Cessie kebingungan bukan main. Di sisi lain dia sangat bangga karena anaknya bertumbuh dengan baik.
"Mom sendiri yang bilang untuk tidak menyerang siapapun. Pergilah, mommy. Minta maaf pada paman." Ucap Nick dengan beberapa kalimat yang masih tidak cukup jelas.
Minho terkekah dari posisinya. Dia tertawa kecil menyaksikan anaknya itu.
"Kan, ayolah. Minta maaf padaku." Ejek Minho sambil berdiri membersihkan debu di bajunya.
Gally tersenyum kearah Nick di saat anak itu meminta untuk menurunkannya. Gally langsung melepas anak itu, menyaksikannya berlari ke arah Minho lalu memeluknya.
"Maaf soal, mommy." Ucapnya singkat. Minho tersenyum lalu membalas pelukan kecilnya. Cessie menatap Minho dengan tatapan yang tajam seakan dia tak setuju anaknya bersama Minho.
"Ita okay honey. Ibumu pasti tertekan. Tenang saja. Paman bisa memahaminya." Ucap Minho. Aris menghampiri Minho dan Nick, mencubit kecil pipi Nick lalu tertawa.
"Oh yah, kau juga bisa memanggilku-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Cessie segera menegur Minho dengan tegas.
"Jangan berani-beraninya kau-" kali ini, kalimat cessie yang terpotong.
"Panggil aku Daddy, jika kau mau." Ucap Minho pada Nick lalu menatap Cessie saat dia menyebut kata Daddy.
"Shit! I'll kill you!." Umpat Cessie sedikit pelan. Dia tak ingin Nick mendengar ancamannya pada Minho.
Semua sangat canggung dengan Cessie dan Minho. Jorge tertawa mengetahui betapa Minho ingin sekali dipanggil ayah.
"Daddy? That's great. Aku tidak punya ayah sejak kecil. Kau mungkin akan menjadi ayah pertamaku. Thanks dad." Ucap Nick. Sayang sekali anak itu tidak mengerti semua tentang masa lalu ayah dan ibunya.
"Okey kid, kita akan segera tiba di rumah sementara kita." Ucap Jorge. Mereka semua bersiap menggunakan sabuk pengaman saat pesawat mulai landing.
Semua bangunan tiga tingkat yang sangat menyeramkan membuat bulu kuduk berdiri saat menatapnya.
"Beristirahatlah sejenak. Kita akan melanjutkan perjalanan kita ke markas Markus saat matahari mulai tinggi." Ucap Jorge. Semua masuk kedalam. Gally tampak memeriksa setiap sudut bangunan itu, memastikan Crank phase empat tidak berkeliaran di daerah situ.
Minho masih bersama Nick. Dia bahkan terlihat menimang anak itu dengan hati-hati setelah dia selesai memberi makan Nick dengan pasokan makanan yang tersedia di ranselnya.
Sementara Cessie. Perasaannya masih menggebu-gebu mengingat kejadian buruk yang menimpanya. Dia tak menyukai Nick bersama Minho, namun menyadari bahwa mereka adalah sepasang ayah dan anak, membuat hati Cessie meleleh.
Brenda menghampirinya lalu duduk tepat di samping Cessie, menyaksikan Aris dan fry membuat api unggun.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Brenda. Cessie tersenyum menatap wanita itu.
"Jelas kacau. Thomas masih disana. Aku tak bisa membiarkannya disana." Balas Cessie.
"Yeah, aku tau. Oh yah, Cess. Aku minta maaf soal Minho dan Luna." Ucap Brenda.
Cessie tampak bingung. Brenda tak memiliki hak untuk meminta maaf. Itu bukan salahnya.
"Hey, jelas-jelas ini bukan salahmu? Kenapa kau meminta maaf?" Tanya Cessie.
"Bukan begitu. Sebagai temannya, kami tak bisa membantumu.dan semua yang terjadi memang hanya sebuah pekerjaan." Jelas Brenda.
"Apa iya? Lagian wanita sinting itu menyukai pria gila disana. Aku semakin membencinya sejak melihat mereka bercinta dihadapanku. Brengsek. Aku ingin sekali mematahkan leher perempuan itu." Ucap Cessie penuh dendam. Brenda tertawa menyDaei berapa Cessie cemburu dengan hubungan Minho dan Luna.
"Tapi kau menyukainya kan. Ayolah Cess. Maafkan saja Minho. Kau tak lihat? Dia tampak bertanggung jawab ketika bersama Nick. Bagaimana bisa kau menolak dua masa depan di hadapanmu?" Ucap Brenda menggodanya.
