PROLOG

31.9K 575 10
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Nginep di hotel?"

Jelita mengerutkan kening, bertanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Perempuan itu sampai harus menoleh dan berbalik 90 derajat pada kekasihnya yang duduk di balik kursi kemudi, tepat di sampingnya.

"Udah mau jam satu malam, By. Sampai di rumah kamu kemungkinan jam dua. Kamu yakin mau aku antar pulang aja?"

Arjune—laki-laki yang masih mengenakan kaus putih yang dibalut jas hitam serta celana bahan pensil itu tampak tenang berbicara di tempatnya. Ia bahkan ikut menoleh pada Jelita yang menatapnya setengah horor. Sambil menyugar rambut halusnya yang sedikit gondrong ke belakang, ia meraih pipi Jelita untuk diusapnya.

"Sekarang aku tanya, kenapa kita harus nginep di hotel? Aku pulang juga nggak apa-apa, kok. Kamu ngantuk? Mau gantian sama aku buat nyetir? Aku nggak apa-apa," kata Jelita lagi.

Perempuan itu menurunkan tangan Arjune dari pipinya, tetapi Arjune menggantinya dengan menggenggam tangan kekasihnya.

"Sayang, dengar... aku minta maaf kalau ucapan aku bikin kamu sedih, tapi akhir-akhir ini aku kepikiran, Papa kamu, kan, baru aja berpulang, maksudku, kalau aku antar kamu ke rumah tengah malam begini, tetangga kamu mikir apa?"

Jelita langsung terdiam dibuatnya. Ia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.

"June, kamu...."

"Aku mikirin kamu, Jelita. Aku gak mau kamu diomongin yang enggak-enggak. Ini semua diluar rencana kita, kan? Kalau aku tau acara Mario sampai malam, lebih baik kita nggak usah datang."

Jelita bungkam, ia menggigit bibir dalam-dalam. Memang ini kejadian yang tak direncanakan. Ia dan Arjune pergi ke Bogor sejak pukul lima sore untuk menghadiri acara pertunangan teman semasa SMA-nya Mario, mereka tidak menyangka akan pulang selarut ini karena tadi selepas acara resmi, Mario mengadakan acara lain yang dikhususkan untuk reuni teman-teman SMA-nya.

"Harus banget tidur di hotel, ya?" cicit Jelita sambil memainkan jemarinya di atas paha.

"Nggak, kalau kamu mau, kita bisa tidur di mobil. Tapi, risikonya mobil kita digeret satpol PP, dan kita pasti dituduh yang enggak-enggak."

Jelita mencebik. "Aku nggak apa-apa tidur di mobil."

Arjune menghela napas panjang. "Kamu takut aku apa-apain di hotel?"

Mata bulat Jelita langsung menggeleng panik. "N-nggak, bukan gitu, June!"

"Terus kenapa?" Arjune tersenyum tipis. "Kamu gak percaya sama aku? Kita pacaran udah empat tahun, mau jalan ke lima. Selama itu apa aku pernah macem-macem sama kamu? Nggak, kan?"

Jelita langsung menggeleng pelan.

"Ya udah, terus apa yang kamu takutin? Aku mau kita nginep di hotel biar kamu tidur dengan nyaman, lagian besok juga kamu nggak ada kelas."

Jelita tampak menimbang, begitu lama sampai menciptakan hening di dalam mobil yang terparkir di restoran junk food rest area.

"Y-ya udah, kita nginep di hotel. Tapi, kita pisah kamar."

Arjune kemudian menoleh dengan alis terangkat satu, ia tidak menjawab apa pun, tapi anggukan kecilnya membuat Jelita tersenyum lega.

Akhirnya perdebatan yang berlangsung hampir tiga puluh menit itu berakhir, Arjune kembali menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya meninggalkan rest area untuk menuju tempat tujuan mereka, mengunjungi salah satu hotel yang berada di kawasan Bogor.

===
TBC

Ketik emoji 🤍💜 kalau kalian suka dan tertarik sama cerita ini🥹

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang