Happy Reading!
===
"Apa lagi ya, Sayang, yang kurang?"
Jelita terlihat mengetuk-ngetukkan ujung bolpoin ke dagunya sambil men-scroll jari-jemari di atas layar iPad. Keningnya sesekali mengerut, kacamata yang dipakainya juga turun.
Usai kabar yang diberikan oleh Arjune sekitar dua bulan yang lalu, Jelita mulai sibuk mempersiapkan segala rencana acara pertunangan mereka berdua. Tidak lupa, Jelita dan Arjune juga mengantongi izin dari keluarga Jelita, termasuk ketika mengunjungi makam orangtua Jelita untuk meminta restu.
Jelita dibantu oleh bunda Arjune untuk membantu segala persiapannya, kedua wanita berbeda generasi itu tampak bersemangat, saling bertukar pikiran juga saran untuk mensukseskan acara ini.
Ayah Arjune pun sudah pulih dan pulang dari rumah sakit beberapa hari setelah Arjune menjenguknya. Percakapan terakhir Arjune dengan bundanya menjadi alasan Arjune akhirnya meminta maaf pada sang ayah walaupun Arjune menyadari keputusan bundanya untuk membuat acara pertunangan ini, tidak serta merta membuat ayahnya begitu rela.
Arjune tahu hal itu bukan karena restu yang belum diberikan, tetapi karena alasan yang dia tahu hanya itu-itu saja sejak dulu.
Terkadang Arjune heran, kenapa dia tidak seperti anak orang kaya kebanyakan yang dibebaskan menentukan pilihan lalu tidak perlu banyak bekerja keras untuk mendapatkan jabatan atau pekerjaan? Setelah masa depannya ditentukan, Arjune seharusnya tidak memiliki alasan harus terus bekerja keras selain bisa hidup bersama dengan Jelita selamanya. Dia seharusnya mendapat dukungan penuh dari sang ayah dengan mudah, tetapi sialnya jalan yang harus dia tempuh berliku. Sang ayah tidak suka Arjune mendapatkan semua hal dengan instan.
Namun, untuk sekarang, dia tidak mau memikirkan hal itu. Yang penting, tujuannya satu per satu mulai tercapai.
Melamar Jelita - Bertunangan dengan Jelita - Menikah dengan Jelita - Hidup bahagia selamanya.
Rencananya, usai acara pertunangan mereka selesai. Arjune akan segera mengurusi sisa nilainya yang kurang, dia juga harus segera menyiapkan berkas-berkas pendaftaran beasiswanya sebelum wisuda.
Targetnya adalah menikah dengan Jelita setelah wisuda atau sebelum Jelita berangkat ke US dalam waktu kurang dari 4 bulan lagi.
Rasanya Arjune sudah tidak sabar, perasaannya berdebar-debar seperti ingin meledak. Ditambah antusias Jelita untuk merencanakan acara pertunangan mereka membuat Arjune lebih bersemangat untuk segera menyelesaikan kuliahnya yang memuakkan.
"Venue udah, catering udah, MUA udah, emm... fotografer juga aman. Kira-kira ada yang kelewat nggak, June, menurut kamu?"
Sekarang Jelita menoleh pada Arjune yang sejak tadi duduk bersandar di sofa sambil memperhatikan kesibukan Jelita dengan bibir yang terkulum menahan senyum.
Jelita tampak heran, karena sejak tadi dia merasa tidak sedang melakukan hal yang lucu. Namun, kenapa Arjune tampak ingin tersenyum lebar menatapnya?
"June? Aku nanya lho ini?"
Kekehan Arjune terdengar, lelaki itu duduk tegak, mengulurkan tangan untuk menarik ujung hidung Jelita dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Love
RomanceSelama hampir empat tahun menjalin hubungan, Jelita merasa hubungannya dengan Arjune adalah hubungan yang paling normal dan sehat. Arjune adalah lelaki yang selalu menjaganya dan berusaha tidak terlibat hubungan beracun yang selalu melibatkan nafsu...