BAB 32 - Rencana

3.6K 213 76
                                    


Sesuai janji target vote dan komen, aku update!🦋🦋🦋

Happy reading!🤍

===

Menyebalkan sekali setelah berharap bangun tidur dalam keadaan dipeluk, kenyataannya justru mengatakan sebaliknya.

Arjune menyingkap selimut yang membalut tubuhnya, keningnya mengernyit ketika merasakan pening di kepalanya. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa lesu, perutnya tidak enak, ia merasakan pengar akibat dari minum-minum semalam.

"Jelita?" Arjune memanggil sambil meraih dan memakai kausnya yang sudah terlipat di ujung ranjang.

"Ck. Sayang? Kepala aku pusing. Kamu di mana?" Suara Arjune tidak juga mendapat sahutan. Lelaki itu bergegas berjalan menuju kamar mandi, tetapi tidak menemukan kekasihnya di sana. Ia kembali berjalan menuju balkon, tetapi hanya terik matahari yang langsung menyambutnya.

Arjune akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar Jelita yang semalam menjadi tempatnya beristirahat. Ya, benar-benar beristirahat. Tidak ada aktivitas panas yang membuat mereka harus melepaskan helai demi helai benang yang membalut tubuh mereka setelahnya. Keduanya hanya beberapa menit berciuman, meraba-raba, sambil membuat Jelita mendapat pelepasan pertamanya.

Pengaruh alkohol yang Arjune kira tidak berdampak banyak ternyata lama kelamaan membuatnya mengantuk dan berakhir tidur sambil memeluk Jelita. Rasanya, malam itu adalah malam yang membuat Arjune mampu kembali tidur lelap.

Wangi aroma rempah dari masakan tercium ketika Arjune sampai di anak tangga terakhir lantai satu. Ia bergerak ke arah dapur dan langsung menemukan Jelita sedang berkutat menyajikan makanan di atas meja makan.

Penampilannya yang sudah berganti dari pakaian semalam membuat Arjune langsung memperhatikannya lekat.

Perempuan itu menggunakan celana kulot berwarna krem dengan kaus hitam yang membentuk tubuhnya. Rambutnya dicepol asal, ada kacamata yang bertengger, kemudian sebuah apron hitam yang melindungi pakaiannya.

Oh, Jelita memang selalu terlihat cantik tanpa perlu berusaha.

Sebelum Arjune sampai, Jelita sudah lebih dulu menyadari kehadirannya. Perempuan itu menoleh.

"Hai. Kok udah bangun?"

Arjune yang mendengar itu berdecak, setelah berhasil berdiri di depan Jelita ia meraih tubuh mungil itu untuk dipeluknya.

"Kenapa kamu ninggalin aku pas masih tidur?" protesnya yang mengundang kebingungan Jelita.

"Aku kira kamu mau bangun siang. Lagi pula ini masih jam 9, June. Aku lagi siapin sarapan buat kamu juga."

"I want to get a morning kiss."

Jelita melepaskan pelukannya, lalu menggeleng tanda menolak. "Nggak, June—"

"Ck!" Arjune berdecak kesal, ia segera menarik pinggang dan tengkuk Jelita untuk melabuhkan ciuman di bibirnya.

Mata Jelita kontan membelalak. Ia berontak berusaha untuk melepaskan ciuman itu. Namun, Arjune yang merasakan penolakan itu semakin kesal dan justru menggigit bibir Jelita hingga perempuan itu membuka mulut.

Arjune merasa menang, ia semakin merapatkan tubuh, mendesak Jelita ke sisi pantry, menakan ciumannya dalam-dalam sampai akhirnya suara benda jatuh membuat Arjune melepaskan ciumannya dan mendongakkan kepala.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang