22. First Date?

14.5K 1.3K 310
                                    

Fast access-nya ditunggu ya besoookkk😚

Happy reading 😌

🧚🏻🧚🏻

Buntut dari batalnya Zia pulang sebentar dari dinner semalam buat nemuin Gaffi, cowok itu jadi beneran buntutin Zia ke mana-mana. Dari pagi tadi waktu Zia sampai di sekolah, Gaffi pepetin. Waktu rapat buat bahas liburan bulan depan, Gaffi berusaha duduk di sebelahnya, menggeser paksa kursi April yang jelas-jelas lagi diduduki. Sampai saat ini, saat Zia berjalan melewati lorong ke parkiran sekolah juga Gaffi masih berusaha membujuk agar dibolehkan antar sampai rumah.

"LO BISA DIEM NGGAK SIH, GAF?!"

Jelas aja itu bukan teriakan Zia. Dia sih masa bodo Gaffi ngoceh terus dari tadi. Cuma gelengan yang dia jadikan jawaban waktu Gaffi ngajak pulang bareng.

Teriakan tadi adalah si April yang jadi pihak paling apes kalau Gaffi mode pedekate ke Zia. Gimana nggak, Zia tidak akan membiarkan April bergeser satu inci pun dari sisinya. Agar Gaffi nggak punya celah untuk ngajak ngobrol. Tapi dasarnya Gaffi pantang menyerah, ada April pun tetap nekat deketin Zia. Jadinya kuping April yang berdengung terus dengar gombalan-gombalan Gaffi ke Zia, yang sayang sekali nggak mempan.

"Mending lo yang diem, Pril." Gaffi malah balas nyuruh April.

"Lo tuh udah ditolak nggak usah ngebet kenapa sih? Inget sama pacar lo yang ke 21 belum lo putusin, malah deketin cewek lain!"

"Eh, lo fitnah." Gaffi menatap April tidak terima. "Bukan ke-21, tapi ke-22!"

April melongo. Niat hati ingin menjatuhkan si playboy di depannya ini, kenapa jadi diputarbalikkan?

"Wow, keren banget." Zia tepuk tangan, sarkastik. Sebenernya udah tau kalau Gaffi gebetannya ada di setiap sudut kelurahan, bukan lagi sudut kota.

"Gue bercanda, Zi." Muka Gaffi memancarkan raut kecewa. "Giliran bercanda aja percaya. Gue bilang serius malah nggak ditanggepin."

"Pulang yuk, Pril," ajak Zia, mengabaikan ajakan Gaffi. Dia juga udah terlanjur bilang mamanya biar nggak perlu dijemput. April mau antar sampai rumah soalnya.

"Gue yang anter." Gaffi mencoba keberuntungan kesekian kali. "Pril, lo balik sana. Zia pulang sama gue."

"Enak aja!" April lagi-lagi tidak terima.

"Sekali ini aja lo izinin gue balik sama sobat lo kenapa, Pril?" Gaffi gemas sendiri. "Nyokap bokap Zia udah welcome, abangnya juga, tinggal restu lo nih. Kalo aja lo bukan bestie-nya Zia juga ogah gue izin sama lo."

"Serah lo, Gaf. Masalahnya ... Zia bilang sendiri mau balik sama gue. Kalo enggak, mana mungkin gue sudi berdebat nggak penting gini sama lo."

Gaffi mendahului langkah keduanya, kini berdiri tepat di depan Zia. Membuat langkah mereka otomatis terhenti. "Pulang sama gue ya, Zi?" pintanya, lengkap dengan dua tangan yang tertangkup di depan dada.

Zia tau Gaffi serius mau antar, tapi dia nggak akan kemakan rayuan macam itu. Ingatlah kalau Gaffi ini playboy yang terbiasa menjalankan peran bujuk-membujuk. Makanya banyak cewek mau. Hm, termasuk Zia. Tapi dulu.

"Rotinya belum jadi gue kasih kan semalem? Bunda gue nitip buat nyokap lo."

"Nitip ke gue bisa loh, Gaf," decak Zia. Ini cowok repot banget deh perasaan. "Atau lo bisa kasih aja langsung ke nyokap gue."

"Sekalian bareng sama lo. Mana enak gue ke sana tanpa tujuan."

Mulut Gaffi emang pintar banget cari alasan. Zia sampai capek sendiri.

Lop Yu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang