===
Hi, I'm back!Jangan lupa baca part-part sebelumnya ya sebelum baca part ini🤍
Happy reading, Guys.
==="Sayang, aku pamit ke kampus dulu, ya. Nanti sore aku pulang ke sini lagi."
Bi Mirna melihat Arjune berjalan turun dari arah tangga menuju pintu utama rumah. Lelaki itu berjalan diiringi Jelita yang berada di sisinya.
Dari sekat tembok yang memisahkan ruang utama dengan daerah dapur, Bi Mirna bisa melihat dengan jelas Arjune dan Jelita yang kini berdiri di ambang pintu dengan posisi saling berhadapan.
"Kamu yakin nggak mau ikut aku ke kampus?" Arjune masih memegangi pinggang Jelita, mengusapnya pelan untuk membujuk perempuan itu agar bisa ikut bersamanya.
Jelita menggeleng. "Nggak, aku lagi pengen istirahat seharian."
Penolakan itu membuat Arjune akhirnya mengangguk. Lelaki itu terlihat menarik pinggang Jelita untuk dipeluk, seperti biasanya. Sampai akhirnya, dari kacamata Bi Mirna, ia bisa melihat Arjune yang mencium Jelita di bibirnya.
Lalu, Bi Mirna mengalihkan pandangan ketika Arjune membisikkan sesuatu pada Jelita yang disambut kekehan perempuan itu sebelum akhirnya Arjune benar-benar pergi.
Sudah sekitar satu minggu Arjune tinggal di rumah Jelita. Lelaki itu beralasan ingin mencari suasana baru, terlebih Bi Mirna sudah tahu tentang hal ini.
Selama tinggal di rumah Jelita, Bi Mirna sudah melihat beberapa kejadian yang tidak sengaja ia lihat melalui kedua matanya.
Seperti bagaimana Arjune menjadikan rumah Jelita seperti rumahnya sendiri, bertelanjang dada sambil berjalan ke sana kemari. Bermesraan di dalam rumah walaupun ada Bi Mirna, bahkan pada malam-malam yang dilewati, Bi Mirna sering kali mendengar suara-suara dua manusia yang sedang memadu kasih.
Bi Mirna pernah memergoki Arjune dan Jelita hampir bertelanjang bulat di dapur pada tengah malam. Saat itu Bi Mirna begitu terkejut dan lagi-lagi menjatuhkan benda yang sedang dipegangnya sampai mengejutkan Arjune dan Jelita.
Bi Mirna tidak berani menegur, wanita baya itu hanya mampu meminta maaf lalu pergi dari dapur sambil menahan malu.
Setelahnya, dia hanya akan bekerja sebagaimana mestinya tanpa banyak bertanya.
Namun, untuk hari ini, Bi Mirna ingin memberanikan diri untuk bertanya pada Jelita, sebab Arjune sedang tidak ada di rumah.
Langkah kaki Jelita kemudian terdengar mendekat setelah pintu tertutup, dan Bi Mirna mencoba tetap fokus pada jagung yang sedang ia kuliti ke dalam mangkuk walau pada akhirnya ia tidak bisa mengabaikan kehadiran Jelita.
"Masak apa hari ini, Bi?"
"E—eh, ini, Non. Sayur sop jagung bakso," ucapnya tersenyum.
"Wah... enak, nih."
Jerita tampak tersenyum cerah, tidak ada tanda-tanda bahwa perempuan itu sedang berada dalam tekanan. Setidaknya, itu yang Bi Mirna pikirkan ketika mengetahui ada perubahan yang terjadi dalam hubungan Jelita dan Arjune. Apalagi... terakhir kali Bi Mirna bicara dengan Arjune, wanita itu merasa ada beberapa ucapan yang terdengar seperti ancaman padanya.
Bi Mirna takut Jelita merasakan hal yang sama, tetapi sepertinya untuk saat ini Bi Mirna belum melihatnya.
"Non, boleh Bibi tanya sesuatu?"
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Bi Mirna ketika Jelita sedang menuangkan air ke dalam gelas.
Perempuan itu sempat terdiam sejenak, dengan ekspresi yang kaku, sebelum akhirnya ia tersenyum lebar dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Love
RomanceSelama hampir empat tahun menjalin hubungan, Jelita merasa hubungannya dengan Arjune adalah hubungan yang paling normal dan sehat. Arjune adalah lelaki yang selalu menjaganya dan berusaha tidak terlibat hubungan beracun yang selalu melibatkan nafsu...