11. Dia Kembali

558 51 0
                                    

Hai hai gays!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai gays!!

Apa kabar kalian semua?!

SELAMAT MEMBACA!!

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

"Kata orang rumah ku adalah istana ku. Tapi bagiku, rumah ku adalah neraka ku. Dan kata orang keluarga adalah orang terdekat, tapi bagiku keluarga adalah orang dekat yang jauh."

~Elviana Chairani Lestari

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

Dua anak remaja perempuan dan laki laki berada di pinggir jalan. Tepatnya mereka berdua ingin pulang karena sudah hampir larut malam.

Elvi duduk di jok motor belakang Alvin. Tetapi karena Alvin memakai motor ninja hal itu sampai duduk kesamping agar ia nyaman juga.

Alvin berjalan menuju Elvi yang sedari tadi sedang duduk di jok motor.
Tanpa aba-aba Alvin menggas motornya dengan kecepatan tinggi hal itu membuat Elvi mau tak mau memeluk Alvin. "Makanya peluk gue biar lo gak jatuh." Alvin tersenyum di balik helm full facenya.

Di depan rumah Elvi tepatnya di gerbang mereka berdua berdiri tanpa ada yang memulai perbicaraan. Alvin sudah menyalakan mesinnya tetapi di halangain oleh Elvi.

Elvi memegang motor Alvin untuk jangan pergi terlebih dahulu. Sepertinya ia ingin memberikan sesuatu. "Bentar jangan main pergi dulu."

Dengan muka datar Alvin membuka helm full facenya. Dan pada saat itu juga ngebuat Elvi terpesona dengan Alvin. "Mau ngapain, hm?" Tanyanya sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.

Melihat Alvin membenarkan rambutnya itu membuat Elvi kehilangan kesadaran dan menjadi melamun ke arah wajah Elvi. Alvin melambaikan tangan tepat di depan wajah Elvi.

Elvi tersadar dari lamunannya itu memalingkan wajahnya ke arah lain. "Tunggu bentar gue mau ngambil barang punya lo." Jawabnya dan berlari ke arah pintu rumahnya.

Sudah hampir 10 menit Alvin menunggu di sana. Entah lah mengapa dia rela menunggu Elvi biasa saja dia sama sekali tidak suka menunggu tapi kenapa dengan Elvi dia rela.

Sosok perempuan membawa jaket kulit di tangannya itu berlari kecil. "Nih jaket lo." Elvi memberikan jaket milik Alvin dengan kasar. "Tenang jaketnya udah gue cuci, setrika, bahkan udah gue kasih parfum."

"Gue gak minta." Jawabnya dengan enteng tanpa memikirkan Elvi sedikitpun.

Mendengar jawaban Alvin seperti itu justru membuat Elvi memasang wajah judes. "Iya gue tau tapi nanti kalo gak gue setrika lo malah marah." Jawabnya sambil menaruh tangannya ke depan dada dan pipi yang menggembung.

"Iya iya gue ngerti udah jangan ngambek mulu kasian tuh muka lo cantiknya hilang." Ujar Alvin dengan lembut. Hal itu membuat pipi Elvi memarah. Mungkin karena salting sama sifat Alvin yang tiba tiba lembut. "Kenapa tuh pipinya sampe merah?? Salting ya, Ri? " Goda Alvin.

Sosok lelaki sedari tadi berdiri di balik pohon besar tak jauh dari rumah. Sosok tersebut tersenyum smirk sambil melihat Elvi dan Alvin dari jarak jauh. "Gue gak akan ngebiarinin lo bahagia Elvi."

✧❁❁✧✿✿✧❁❁✧

Alvin sudah pergi dari rumah Elvi. Jadi Elvi masuk ke dalam rumah tapi entah lah jantungnya tidak bisa berkerja sama. Yapp sekarang ini ia masih deg degan dengan pipi yang masih memerah.

Elvi berjalan ke arah tempat tidur. Ia membuka hp dan Elvi hanya fokus dengan nomor tidak di kenal. "Nomor siapa ini?" Tanya nya dengan diri sendiri.

--------------
+62 874-xxxx-xxxx

Gimana kabarnya??

Gue balik lagi el

_____________________________________________

Elvi membulatkan matanya karena terkejut siapa yang sudah kembali lagi. "Ngapain nih anak balik lagi." Gumamnya. Ia melempar hpnya ke sembarang arah.

Elvi menyadari ternyata dirinya belum juga membersihkan diri. Mau tau mau Ia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Tetapi saat ia telah selesai membersihkan diri justru ada coretan. Sepertinya coretan itu dari darah karena bau amis yang menyengat. "ARGHHHH." Teriaknya saat melihat coretan tersebut di kaca kamarnya.

Elvi mengambil tisu basah yang berada di meja belajarnya dan mengusapkan ke cermin untuk menghilangkan coretan tersebut. "Siapa sih yang coret coret mana susah lagi buat di hapus."

Sialnya sekarang ini hidung Elvi mulai mengeluarkan darah segar. "Kenapa harus sekarang sih keluarnya." Ia mengelapkan darah yang berada di hidungnya.

Sudah 5 menit tetapi hidung Elvi tetap mengeluarkan darah segar. Bahkan ia juga sudah mengelap hidungnya tetapi tetap aja tidak ada efek berhenti.

"ELVI,"

"ELVI," Panggil Liam dari bawah ruang tamu.

Mendengar namanya di panggil Elvi bergegas keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu persatu. "Kenapa pa?" Tanya Elvi dengan sopan.

Bukannya menjawab pertanyaan Elvi justru Liam melepaskan sabuknya lalu melayangkan pada tangan Elvi tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Ctar!

Ctar!

Ctar!

"Kenapa pa kenapa papa cambuk aku." Meringis kesakitan.

Ctar!

"BERANI BERANINYA KAMU BIKIN SAYA MALU TADI ELVI."

Ctar!

"Udah Pah udah."

Ctar!

"KAMU ITU SEBAIKNYA JANGAN IKUT KAMI KALO MAU BIKIN MALU AJA."

Darah segar terus menerus mengalir dari tangan Elvi. Tubuh Elvi melemas dengan rasa nyeri yang mulai ia rasakan tarutama di bagian tangannya.

Mendengar jeritan dari mulut Elvi itu membuat Liam terasa puas. Akhirnya Liam menghentikan aksinya itu dan meninggal Elvi sendirian tepatnya di ruang tamu.

"Kata orang rumah ku adalah istana ku. Tapi bagiku, rumah ku adalah neraka ku. Dan kata orang keluarga adalah orang terdekat, tapi bagiku keluarga adalah orang dekat yang jauh." Gumamnya.

Udah vote belum nih kalo belum vote dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah vote belum nih kalo belum vote dulu

Next??

Jangan lupa follow ig: @penulis_langit23
Follow tiktok: @penulis_langit23

Publish
Rabu, 23 Agustus 2023

VinRi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang