Happy Reading!===
"Bi, Jelita kenapa?"
Arjune bertanya dengan nada khawatir ketika melihat Jelita dipapah oleh Bi Mirna menuju kamar tamu di lantai satu rumahnya.
Tidak ada yang bisa Arjune lakukan, karena lelaki itu tidak ingin membuat Jelita semakin marah.
Namun, dia ingin memastikan keadaan yang sebenar-benarnya. Maka dari itu, dia menunggu Bi Mirna keluar dari kamar tamu untuk menanyakan keadaan Jelita.
"Lebih baik Den Arjune pulang," ucap wanita baya itu tanpa menatap Arjune.
"Gimana bisa aku pulang saat lihat Jelita kesakitan kayak tadi Bi?" protesnya frustrasi.
"Pulang saja, Den. Lagi pula, kalo Den Arjune di sini, Non Jelita akan semakin kesakitan. Jadi Bibi mohon, Pulang, Den," pinta Bi Mirna memohon.
"Tapi, Bi—
"Non Jelita hanya ada masalah sama lambungnya, jadi Den Arjune gak perlu khawatir." Bi Mirna menghela napas. "Beberapa hari terakhir ini, makan Non Jelita tidak teratur, dia selalu muntah-muntah ketika mau makan sampai harus diinfus-"
"Jelita sempat dirawat di rumah sakit?" selak Arjune yang membuat Bi Mirna terdiam lama.
"I-intinya, Den Arjune tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Lebih baik Den Arjune pergi sekarang, sebelum Non Jelita tahu dan semakin marah."
Saat itu, Arjune masih ingin menjadi keras kepala. Namun, melihat raut wajah Bi Mirna yang tampak memelas, Arjune jadi tidak tega. Dia akhirnya memutuskan untuk pulang dan berjanji akan kembali lagi besok.
Sayangnya, janji itu harus dia telan sendiri. Sebab, saat keesokan harinya Arjune datang ke rumah Jelita, rumah bertingkat dua itu sudah kosong, seperti tidak berpenghuni. Pagar rumahnya juga digembok dari luar, menandakan bahwa sang pemilik rumah benar-benar tidak ada di dalamnya.
Mungkin... satu hari, dua hari, wajar jika rumah itu berada dalam keadaan kosong. Namun, sudah satu minggu berlalu, tidak ada tanda-tanda kepulangan sang tuan rumah, bahkan Arjune tidak berbohong saat melihat pagar yang membatasi area luar dan dalam tampak berdebu, banyak daun-daun kering berserakan karena tidak pernah disapu.
Di titik itu, Arjune berusaha untuk denial, tidak ingin berpikiran macam-macam. Tapi sialnya, dia tidak bisa membohongi jantungnya yang berdebaran, serta bisikan-bisikan di kepalanya yang menyadarkan Arjune sembari meledeknya bahwa sekarang... Jelita benar-benar meninggalkannya.
"Mau ngelak apa lagi, June? Jelita udah pergi."
"Lo sih, bego!"
"Sekarang setelah Jelita pergi, lo mau apa?"
"Semoga lo nggak mati ya kalo gak ada Jelita."
Arjune memukuli kepalanya sambil terus berusaha menggeleng.
Tidak. Jelita tidak mungkin meninggalkannya, kan?
===
Tidak ada pemandangan yang lebih memprihatinkan saat melihat Arjune terbaring di ranjang kamarnya sendiri dalam keadaan pias, lemas, dan tidak berdaya.
Hari ini, tepat hari di mana seharusnya Arjune dan Jelita mengadakan acara pertunangan resmi yang mengundang keluarga serta kerabat dekat mereka.
Namun faktanya, Arjune sekarang terbaring sakit hampir satu minggu, dan Jelita tidak ada di sisinya, tidak ada kabar, dan tidak tahu dimana keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Love
RomansSelama hampir empat tahun menjalin hubungan, Jelita merasa hubungannya dengan Arjune adalah hubungan yang paling normal dan sehat. Arjune adalah lelaki yang selalu menjaganya dan berusaha tidak terlibat hubungan beracun yang selalu melibatkan nafsu...