BAB 26 - Kemarahan

6.1K 307 18
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Pintu mobil penumpang terbuka ketika Jelita masuk dan duduk di kursinya kemudian langsung disambut tatapan penyesalan Arjune.

"Sayang... aku minta maaf karena lama."

Arjune tampak merasa bersalah karena membuat Jelita menunggu dari sore hingga malam menjelang. Rasa bersalahnya semakin bertambah ketika ia justru melihat senyum lebar perempuan itu yang tidak meninggalkan rasa kesal.

"It's okay, June. Nggak apa-apa. Kamu juga pasti capek kelas sampai malam."

Tangan dingin Jelita yang lembut terulur mengusap pipi kiri Arjune hingga lelaki itu memejamkan mata. Ia meraih tangan Jelita, membawa wajahnya tenggelam di dalam telapak tangan yang lembut itu, menghidu wanginya dan mengecupinya.

Arjune jadi malas melajukan mobil karena ingin berlama-lama bersama Jelita untuk menerima usapannya yang menenangkan.

"Aku bener-bener keterlaluan udah bikin kamu nunggu sampai malam," ucap Arjune dengan tatapannya yang naik menatap Jelita.

"Nggak apa-apa, aku ngerti. Udah, nggak usah ngerasa bersalah. Yang penting, kan, kamu udah di sini."

Arjune tetap tidak tenang. "Kamu nunggu di mana tadi? Perpustakaannya, kan, tutup jam lima sore."

"Di kafe samping," tunjuk Jelita pada sebuah bangunan yang terletak di samping perpustakaan.

Helaan napas Arjune terdengar lega. Namun, hal itu tidak lantas membuat rasa bersalahnya menghilang. Sepanjang jalan menjemput Jelita tadi, Arjune terus mengumpat dan merutuki diri sendiri.

Banyaknya mata kuliah yang mengulang, membuat jadwal kuliah Arjune menjadi padat di semester akhir. Apalagi, judul-judul skripsi yang ia ajukan masih belum mendapatkan ACC. Sedangkan Jelita sendiri, sudah akan sidang akhir.

Semua hal itu terasa mencekiknya. Membuatnya begitu lelah menjalaninya.

"Boleh nggak aku peluk sebentar?" pinta Arjune dengan mata sayunya. Saat ini yang ia butuhkan memang sebuah pelukan kekuatan dari Jelita.

"Mau aku gantiin nyetir?" tanya Jelita sambil mengusap puncak kepala Arjune dengan tangannya yang lain. "Nanti kita pelukan di apartemen kamu aja, malam ini aku nginep."

Wajah Arjune mendadak berbinar mendengarnya. "Kamu serius?"

Jarang sekali lelaki itu mendengar Jelita lebih dulu menawarkan menginap di apartemennya. Jadi, ketika hal itu terjadi, Arjune sangat bersemangat.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang