===
Jelita baru saja menyelesaikan mata kuliah Politik Internasional yang memakan banyak waktu sampai ia merasa begitu lelah.
Sesaat setelah mata kuliahnya berakhir, Jelita langsung keluar kelas, pergi menuju kantin untuk menemui Arjune yang sudah menunggunya di sana.
Namun, belum sampai di pintu kantin fakultas, Jelita sudah menemukan sosok Arjune yang berjalan dari arah tangga lantai kelasnya untuk menghampirinya.
Ia melempar senyum pada lelaki itu yang dibalas senyum tak kalah lebar.
"Kok ke sini? Aku baru aja mau ke kantin," kata Jelita setelah Arjune merangkulnya dan mengajaknya berjalan berlawanan arah dengan kantin.
"Kantin FISIP lagi rame banget, terus langit juga udah mendung, kita mending pulang aja gimana? Biar makan masakan Bi Mirna aja."
Jelita langsung mengangguk mengiyakan. "Ya udah, lagian aku juga belum terlalu lapar. Tapi aku capek," keluhnya yang membuat Arjune terkekeh.
"Tiap selesai mata kuliah Pak Hermanto kamu selalu begini deh."
Jelita cemberut. "Jangan gitu, ih! Aku berasa kegep nggak suka sama mata kuliah yang diampu beliau."
"Ya nggak apa-apa, gak setiap mata kuliah perlu disukai, kok."
Jelita hanya mengiyakan saja. Mereka kemudian berbincang hal lain untuk memupus waktu berjalan kaki menuju parkiran motor.
Ah, ini salah satu sebab kenapa Arjune ingin pulang cepat, alasannya karena ia membawa motor dan tidak membawa mobil. Arjune harus menghindari hujan karena ia yakin mendung yang terasa sekarang akan menurunkan hujan yang sangat deras.
Jelita yang memakai atasan turtle neck putih serta rok jeans selutut itu membuat Arjune segera memberikan jaket bombernya untuk menutupi paha perempuan itu.
Setelah merasa aman, Arjune langsung membantu Jelita naik ke motor besarnya, memakaikan helm bogo pada kekasihnya sebelum ia yang kemudian naik dan mulai melajukan motornya meninggalkan area kampus.
===
Benar saja, tepat saat motornya sampai di pekarangan rumah Jelita, hujan deras langsung mengguyur membasahi tanah sampai baunya menguar ke dalam indra penciuman Jelita dan Arjune. Keduanya langsung berlarian diiringi tawa mereka yang bersahutan.
"Sayang, hati-hati, awas licin!"
Arjune menangkap pinggang Jelita saat perempuan itu hampir terpeleset di lantai teras rumahnya. Wajah Jelita hampir pias karena terkejut, sedangkan Arjune langsung menghela napas panjang.
"Untung aku pegangin." Arjune kemudian membantu Jelita berdiri.
"Makasih, Sayang." Jelita menyengir lebar lalu masuk ke dalam rumah disambut dengan Bi Mirna yang tengah memegang sapu di ruang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Love
RomanceSelama hampir empat tahun menjalin hubungan, Jelita merasa hubungannya dengan Arjune adalah hubungan yang paling normal dan sehat. Arjune adalah lelaki yang selalu menjaganya dan berusaha tidak terlibat hubungan beracun yang selalu melibatkan nafsu...