BAB 38 - Meragukan

2K 190 48
                                    


Happy Reading!

===

Kacau balau.

Jelita benar-benar pergi dari apartemennya tanpa Arjune menahannya. Dia sempat berharap Jelita kembali lagi, tetapi hingga satu minggu kemudian, Jelita tidak kunjung pulang.

Mungkin sekarang, yang membuat Arjune merasa tenang karena Jelita tidak membawa barang-barang yang dia tinggalkan di apartemennya, tetapi jika itu terjadi, Arjune mungkin akan segera menjemput perempuan itu tanpa perlu berpikir dua kali.

Namun, untuk saat ini, Arjune belum menemukan cara untuk memperbaiki semua kekacauan yang terjadi. Dia juga mulai menghindari pertanyaan dari bundanya tentang proses acara pertunangan mereka yang dalam beberapa minggu ini akan terlaksana. Sepertinya, Jelita juga belum menceritakan pertengkaran mereka yang terjadi pada bundanya, atau mungkin Jelita sedang berusaha memperbaikinya?

Setitik harapan itu membuat sisi lain dalam diri Arjune tertawa. Setelah apa yang dia lakukan pada Jelita, dengan beraninya dia berharap Jelita masih mau melanjutkan pertunagan mereka. Bukankah itu terdengar mustahil?

"Kak? Kok ngelamun lagi, sih?"

Arjune menoleh ketika mendengar ucapan itu disertai tepukan di pundaknya.

Ada senyum  khawatir yang terpancar dari sosok Giselle ketika melihatnya melamun. Perempuan itu beberapa waktu terakhir ini mengisi hari-hari Arjune. Tidak dalam hal yang berkonteks spesial, tetapi dia cukup sering muncul karena Arjune sedang sering-seringnya berkumpul kembali dengan teman-teman SMA-nya, apalagi Mario sedang butuh ditemani karena Hanna sebentar lagi akan lahiran.

Ketika malam itu Arjune mendapat kabar dari Pak Hartono, dia merasa kehilangan arah. Malam itu Arjune tidak bisa tertidur, dia hanya bisa memandangi Jelita yang terlelap sambil memeluknya hingga pagi.

Saat itu, Arjune melihat Jelita membuka mata dan menemukannya masih menatapnya di bawah mata sayu dan kantung mata menghitam.

Arjune masih mengingat dengan jelas kekasihnya itu tersenyum sambil menciumnya, mereka bahkan sempat melakukan morning sex yang Arjune rasa, untuk pertama kalinya begitu terasa menyakitkan.

Perasaan Arjune sangat kalut, sampai rasanya dia tidak mau melihat kekecewaan di mata Jelita atas kabar kegagalannya lagi.

Seharusnya, mungkin Arjune bisa memilih egois seperti biasa yang dia lakukan. Tetapi, di sisi lain, Arjune tidak ingin merusak hal yang menjadi bahagia mereka berdua, walau pada akhirnya Arjune benar-benar merasa muak karena terus berpura-pura menunggu acara bahagia yang tidak akan pernah terjadi itu.

Arjune pergi mendatangi teman-temannya untuk menenangkan diri dan meminta solusi, dan saat itu hanya Giselle, menjadi satu-satunya orang yang tidak menghakimi perasaan kalut Arjune dibanding teman-temannya yang ia yakin bisa menenangkannya dengan segala saran dan solusi gila mereka.

"Goblok. Mau lo apa, sih, June? Udah berhasil bikin Jelita yakin, sekarang malah lo yang ciut."

"Iya anjir. Kenapa lagi? Gak usah makan terus ego sama gengsi lo, Jelita aja gak akan peduli lo mau lulusan S1 atau S-nong-nong. Dia, kan, cinta mati sama lo. Bukan sama otak lo."

"Capek-capek gue ngasih saran sampai ditawarin LC, eh sekarang goblok lagi."

"Jadi sebenernya, lo itu mau nikah sama Jelita atau enggak? Kok, dilihat-lihat kayaknya lo cuma pengen buktiin kalo lo itu gak suka disepelein sama bokap lo."

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang