===
Sesampainya di hotel dengan resepsionis 24 jam, Jelita langsung duduk di kursi lobi bersamaan perasaannya yang gelisah. Ia tidak mau ikut bersama Arjune ke resepsionis untuk memesan kamar, tanpa Jelita tahu mungkin saja Arjune mencari kesempatan.
Jelita beberapa kali menatap Arjune yang berbincang di resepsionis, sambil mencoba menundukkan kepala ketika melihat ada orang berlalu lalang.
Sumpah, Jelita degdegan dan malu. Ia takut ada orang yang mengenalinya kemudian memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya.
Saat merasa Arjune mulai mendekatinya, buru-buru Jelita berdiri dan menghampiri kekasihnya.
"Mana kuncinya?" Jelita kemudian menyambar keycard yang Arjune pegang lalu melihat di mana lantai itu berada.
"Cuma ada satu kamar," kata Arjune memberitahu.
"Hah?" Jelita melotot. "Nggak mungkin hotel bintang empat kamarnya penuh."
"Kenapa nggak mungkin?" Tanya Arjune menaikkan satu alisnya. Heran dengan pernyataan Jelita.
"Karena ini weekend, Arjune," tekan Jelita sedikit kesal.
"Tapi, buktinya emang sisa satu." Arjune heran dengan pemikiran Jelita, bukannya kalau weekend kamar hotel biasanya lebih full booked?
"Kamu pasti—-"
"Kamu nggak percaya sama aku, Jelita?" sela Arjune yang membuat Jelita terdiam.
"Okay....," helaan napas Arjune kemudian terdengar, ia mengangkat kedua tangan tanda menyerah. "Aku tidur di mobil aja, biar kamu tidur di kamar."
Mata Jelita terbelalak. "June, nggak gitu."
"Terus kamu maunya gimana? Kita nggak usah tidur?" tanya Arjune terlihat lelah.
Jelita mendadak tidak enak, ia menggigit bibir kemudian meraih tangan Arjune untuk digenggamnya.
"Nggak. Kita satu kamar nggak apa-apa, aku juga takut sendirian. Pasti kamu pesen kamar yang luas, ya?"
Mendapat pernyataan itu Arjune tersenyum. "Nggak mungkin aku pesan yang kamar kecil, kebetulan sisa kamar yang ada emang cukup luas."
Jelita mengangguk. Ia kemudian mengajak Arjune untuk segera naik ke lantai 9 dimana kamar mereka berada. Sepanjang menaiki lift, keduanya diisi hening, begitupula saat melewati lorong panjang hotel sambil mencari nomor kamar mereka.
Tepat saat menemukan pintu kamar mereka, Jelita langsung menempelkan keycard-nya, lalu keduanya masuk dan langsung disuguhi pemandangan citylight dari jendela besar yang gordennya terbuka.
"Woah...." Jelita langsung takjub. Arjune yang berada di belakangnya ikut menikmati pemandangan citylight itu.
Saat Jelita larut dengan pandangannya di balik pintu kaca, Arjune mendekat kemudian melingkarkan kedua tangan di pinggang perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Love
RomansaSelama hampir empat tahun menjalin hubungan, Jelita merasa hubungannya dengan Arjune adalah hubungan yang paling normal dan sehat. Arjune adalah lelaki yang selalu menjaganya dan berusaha tidak terlibat hubungan beracun yang selalu melibatkan nafsu...