BAB 7 - Mimpi Buruk

11.6K 349 22
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Mobil yang Arjune kendarai sudah sampai di depan pagar hitam rumah Jelita. Setelah kejadian di kolam renang rumahnya, Jelita langsung meminta pulang, tetapi tentu saja Arjune tidak mengizinkannya sebelum Jelita mau berganti baju.

Jadilah sekarang Jelita memakai hoodie NBA hitam milik Arjune dengan celana trainingnya. Rambut perempuan itu masih basah, dan Jelita enggan untuk mengeringkannya lebih dulu.

Arjune semakin merasa bersalah, apalagi sejak tadi Jelita hanya diam dan tidak mau membuka suaranya walau Arjune berkali-kali bertanya dan terus mengucapkan kata maaf.

Sekarang pun, Arjune sengaja tidak cepat-cepat membukakan kunci mobil agar Jelita mau berbicara dulu padanya. Arjune adalah tipekal lelaki yang tidak mau menunda-nunda menyelesaikan masalah, ia harus segera menyelesaikannya sebelum besoknya akan bertambah parah.

Hal ini juga sudah diterapkan dengan gaya pacaran mereka sejak dulu, dan sejauh ini, baru kali ini Jelita begitu marah padanya bahkan untuk pertama kalinya Jelita melayangkan tamparannya pada Arjune.

Itu sudah menjadi tanda bahwa Arjune benar-benar membuat Jelita marah, bahkan mungkin... kecewa?

"Aku minta maaf karena tadi udah nampar kamu."

Lamunan Arjune langsung buyar ketika mendengar permintaan maaf dari Jelita.

Lelaki itu langsung membuka seatbelt, berbalik menghadap Jelita yang tengah menunduk di kursi penumpang sampingnya.

"Nggak, Sayang. Kenapa kamu minta maaf? Kamu nggak salah, apa yang kamu lakuin tadi emang sebuah keharusan. Aku justru yang seharusnya minta maaf, tamparan kamu tadi nggak cukup buat membalas apa yang udah aku lakuin ke kamu."

Sungguh, Arjune tidak pernah merasa setakut ini. Arjune tidak pernah merasa sefrustasi ini menghadapi kemarahan Jelita.

"June... aku ngerasa hubungan kita bakal toxic kalau terus ngelakuin hal kayak gini," ucap Jelita sambil menatap Arjune dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Aku ngerasa... kita berubah."

Arjune menggeleng. Ia berusaha meraih tangan Jelita dan menggenggamnya erat. "Nggak Jelita, kita nggak berubah. Kita baik-baik aja, kita masih kayak Arjune dan Jelita yang dulu. Perasaan kita nggak pernah berubah."

Jelita mendadak ingin menangis lagi, ia menggigit bibirnya lalu mengalihkan pandangan dari Arjune.

"Aku tadi terlalu terbawa suasana, maaf...." Arjune menunduk sambil terus memegangi tangan Jelita. "Percakapan kita bareng Ayah bikin aku mikirin banyak hal."

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang