BAB 17 - Bertengkar

8.7K 309 60
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Arjune menggerak-gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri kali ini bukan untuk peregangan, tetapi mengikuti pergerakkan Jelita yang mondar-mandir menyiapkan pakaian hingga perintilan mereka berdua untuk persiapan pernikahan Mario dan Hanna dua hari lagi.

Lelaki itu tidak merasa risi dengan keriweuhan Jelita, justru ia merasa senang. Sebab, posisi Arjune yang duduk di sofa dengan kedua tangan telentang sambil melihat kegiatan Jelita, membuatnya membayangkan jika suatu saat nanti di rumah masa depannya dengan Jelita pemandangannya setiap hari akan selalu begini.

Dengan penampilan dress A line berwarna putih, rambut digelung rapi, Jelita tampak serius menata setelan kebayanya serta baju yang akan Arjune gunakan di pernikahan Mario dan Hanna nanti.

Ia menata sepatu, kaus kaki, hingga jam tangan yang akan Arjune pakai. Begitupula dengan tas, heels, dan perintilan aksesoris Jelita. Sesekali, perempuan itu bahkan akan meminta pendapat Arjune.

"Sayang, menurut kamu tasnya bagus warna hitam atau putih?"

"Kalau sepatu? Mending yang tiga senti atau lima senti tingginya?"

"Eh, nanti rambut aku bagusan digelung atau digerai aja, ya?"

Dan seperti biasa, jawaban Arjune terdengar template pada umumnya tanpa berbohong.

"Kamu pakai yang mana aja cocok, Sayang. Cantik."

Jelita akan menjawabnya dengan bola mata yang berputar, tetapi tidak dapat menyembunyikan rona merah di kedua pipinya yang muncul.

"Coba kamu pakai dulu bajunya." Jelita mengambil sepasang kemeja putih, rompi jas berwarna krem, dan celana kain berwarna senada lengkap dengan sepatu pantofel hitamnya.

Arjune menurut, ia kemudian berganti baju di kamarnya selagi Jelita masih sibuk mencocok-cocokkan tas dan heels yang akan dikenakan.

Tema untuk bridesmaid dan groosman Mario dan Hanna ini memang mengusung kemewahan yang elegan tetapi tetap terlihat sederhana. Dan warna krem sudah cocok untuk merepresentasikan tema yang dibuat.

Pakaian yang mereka kenakan juga tidak hanya yang sedang Jelita persiapkan, ada baju bertema khusus untuk acara resepsi dengan dresscode warm white.

"Sayang."

Jelita berbalik ketika dipanggil dan menemukan Arjune sudah berdiri dengan pakaiannya yang lengkap serta senyum lebarnya yang membuat Jelita refleks balas tersenyum.

"Gantengnyaaaa."

Jelita jujur memuji hingga membuat Arjune terkekeh, perempuan itu hendak menghampirinya tetapi ia keburu dikejutkan dengan Arjune yang tiba-tiba berlutut dan mengulurkan tangan yang memegang setangkai bunga mawar merah.

"Jelita, will you marry me?"

Mata Jelita langsung melotot, ia berkacak pinggang sambil menggeleng dengan mata yang menyipit kesal.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang