28. Saya Ajari Kamu, Oke? (Bag.1)

17.4K 1.4K 295
                                    

Pagiihhhhh😉

🧚🏻🧚🏻

"Effort lo perlu gue apresiasi, Bapak Edward Neil yang terhormat."

Edward mendengus dengar kalimat Ogi yang berlebihan.

"Bolak balik kantor, apart gue, kantor lagi, apart gue lagi, sekarang ajak gue ke rumah. Demi siapa? Demi bocah umur 19 aja belum genap."

"Banyak omong lo!"

"Kalo aja lo nggak ancam pake laporin hubungan gue sama Key ke nyokap, mana mau gue diajak pulang semobil. Berasa hombreng aja sebelahan sama lo di mobil kayak gini. Hiiiii." Ogi bergidik ngeri.

Edward rasanya mau banting setir aja. Ogi cerewet banget. "Gue tau lo lagi salting sendiri karena malu ke-gap minta jatah. Apalagi Zia juga tau. Ngaku aja lo."

Ogi terdiam. Ya, sebenernya dia banyak ngomong karena itu juga sih. Mengenyahkan kekhawatiran. Takut. Apa pandangan Zia kepadanya sekarang berubah? Arg, dia nggak mau Zia memandangnya abang yang berengsek. Walaupun ... ya, emang sih dia berengsek. Pake alasan apa pun tetap salah. Meski awal dari hubungan sex antara dia dan Key karena kecelakaan, tapi tetap aja nggak dibenarkan.

"Tapi gue cukup kecewa sama lo, Gi." Ini saatnya Edward giliran melampiaskan rasa gugup. Iya, gugup karena mau ketemu Zia. Kalau bocah itu masih marah-marah terus malah mengusirnya gimana? Soalnya Edward nggak pernah menghadapi bocah ngambek sampe tantrum.

"Apa-apaan tiba-tiba lo kecewa sama gue? Harusnya gue lah. Lo nggak aba-aba dari awal suka sama Zia, tiba-tiba udah dipacarin aja."

"Ck." Edward berdecak. "Lo paham gimana gue, Gi. Nggak akan bilang ke siapa-siapa sebelum pendekatan gue berhasil. Biar nggak malu."

Ini kenapa malah jadi nyalahin Edward lagi? Padahal Edward mau nyidang Ogi balik.

"Sekarang dengerin gue." Edward berkata serius. Namun kedua matanya tetap fokus ke jalanan. "Lo nggak bilang apa-apa kalo punya hubungan sama seseorang. Apalagi itu sepupu lo sendiri. Shit, Man. Gue sakit hati. Gue tau itu privasi lo sendiri, tapi gue ngerasa nggak dihargai."

"Buseeeettttt." Ogi kaget dengar curahan hati Edward.

"Nggak usah buset-buset. Dulu lo selalu cerita tiap lagi nggak jomlo. Gue pikir lo belok karena bertahun-tahun nggak pacaran. Taunya sama Key."

"Yaaaa sorry," jawab Ogi malas-malasan. Walau begitu dia serius minta maaf, tau kalau Edward beneran sakit hati. "Ada hal yang bikin gue simpan ini rapat-rapat. Termasuk dari keluarga gue sendiri. Bukan gue nggak percaya sama lo, Ed. Tapi ... ya gitulah, rumit."

"Kalo gitu ngapain lo larang gue nyentuh adek lo. SHIT. GUE TANYA DOANG, BEGO!" teriak Edward seketika. Belum juga selesai ngomong, tangannya udah dipukul Ogi. Kalau aja refleksnya nggak baik saat berkendara, mobilnya pasti udah nabrak pembatas jalan.

"Pertanyaan lo bikin gue curiga!" geram Ogi. Dia nggak niat bikin celaka, tapi rasanya pengen gebuk Edward aja waktu denger kata-kata tadi.

Edward nyengir doang menanggapi geraman Ogi.

"Abang mana yang dengan sukarela bilang ke pacar adiknya kalo izinin nyentuh kayak yang lo maksud itu, hah? Gue tau salah juga nidurin pacar gue, pacar ya bukan pacar-pacar," ralat Ogi segera, biar kuping Edward berdengung karena disindir. Secara kan, Ogi tau banget total wanita yang udah Edward cicip. Tiga. Kalau masih dibilang dikit, keterlaluan. Ogi aja satu dan berharap buat seumur hidup. "Seberengseknya gue, tetep aja sebenernya nggak rela adek gue dikawinin sebelum dinikahin."

"Ada alasan lain?"

Ogi menyugar rambutnya. Sial, seharusnya dia nggak pantas bilang ini juga sih, soalnya Edward udah tau boroknya. Tapi tetap aja sebagai abang yang baik, nggak mungkin menjerumuskan adiknya ke hal nggak baik.

Lop Yu, Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang