BAB 1 - Kepergian Papa

18.5K 442 17
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Hujan deras yang turun di tengah awan mendung menjadi pelengkap iringan suasana duka di rumah bertingkat dua milik Jelita Mirabelle. Perempuan berusia 21 tahun itu tengah dirundung duka karena beberapa jam yang lalu, ia baru saja mengantarkan sang ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Rumah yang biasanya sepi, kini berubah ramai karena orang-orang berdatangan untuk bertamu dan mengucapkan belasungkawa. Halaman rumahnya yang luas pun sudah dikelilingi karangan bunga dari keluarga, teman, hingga rekan bisnis sang ayah. Ucapan belasungkawa yang berbentuk karangan bunga itu saking banyaknya datang sampai memanjang ke luar gerbang dan mengelilingi sepanjang garis tanah rumahnya yang luas.

Jelita sudah tidak memiliki tenaga sekarang, ia memilih mengasingkan diri di kamar, meringkuk di ranjangnya, dan membiarkan asisten rumah tangganya menyambut tamu yang tidak ada habisnya.

Kepergian sang ayah yang mendadak karena henti jantung membuat Jelita sangat terpukul. Selama ini, meskipun telah kehilangan sosok ibu sejak masih bayi, Jelita tidak pernah kekurangan kasih sayang karena sang ayah selalu memberikan dan mencurahkan kasih sayangnya tanpa batas. Mereka hidup dengan kasih sayang yang melimpah satu sama lain, walau hanya berdua, Jelita tidak pernah merasa kurang.

Sekarang, Jelita tinggal sendirian, bersama asisten rumah tangganya Bi Mirna yang setia menemaninya sejak Jelita kecil.

Tok Tok Tok!

"Sayang, aku boleh masuk nggak?"

Jelita hampir melupakan sosoknya, Arjune Gibrantara, kekasihnya yang sudah menjalin hubungan dengannya selama empat tahun, dan menjadi orang yang selalu menemaninya, menjaganya dengan sangat baik selain James-Papanya.

"Kamu belum makan dari pagi, aku buatin kamu nasi goreng, enak banget. Makan dulu yuk?"

Suara Arjune kembali terdengar. Jelita tahu betul lelaki itu tengah membujuknya, tetapi Jelita sedang benar-benar tidak ingin diganggu sama sekali.

"Kamu pulang aja, June. Aku mau tidur." Suara Jelita terdengar serak ketika membalas ucapan Arjune, tapi ia yakin Arjune mendengarnya.

"Aku pulang kalau kamu udah makan. Aku masuk, ya?"

Suara pintu terbuka terdengar kemudian. Jelita tidak mau repot-repot keluar dari tempat persembunyiannya, yaitu selimut yang menutupi tubuhnya. Ia membiarkan langkah kaki Arjune mendekat, lalu suara nampan disimpan di atas nakas terdengar, dan kasur king size-nya yang bergerak terasa.

"Sorry, aku masuk sebelum kamu izinin." Arjune masih sempat-sempatnya mengucap maaf karena masuk ke dalam kamarnya sebelum Jelita mengizinkan, padahal Jelita juga tidak akan marah. Tapi, ia sudah terbiasa dengan cara Arjune memperlakukannya. Selama berpacaran, lelaki itu dikenal sopan dan penuh tata krama. Tidak heran, jika sang ayahnya pun sangat menyayangi Arjune.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang