43. Saya Juga Anggap Serius

11.3K 1K 374
                                    

Yang part 53 update duluan, tungguin dulu baru dpt setengah xixi.

Mau bagi-bagi voucher Fast Access nih siapa tau ada yang kepooo mau baca part selanjutnya duluan. Ayo komen yang asyique menarique akan ku-dm buat 5 oraang😗

Happy readiiinggggggg🤏🏻

🧚🏻🧚🏻

" .... Ulang tahun terakhir Gwen mungkin akan jadi hal yang selamanya nggak bisa Edward lupain."

Kepala Zia rasanya mau pecah. Pening menahan denyutan di kepala yang makin berdentum. Seolah menerjang keras-keras sisi lemah dirinya, membuat Zia hilang tumpuan dan sebentar lagi pasti jatuh.

"Selama lima tahun mereka sama-sama, aku nggak pernah lihat Edward lebih pentingin kerjaan daripada keinginan Gwen. Bahkan saat tuntutan kerjaan bikin dia harus ada, Edward nggak peduliin itu. Setengah tahun penuh menjelang ulang tahun Gwen ke-28, Edward bikin istana buat mereka tinggal dan pilih ninggalin kerjaan selama itu. Awalnya dia mau beli pulau buat mereka berdua kalo udah nikah, gila kan?" Gyna terkekeh. "Tapi karena banyak banget pertimbangan dan waktu yang nggak cukup buat siapin itu, akhirnya Edward pake opsi lain. Dia beneran ikut terjun siang malam pantau perkembangan pembangunan rumah mereka. Dan yah ... kamu pasti tau, itu kado terakhir Edward buat Gwen."

Kembali Gyna mengeluarkan asap rokok dari mulut dan hidungnya. Dia nggak menatap Zia sama sekali karena sedang sibuk menyuarakan apa yang menggema di benaknya. Semua kenangan itu muncul terus menerus membuatnya nggak bisa diam. Tentang cerita-cerita bahagia kakaknya tiap mendapat perhatian penuh dari Edward.

Kalau dibilang Gyna cemburu saat itu, mungkin iya. Tapi mungkin juga tidak. Karena tertutup kebahagiaan melihat kakaknya menemukan orang yang tepat. Tapi entah kenapa sejak Gwen pergi, Gyna merasa bahwa ini cara Tuhan untuk membuat cintanya bersambut. Meski Edward berpacaran dengan kakaknya, tapi Gyna yakin Tuhan menakdirkan Edward untuknya.

"Zi, kamu udah pernah dibawa ke rumah pribadinya Edward?"

Tidak ada jawaban yang bisa Zia beri. Pandangannya yang sudah mengabur sejak tadi mulai terhalangi bulir air di sudut matanya.

"Kalau udah, pasti kamu dibawa ke rumah yang awalnya buat Gwen." Gyna meletakkan vape dan mulai menghadapkan tubuh seluruhnya ke Zia. Dia tersenyum kecil saat sadar Zia kehilangan konsentrasi. Jelas dilihatnya gadis itu menahan tangis. Tapi siapa peduli? Gyna akan menyadarkan siapa pun bahwa Edward tidak akan bisa melupakan Gwen. Fakta bahwa mantan-mantan Edward selama ini sangat relate dengan apa yang ada di bayangannya, membuatnya makin yakin seratus persen. Bahwa Edward memang tidak ditakdirkan untuk siapa pun kecuali dirinya. "Let me tell you something. Ini bukan pendapatku, tapi aku tau dari mantan Edward yang dijadiin pelampiasan aja. Dua orang itu pernah dibawa ke rumah pribadi Edward. Tanpa tau kalau ternyata awalnya Edward hadiahkan buat Gwen."

Zia menunduk dan jatuhlah setetes air matanya. Dia seakan didesak sangat banyak rasa sakit. Nggak ada sedikit pun cerita Gyna yang membuatnya percaya diri bahwa dialah pacar yang dimau Edward. Hatinya hancur.

"Aku tau Edward ada niat serius juga sama mereka untuk merit, cuma kalau caranya kayak gitu siapa yang mau? Buat apa Edward ngotot banget tinggal di situ selain karena pengin mengenang Gwen? Seumur hidup dia tinggal sama orang lain di sana, selama itu juga Edward nunjukin kalau hatinya cuma buat Gwen. Bahkan waktu pacarnya protes tentang rencana tempat tinggal itu, Edward cuma bilang nanti nanti. Kayak nggak ada niat buat siapin hunian lain aja." Gyna setengah mendengus.

Ruang makan mendadak sangat hening saat Gyna maupun Zia sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dalam benak Gyna, jika Zia terdiam maka artinya sama. Posisi Zia sama saja dengan mantan Edward yang lain. Itu menunjukkan kalau perkiraannya benar kan? Edward belum lupa dan rela dengan kepergian kakaknya kan?

Lop Yu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang