dia, Carl orang dalam kita. Dia telah bekerja di WICKED selama beberapa bulan sekarang dan telah mengumpulkan banyak informasi tentang lokasi dan sistem keamanannya. Dia hanya mata-mata, itulah kenapa dia tak bertahan lama. Namun bisa dipastikan semua informasi ada padanya." Jelas Andrea.

Awalnya Jorge ragu, namun setelah melihat keunggulannya, dia mulai percaya. Jorge adalah tangan kanan Carol, tapi bukan berarti dia tau hal yang sensitif dari Wicked.

Carl angkat bicara, "aku punya akses ke beberapa aula percobaan dan tahu bagaimana cara masuk ke dalam fasilitas utama mereka. Namun, perlu diingat bahwa risiko ini sangat besar. WICKED sangat berbahaya."

Terdengar suara gemuruh setuju di antara mereka. Cessie tahu bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain. Mereka harus menyelamatkan teman-teman mereka dan menghentikan WICKED sekali dan untuk semua.

"Dan asal kalian tahu saja, Mereka memiliki banyak ruangan rahasia yang tak banyak orang ketahui. Mereka selalu menunjukkan sisi baik, tanpa memperlihatkan keburukan yang telah mereka lakukan." Sambung Carl.

"Salah satunya penjara bawa tanah." Sambung Aris. Carl tertawa.

"Apa kau sudah pernah ke sana?" Tanya Carl.

"Yup, kemarin. Dan Cessie adalah korban mereka." Jelas Aris.

"Berterima kasihlah padaku. Aku telah menyelamatkan mu." Ucap Minho yang sedari tadi diam. Cessie memutar bola matanya saat bertatapan dengan pria itu.

"Dan jika kalian perhatikan, setengah dari orang-orang yang mereka bunuh di penjara itu adalah rekan kerjaku. Salah satu yang di gantung adalah istriku. Tragis bukan? Mereka menggantung semua tahanan secara bersamaan dan membiarkan mereka berteriak, menjerit kesakitan secara bersamaan." Ucap Carl.

Semua yang mendengar cerita itu, merasakan kengerian yang menusuk. Cessie bersyukur dia tidak menjadi salah satu dari mereka.

Mereka menghabiskan berjam-jam berdiskusi dan merencanakan tindakan mereka. Mereka membutuhkan peta rinci dari kompleks WICKED, informasi tentang jadwal penjagaan, dan semua alat yang mereka butuhkan untuk memasuki markas musuh. Rencana mereka menjadi semakin rumit dengan setiap detail yang mereka tambahkan, tetapi mereka tahu bahwa tidak ada jalan lain.

Saat matahari mulai terbenam, Markus berkata, "Kita akan mulai operasi ini besok pagi. Kita akan menjemput Thomas dan subject yang tersisa, dan menghancurkan WICKED dari dalam. Tetaplah siap, teman-teman."

Malam itu, Cessie membiarkan Nick bermain bersama Fry, Aris dan Gally. Mereka bertiga tertawa menyaksikan Nick sementara Cessie mulai berbaring di tempat tidurnya. Tempat tidur lantai tiga yang empuk.

Cessie yakin dia akan tertidur dengan yang jatuh untuk yang pertama kalinya. Tempat Marco semakin nyaman dibandingkan dengan waktu pertama kali dia datang sekitar lima tahun yang lalu.

Saat sedang berusaha untuk mencoba tidur, tenggorokan Cessie gatal. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi kedapur tanpa perlu merepotkan orang-orang.

Cessie berdiri di dapur, sibuk menumpah air lalu meminumnya. Lampu remang-remang menciptakan suasana yang hening di ruangan itu, hingga langkah kaki yang mendekat memecahkan kesungian. Dia tidak perlu berbalik untuk tahu bahwa itu adalah Minho. Setelah sekian lama, dia mengenal suara langkah Minho seperti mengenal suaranya sendiri.

"Minho," gumam Cessie tanpa menoleh, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar. Dia selalu berusaha menjauh ketika dia sedang mengalami perbedaan pendapat dengan Minho. Dia selalu menjauh dari pria itu karena sesuatu mungkin akan terjadi, mengingat setiap perkelahian akan berakhir dengan sesuatu yang intim.

"Kau masih marah padaku." Ucap pria itu lembut. Cessie lanjut mencuci gelas yang dia gunakan untuk minum, mencoba membuat dirinya sibuk agar Minho tidak mengganggunya.

Minho berhenti beberapa langkah dari Cessie.

"Cessie," sahutnya, suara itu terdengar ragu.

"Bisakah kita bicara?"

Cessie berhenti mencuci piring, tapi masih belum berbalik. "Aku lelah kau mengejarku hanya untuk berbicara. Bicaralah jika kau mau."

Minho menghela nafas dalam-dalam, lalu mendekati Cessie dengan perlahan. Ketika dia sampai di samping Cessie, dia menatap wajahnya yang masih berbalut ketegangan.

"My dear, i need to tell you something."

Cessie menoleh, menatap Minho dengan ekspresi campuran antara keingintahuan dan ketidakpastian.

"Apa? Katakan saja, Minho?"

Minho meraih tangan cessie, sesuatu yang biasanya akan Minho lakukan setiap kali bercerita dengan cessie.

"Ini tentang Luna," katanya perlahan.

Cessie menarik tangannya perlahan dari genggaman Minho. Dia tak ingin mendengar gadis itu.

"Apa yang ingin kau bicarakan tentang Luna? Apa hubungannya denganku?" Cessie menatap Minho dengan sinis.

"Dengar, maafkan aku. Astaga aku merasa seperti pria bodoh mengingat sudah berapa banyak kesempatan yang kau berikan untukku. Hal yang selalu ku katakan padamu hanya minta maaf lalu aku melanggarnya dan meminta maaf lagi." Ucap Minho kesal dengan dirinya sendiri.

"Aku tak kan memaksa mu untuk memaafkan ku. Aku tau ini sudah keterlaluan, tapi aku berharap kau masih mau menerimaku. Aku sudah berusaha menjauh darinya, tapi seperti yang kau lihat di malam itu, aku dijebak. Dia memberiku minuman dengan dosis obat yang tidak wajar." Jelas Minho.

Cessie menatap lekat-lekat ke mata Minho. Pria itu tampak terluka. Mungkin Cessie juga sudah berlebihan dengan tidak mengerti betapa Minho harus menerima keadaan yang selalu memaksanya untuk tidak menjadi dirinya sendiri.

"Aku tak ingin berpisah lagi denganmu. Caramu mengatakan bahwa kita tidak berhubungan lagi, itu menyakitiku." Uca Minho. Cessie tertawa mendengar ucapannya.

"Kau tersakiti dengan kalimatku? Oh ayolah. Bagaimana perasaanmu jika kau menyaksikanku bercinta dengan pria lain? Disaat posisimu tak bisa beranjak dan menjerit, otakku hampir pecah ketika aku tak bisa berteriak menyuruhmu untuk tidak melakukan hal itu."

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang