BAB 21 - Fake Smile

8.4K 340 53
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Jelita?"

Jelita mengerjap, berusaha mengais kesadaran, dan dengan refleksnya ia melangkah mendekati Arjune, bersama senyum lebarnya seakan-akan baru saja ia tidak pernah melihat apa-apa.

"Hai."

Jelita menyapa dengan ceria, senyumnya tampak lebar, walau mati-matian ia menahan tubuhnya yang gemetar, perasaan yang sesak, dan mata yang memanas.

Tidak. Tidak. Jelita tidak boleh menangis. Jelita tidak boleh cengeng. Arjune tidak menyukai air matanya.

Terakhir kali Jelita menangis, Arjune meninggalkannya.

"Kamu... ngapain di sini?" Arjune tampak masih belum sadar sepenuhnya akan kedatangan Jelita yang tiba-tiba.

"Aku mau lihat keadaan kamu. Maaf, karena aku baru bisa dateng ke sini, akhir-akhir ini tugas kuliahku banyak, aku sering pergi-pergian, tapi di sisi lain aku juga ngasih kamu waktu. Kebetulan, hari ini Bunda telepon, Bunda khawatir banget karena kamu susah dihubungi. Kamu baik-baik aja, kan?"

Kalimat penjelasan itu meluncur begitu saja dari bibir Jelita, walau mungkin sebenarnya Arjune tidak mau mendengar. Buktinya, lelaki itu hanya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, lalu menjawab Jelita dengan hal lain yang tidak perempuan itu duga.

"Kamu bawa apa?" Tanya Arjune yang mengarah pada paperbag yang Jelita bawa.

Jelita menunduk sebentar sebelum akhirnya mendongak dan kembali memberikan senyuman.

"Bahan makanan dan buah-buahan. Aku niat mau bikinin kamu salad buah, mau enggak?"

Arjune terdiam lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Mau."

Jelita akhirnya diberi masuk oleh Arjune ke dalam apartemennya. Lelaki itu membuntuti Jelita yang mulai masuk ke pantry dan menyimpan paperbag di atas meja. Ia memperhatikan lekat, ada sesuatu yang berbeda dari Jelita, dan Arjune sedang berusaha mengamatinya.

Namun, selain itu Arjune sedang berusaha menahan niatan ingin memeluknya karena rasa rindunya yang membuncah.

Suara gemercik air keran, plastik yang dibuka, lalu pisau yang diambil dan gerakan memotong buah mulai mengisi ruang keheningan keduanya.

Jelita tidak berujar apa pun lagi setelah ia masuk ke dalam apartemen Arjune, perempuan itu membisu.

Satu hal yang membuat Arjune bingung dan ingin menanyakannya.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang