BAB 24 - Arjune's Birthday

6.2K 303 21
                                    

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Dengan wajah muram, Arjune berdiri di bawah guyuran air shower yang dingin. Air itu seolah mencerminkan kebingungannya yang tak kunjung reda. Suara air yang mengalir pun seperti menjadi simbol dari beban pikirannya yang terus mengalir, membuatnya tenggelam dalam keruhnya emosi yang sulit dijelaskan.

Arjune terdiam lama di sofa setelah Jelita meninggalkannya dalam keadaan keras sebelum akhirnya segera pergi ke kamar mandi dan langsung menenangkan diri.

Tidak tahu lagi ada banyak umpatan yang tertahan, tetapi hanya bisa Arjune telan pelan-pelan. Sikap aneh Jelita menjadi pertanyaan, tetapi tak lantas membuat Arjune bertanya lagi kenapa.

Setelah merasa semuanya kembali normal, Arjune mematikan keran shower lalu meraih handuk yang disampirkan di salah satu gantungan dan segera keluar dari kamar mandi.

Sebelum memakai pakaian, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja dekat sofa hendak mengabari Mario kalau ia akan menemuinya, tetapi pesan yang datang dari Jelita membuat Arjune membukanya lebih dulu.

Jelita🤍
Sayang, maaf ya pintu kamarnya aku kunci dari luar soalnya takut kamu pergi diem-diem

Arjune langsung mengusap wajahnya frustrasi. Ia dibuat geleng-geleng kepala dengan kelakuan perempuan itu.

Akhirnya, Arjune memutuskan untuk memakai kaus dan celana pendek, mengeringkan rambut sebelum mengempaskan tubuh di atas tempat tidur.

Arjune tidak memiliki pilihan lain sekarang. Ia terlalu lelah menghadapi Jelita hari ini. Lelaki itu memilih tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

Selang beberapa jam berlalu, Arjune dibuat terperanjat saat mendengar suara pecahan yang begitu keras hingga membangunkannya yang tengah tertidur lelap, lalu disusul teriakan Jelita yang nyaris membuat jantungnya meloncat.

"Jelita?!"

Lelaki itu bangun dan lari dari tempat tidur, mengabaikan kepalanya yang pusing karena tidak sempat mengumpulkan nyawa. Ia segera menarik pintu kamarnya yang ternyata sudah tidak terkunci, kemudian berlari melewati lorong kamar hingga sampai di ruang utama dengan keadaan lampu gelap.

"JELITA?!" Arjune kembali berteriak memanggil, tetapi Jelita tidak menjawab. Ia kebingungan karena tidak bisa melihat apa pun. Namun, untuk kembali lagi ke kamar, menurutnya akan sangat membuang waktu.

Sambil berjalan pelan, Arjune berusaha meraba keadaan sekitar menggunakan kedua tangannya. Baru tiga langkah berjalan, lampu tiba-tiba hidup dan matanya langsung disuguhkan oleh pemandangan yang membuatnya terkejut.

Toxic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang