BAB 6 - Berengsek!

18.1K 405 30
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Angin kencang yang berembus pada sore hari menerbangkan dedaunan kering yang tersebar di atas tanah merah yang lembap, tempat sebuah batu-batu rumah terakhir manusia tinggal.

Rambut panjang milik Jelita pun ikut tersapu saat semakin lama angin sore itu semakin kencang terasa. Ia memeluk dua lengannya ditambah rangkulan tangan Arjune yang bantu menghangatkan tubuhnya.

"Papa... Jelita dateng lagi sama Arjune." Suara Jelita terdengar pelan.

"Halo, Om. Apa kabar? Arjune harap Om selalu bahagia di sana."

Arjune menimpali ucapan Jelita saat perempuan itu tidak meneruskan ucapannya dan sibuk mengusap-usap batu nisan dengan nama sang ayah.

"Papa... udah satu bulan lebih kepergian Papa, rasanya Jelita masih nggak percaya. Papa beneran pergi nggak, sih? Kayaknya sih nggak, soalnya kalau Papa nggak di rumah, pasti Papa lagi dinas ke luar kota atau ke luar negeri, bukan pergi ke alam lain kayak gini."

Arjune mengusap kepala Jelita setelahnya, mencoba membuat perempuan itu tidak berpikiran hal lain.

"Papa udah seneng ya, sekarang bisa kumpul bareng Mama? Tapi, kalau seneng, Papa jahat sih karena ninggalin Jelita sendirian." Tatapan mata Jelita berkaca ketika menatap lurus tanah yang sudah dipenuhi rerumputan itu.

"Pa... Keliatannya Jelita egois banget, ya, kalau ngomong gini terus? Jelita kayak nggak ikhlas sama kepergian Papa. Jelita minta maaf ya, Pa?"

Jelita kemudian mengambil bunga dari keranjang lalu menaburkannya di atas pusara sang ayah.

"Papa, Jelita janji akan hidup lebih baik dari kemarin walau keadaannya mungkin udah beda. Jelita... ikhlasin Papa pergi, tapi setelah ini Papa harus janji, Papa dateng ke mimpi Jelita, ya? Jangan sampai enggak."

Jelita kini bisa berucap dengan senyum tipis yang muncul tanpa air mata yang menetes walau nyatanya sudah memupuk. Ia mengatakan hal ini karena merasa takut, semenjak kepergian sang ayah, ia tidak pernah dipertemukan dalam mimpinya, padahal menahan rindu dengan sang ayah sangat menyiksa Jelita.

"Om jangan khawatir, Arjune pasti akan jagain Jelita sesuai janji Arjune. Jelita akan selalu aman di sini, dan Arjune nggak akan biarin sedikitpun bagian dari dirinya terluka."

Ucapan Arjune yang baru saja dilontarkan justru menjadi bumerang air matanya yang sedari ditahan pada akhirnya tumpah ruah. Jelita terisak hebat, lalu Arjune tarik ke dalam dekapnya untuk ditenangkan.

Di bawah pohon beringin rindang dengan awan yang mendung dan angin yang berembus kencang, Jelita meruntuhkan pertahanannya pada satu-satunya orang yang ia percayai bahwa selama berada di sisinya, Jelita tidak akan kenapa-kenapa.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang