12. Peduli

539 46 0
                                    

Hai hai gays!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai gays!!

Apa kabar kalian semua?!

SELAMAT MEMBACA!!

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

Berjalan menuju meja makan. Tetapi perasaan Elvi sudah tidak enak terhadap kedua orang tuanya. Seperti ada aura amarah dari mereka.

"Elvi jawab jujur pertanyaan dari saya." Liam bernada tinggi.

Elvi membuang wajah. Seperti tidak peduli apa yang ingin Ayahnya itu tanyakan. "Kalo aku bisa jawab pasti bakal aku jawab jujur." Jawabnya dengan tangan yang memegangin tangan satunya karna cambukan dari sang Ayah tadi malam.

Liam berjalan ke arah Elvi dengan amarah yang memuncak. "Apa kamu ikut geng motor Elvi?"

Membuang nafasnya. "Kalo iya emang kenapa Pah?" Jawabnya sambil bertanya kepada sang Ayah.

"KAMU TAU SENDIRI KAN GENG MOTOR ITU GAK BAIK. GENG MOTOR ITU ISINYA ANAK ANAK BRANDALAN YANG CUMAN BISA BIKIN ONAR ELVI." Liam memegang tangan Elvi yang bekas cambukan tadi malam.

"Pah udah pah tangan aku sakit." Rintih Elvi kesakitan saat tangannya di pegang dengan kuat dan parahnya tangan yang di pegang Liam adalah tangan yang tadi malam kena cambukan.

Liam menurunkan tangan Elvi dengan kasar yang tadi ia cengkram begitu kuat. "Saya minta kamu keluar dari geng motor itu." Titah Liam.

Dengan tegas Elvi jawab. "Sampe kapan pun aku gak akan mau keluar dari Araster Pa!! Memang apa yang Papa tau tentang Araster?? Papa itu gak tau apa apa tentang Araster. Jadi jangan pernah nyuruh aku buat keluar dari Araster. Asal Papa tau Araster itu rumah ke tiga aku setelah Keluarga Om Naufal dan rumah pertama aku rusak" Jawab Elvi dengan nada tinggi.

Elvi bergegas pergi dari sana tanpa berpamitan dengan kedua orang tuanya dan sarapan. Ia pergi ke depan untuk mencari Pak Bagas sang Supir.

"Pak kita berangkat sekarang ya"

Pak bagas yang sedari tadi sedang menyiram bunga di depan rumah itu terkejut dengan kehadiran Elvi. "Tapi bukannya Non pake motor ke sekolah?"

Tak mungkin Elvi jawab jujur ke Pak Bagas bahwa ia tak bisa membawa motor karena keadaan lengannya. "Oh ya Pak tadi niatnya saya mau bawa motor tapi gak jadi soalnya ada masalah di mesinnya."

Pak Bagas tau betul gimana Elvi karena dia sudah mengenal Elvi dari kecil. Tetapi Pak Bagas juga tidak ingin Elvi semakin tambah sedih. "Bentar ya Non saya ambil mobilnya dulu." Ujar Pak Bagas dan Elvi menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Pak Bagas sudah hilang dari pandangannya. "Mungkin menurut orang orang geng motor itu isinya anak anak brandalan, tapi gue gak peduli sama ucapan orang orang karena yang terpenting gue bisa mendapatkan kasih sayang di sana pada saat kedua orang tua gue sama sekali gak pernah ngasih kasih sayangnya sama gue bahkan dari kecil." Gumamnya sambil mengeluarkan cairan putih dari matanya.

VinRi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang