BAB 31 - Sebuah Ancaman

3.5K 182 46
                                    

Ketemu lagiiii😍😍😍

Yang lupa sama part sebelum ini bisa baca Hidden Part-9 Toxic Love di KaryaKarsa, ya💞

Ada target vote dan komen di part ini, jadi jangan lupa pencet bintangnya sebelum baca dan kirim komentar yang banyak ya🦋

Happy reading!

===

Arjune tidak tahu kapan terakhir kali ia melihat kekacauan di dalam apartemennya sendiri. Kekacauan ketika melihat beberapa barang yang pecah berserakan di lantai serta jatuh mengenaskan.

Hiasan di atas meja dan beberapa figura foto bahkan sudah tidak berada di tempatnya.

Ia bangun dalam keadaan kepalanya sakit, pemandangan mengabur, ditambah sosok Jelita yang terbaring di sampingnya dengan tubuh yang membuat Arjune sesak melihatnya.

Ada bekas kemerahan di leher yang melingkar, yang Arjune yakini bukanlah bekas tanda cinta darinya. Ada beberapa lebam yang mulai membiru di lengan bagian atas dan pergelangan tangan perempuan itu.

"Shit, apa yang udah gue lakuin?" Arjune meremas rambutnya sebelum memukul-mukulnya pelan. Matanya memanas ketika ingatannya membawa Arjune pada kejadian kemarin, saat mereka makan malam bersama di rumah Arjune, kemudian berakhir kacau dan Arjune mabuk.

Ingatan-ingatan itu samar-samar datang ke kepala Arjune, dan suara tangisan serta memohon Jelita masuk ke gendang telinganya seakan kembali menyadarkan Arjune bahwa semalam ia sudah bertindak gila dan di luar batas.

Lelaki itu kemudian segera turun dari ranjang, berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaiannya asal. Ia tidak peduli jika kakinya yang tanpa alas menginjak serpihan kaca dari lampu tidur yang jatuh.

Langkah kaki tergesanya mendekat pada Jelita yang masih setia menutup mata dalam keadaan tanpa busana. Pikiran Arjune jadi melayang, apakah Jelita pingsan?

"Sayang..." Arjune berusaha semaksimal mungkin agar suaranya tidak terdengar bergetar, tetapi ia tidak cukup berhasil.

"S—Sayang, bangun... m—maaf."

Tangan Arjune menepuk-nepuk pipi Jelita, sedangkan satu tangannya lagi menggenggam tangan Jelita sambil mengecupinya.

"Maafin aku, Jelita. Aku emang berengsek, gila." Arjune terus menyalahi dirinya sendiri. "Kamu boleh marah sama aku, pukul aku, balas semua hal yang udah aku lakuin ke kamu."

Ucapan-ucapan tanda penyesalan itu terus Arjune layangkan hingga akhirnya Jelita berhasil bergerak dari tidurnya. Perempuan itu mengerutkan kening, kemudian suara ringisannya terdengar, seperti sedang merasakan sakit, dan hal itu membuat Arjune semakin merasa bersalah.

"S—sakit, jangan...."

Sebuah bongkahan batu kini terasa menghujam dada Arjune ketika mendengar ucapan Jelita. Perempuan itu seperti kesakitan dan bergerak gelisah di ambang batas kesadarannya.

"J—Jelita...."

Mata perempuan itu bergerak, mencoba membuka mata hingga akhirnya tatapnya bersama Arjune bertemu.

"Sa—kit, June," lirih Jelita. "Aku takut..."

Ucapan itu diiringi lelehan air mata Jelita yang turun, lalu isakannya terdengar saat Jelita mulai menangis keras.

Ruangan kamar itu kini dipenuhi oleh bising dari tangis Jelita yang membuat dada Arjune sesak. Bahkan, lelaki itu ikut menangis sambil memeluk Jelita karena menyadari apa yang sudah ia lakukan menyakiti perempuan itu begitu dalam. Apalagi ketika mendengar ucapan Jelita selanjutnya, yang berhasil membuat Arjune merasa runtuh, seruntuh-runtuhnya.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang