Yang baca ini semoga nggak emosay :(((
🧚🏻🧚🏻
"Temen-temen lo pada gila kayaknya, Pril."
"Apaan?"
Zia bangkit duduk. Dia geleng-geleng kepala menatap ponsel. "Baru juga gue post foto dinner tadi sama Kak Ed, komen mereka malah pada minta tas sama jam tangan!"
April ketawa di seberang sana. "Lagian sih pacar lo totalitas banget pake ngasih tas sama jam tangan segala. Gila. Bentar gue liat dulu. Lo posting di ig?"
"Iya."
"Ck, udah bener nggak lo tag si om-om itu. Bisa diserbu sama pemburu tas. Apalagi tau kalo pacar lo seroyal apa."
"Tapi kan mereka nggak tau kalo Om itu ternyata pacar gue, Pril."
"Eh, iya juga ya." April kayaknya baru sadar. "Lo juga upload-nya nggak keliatan muka dia. Aman lah. Mereka pasti ngira lo udah punya pacar, tapi bukan yang ngasih mereka tas. Gitu kan maksudnya?"
"Semoga aja." Zia meringis, agak malu lihat unggahannya di sosial media. Kayaknya ini pertama kali dia go public sama laki-laki.
Zia emang udah pernah pacaran satu kali. Tapi bukan yang dekat banget. Mereka masih saling malu-malu dan cuma pacaran via chat doang. Kalo sama Edward kayaknya lebih ... errr, nggak tau deh. Zia ngerasa deket banget pokoknya.
"Oh ya, Pril. Lo jadi apply di Sidney?"
"Udah, Zi. Tapi gue hopeless banget."
"Hei, kenapa? Jangan hopeless. Lo pasti bisa."
"Bisa gila." April ketawa sumbang.
"Gue serius, juga," decak Zia. Dia tau banget April mampu. Tapi itu anak cuma lagi stres aja. Capek belajar katanya. "Pengumumannya lusa kan?"
"Iya. Barengan sama pesta kelulusan kita. Harusnya happy-happy, gue bisa-bisa malah mules seharian!"
"Nggak. Tenang aja. Gue yakin lo lolos kok. Bawa happy dulu aja."
"Iya juga, entar kalo nggak lolos baru deh boleh stres lagi. Iya kan?"
Zia mau tidak mau jadi tertawa.
"Udah dulu ya, Zi. Gue beneran mules ini. Jangan lupa besok ke sekolah buat geladi bersih."
"Oke, Pril. Tidur duluan sono lo."
Kekehan April masih terdengar sebelum panggilan diakhiri. Zia masih memandangi ponsel dan menggigit bibir bawahnya dengan senewen. Aduh, upload ginian alay nggak sih? Tapi namanya juga jatuh cinta. Semua jenis ke-alay-an akan dimaklumkan asal masih batas wajar.
Akhirnya Zia berbaring lagi. Dia mengecek WA dan membuka ruang chat dengan Edward. Lelaki itu masih belum aktif lagi. Tadi pas mereka pulang sih Edward bilangnya mau selesaikan kerjaan. Mungkin emang lagi sibuk. Jadi Zia berusaha mengerti.
Baru juga Zia mau letakkan ponsel di nakas, dia melihat sebuah nomor terpampang di layar ponsel. Deretan nomor baru dengan satu nama di bawahnya. Gyna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lop Yu, Om!
Teen Fiction"Om? Kamu panggil saya 'Om'?" Edward Neil Soediro selalu pilih pacar yang lebih dewasa biar nggak perlu susah-susah ngabarin tiap detik. Selain dewasa secara pemikiran, juga HARUS yang umurnya lebih di atasnya. Tapi di 30 tahun Edward hidup, dia jus...