"Minho? Oh ayolah. Aku putus dengannya. Lagian kami juga belum menikah. Lucu sekali bagaimana aku mengandung dan melahirkan tanpa menikah." Ucap Cessie tertawa.
"Lagian siapa peduli. Seandainya kau menikah pun tak kan ada orang yang akan datang. Dunia sedang kacau cess." Sambung Brenda.
Minho tampak berjalan mendekati mereka saat api unggun sudah menyala. Pria itu menyerahkan Nick pada Cessie namun Brenda langsung memeluk anak itu.
"Biar aku saja." Ucap Brenda.
Gally dan Jorge merapat bersama Aris dan Frypan. Mereka duduk sambil memakan makanan apa saja yang ada. Cessie berusaha memalingkan wajahnya setiap kali Minho menatapnya. Wanita itu menghiraukan Minho dengan cara yang membuat Minho berpikir panjang.
"Kita akan kembali menyelamatkan Thomas besok atau lusa. Kita butuh persediaan mengingat pasukan kita kalah banyak." Ucap Jorge. Minho tertawa.
"Tenang saja pak tua, aku bisa menangani mereka semua yang ada di markas." Ucap Minho. Gally menatapnya sambil tertawa.
"Boleh juga, Minho." Sambung Fry.
"Tidurlah, aku akan berjaga." Ucap Gally.
"Aku akan menemanimu." Sambung Minho. Gally cukup terpukau dengan tawaran seorang Minho.
Cessie tak mempedulikan pria itu, dia langsung berbaring di dekat api unggun tepat di samping Brenda lalu sesekali menatap anaknya yang tertidur.
Beberapa saat kemudian semuanya hening. Tersisa Gally dan Minho, sementara mereka sudah tertidur.
Gally menatap Minho dengan tatapannya.
"Apa benar yang dia katakan?" Tanya Gally. Minho tak mengerti arah bicaranya
"Kau dan Luna. Juga Cessie. Bung, kau sangat brengsek jika itu memang terjadi. Sialan. Aku tak bisa membayangkan betapa gilanya kau melakukan itu dihadapan Cessie." Ucap Gally.
"Tentu. Itu sudah biasa, lagian aku tak benar-benar melakukan itu karena mauku. Dia menjebak setiap inci dari hidupku." Jelas Minho.
"Iya juga ya. Tapi tetap saja itu hal yang gila. Benar kata mereka. Dunia memang sudah gila." Sambung Gally.
Beberapa kali Minho terlihat menatap Cessie yang sedang tertidur. Dia kembali teringat perlawanan Cessie yang sangat menggelikan. Tak sangka Minho tersenyum kecil membuat jiwa menggoda Gally mulai meronta.
"Jatuh cinta?" Ucap Gally.
"Diamlah." Sambung Minho mengalihkan pandangannya. Gally tak berhenti menggoda Minho. Tanpa sengaja, Gally menangkap luka yang ada di tangan Minho.
"Kau tak mengobati tanganmu? Itu akan sangat sakit jika terkena angin." Ucap Gally. Minho menatap tangannya lalu tertawa kecil mengingat betapa wanita itu berusaha melukainya hanya bermodal kukunya.
"Jangan terlalu dramatis. Ini akan baik-baik saja. Luka begini sudah berteman lama denganku." Ucap Minho. Gally menaikan alisnya.
"Well, kurasa itu benar. Lagian maze lebih mengerikan dari wanita itu, kan?." Ucap Gally, berbalik melirik Cessie yang tertidur dengan satu tangan memegang anaknya.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Minho membuyarkan Gally.
"Oh, itu. Bukan apa-apa." Ucapnya menyengir. Minho mengalihkan perhatiannya kembali menatap tangannya.
"Kau pikir kita bisa menarik Thomas keluar dari sana?" Tanya Gally.
"Yup. Tenang saja. Selagi aku masih bersama kalian, percayalah. Itu akan sangat mudah." Jawab Minho.
Gally tak yakin dengan ucapan pria itu. Minho tampak membuatnya tidak mengkhawatirkan hal buruk yang memungkinkan terjadi pada penyelamatan yang akan mereka lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)
Fiksi PenggemarDi antara reruntuhan kota terakhir, seorang gadis menemukan dua jiwa yang terbaring tak berdaya, dengan sedikit detak nadi yang masih terasa. sebelum pasukan Wicked membersihkan kota dari para Cranks, gadis itu memutuskan membawa dua tubuh tak berda...