BAB 22 - Sakit

9K 397 28
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Arjune sudah membuat kehebohan pada pagi hari di apartemennya saat mendapati suhu tubuh Jelita demam tinggi hingga mencapai 38,7 derajat. Perempuan itu mengalami sakit perut, mual, pusing hingga nyeri otot.

Tidak perlu berpikir panjang, Arjune segera membawa Jelita ke rumah sakit dan berakhir perempuan itu harus dirawat inap karena ternyata mengalami tifus.

Diagnosis dokter mengatakan sepertinya Jelita mengonsumsi makanan dan minuman yang memiliki bakteri penyebab tifusnya. Selain itu, Arjune juga baru mengetahui dari dokter bahwa Jelita kurang asupan nutrisi dan karbohidrat, serta dia mengalami insomnia yang membuat jam istirahatnya tidak beraturan.

Makanan yang harusnya masuk pun Jelita keluarkan lagi karena ia terus merasa mual. Jelita baru bisa makan dengan benar pada hari ketiga ia dirawat di rumah sakit, tentu dengan Arjune yang menemaninya dan Bi Mirna yang sesekali datang.

Namun, sepanjang Jelita dirawat, Arjune merasakan ada sesuatu yang berbeda.

Perempuan itu lebih banyak diam dan irit berbicara, bahkan saat Arjune banyak mengajak bercanda, Jelita hanya akan menanggapi seadanya. Jelita juga hanya bangun pada jam di mana ia akan meminum obat. Sisanya, Jelita hanya akan tidur.

Oke, mungkin pada hari-hari awal Jelita sakit, Arjune akan memaklumi. Tetapi, jika hampir lima hari dirawat sampai Jelita sudah bisa ke kamar mandi sendiri dan ia tetap berbicara seadanya pada Arjune, berarti ada yang tidak beres.

"Sayang, mau tidur lagi?"

Arjune bertanya ketika Jelita yang baru saja selesai dari kamar mandi sudah duduk di sisi ranjang, hendak menaikkan kaki.

"Iya. Kenapa?" tanya Jelita tanpa menatap Arjune.

Lelaki itu segera mendekat dan duduk di samping kekasihnya. "Jalan-jalan, yuk? Ke taman. Kasihan Jelitaku pasti bosen tidur terus di sini." Arjune merapikan helai rambut Jelita dan menyelipkannya ke belakang telinga.

"Aku mau tidur aja," kata Jelita menolak.

"Kamu lupa apa kata Dokter? Kamu enggak boleh stres, sedikit-sedikit harus banyak gerak, biar cepet sembuh." Arjune berusaha membujuk, tetapi tidak terkesan membuat perempuan itu tertekan.

Jelita menghela napas sebelum akhirnya mengangguk.

"Pakai kursi roda, ya? Takut kamu capek," ucap Arjune berdiri dari duduknya. "Atau mau aku gendong?"

Gelengan Jelita langsung membuat Arjune terkekeh, lelaki itu kemudian mengacak gemas rambut Jelita sebelum akhirnya mengambil kursi roda untuk membawa kekasihnya berjalan-jalan.

===

Langit yang terlihat menguning lewat taman luas rumah sakit menjadi pemandangan Jelita dan Arjune yang duduk di bangku besi panjang. Mereka berdua ikut bergabung dengan pasien lain yang juga ingin menikmati udara luar walau tetap di kawasan rumah sakit. Setidaknya mereka tidak merasa terperangkap dalam ruangan yang bau obat-obatan itu.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang