Februari 2025
—Kalina Paramita
Empat belas Februari untukku bukan hanya sekadar hari kasih sayang biasa. Melainkan hari kasih sayang yang punya kenangan indah sekaligus menyedihkan dalam lima tahun terakhir kehidupanku.
Empat belas Februari di tahun 2021, Mas Aksel menyatakan cintanya untuk pertama kali padaku, mengawali status baru kami jadi sepasang kekasih.
Empat belas Februari di tahun 2022, aku dan Mas Aksel menikah, mempersatukan cinta kami pada status yang lebih serius, bernama sepasang suami istri.
Empat belas Februari di tahun 2023, kami merayakan persatuan cinta dengan berlibur ke Bali untuk menambah rasa cinta yang sebenarnya sudah terlalu penuh.
Empat belas Februari di tahun 2024, pengadilan meresmikan perpisahan kami.
Dan empat belas Februari tahun ini, kegagalan lain dalam pernikahan menimpa orang lain. Kesedihan lain dalam pernikahan menimpa orang lain. Tangisan lain dalam pernikahan menimpa orang lain.
Aku nggak terlalu kenal dia siapa, hanya sekadar tahu, dan hanya pernah berjumpa sekali. Tapi aku bisa mengerti bagaimana perasaannya. Karena menurutku, menikah lalu berpisah dengan gagal menikah adalah satu sakit yang sama.
Sama-sama gagal dalam pernikahan.
Sepuluh hari lalu setelah aku bertemu dengan Mbak Rita untuk mengurus masalah naskah film, seharusnya aku dan Angel datang ke sebuah gedung hotel untuk mengucapkan selamat pada sebuah pernikahan yang digelar di sana. Bukan malah terdiam di atas kasur bersama Angel sembari menonton berita terbaru perihal kecelakaan itu.
Genardio Pamungkas menjadi salah satu penumpang bus yang namanya masuk ke dalam daftar korban kecelakaan beruntun di tol tempo hari. Tak ada korban jiwa, hanya saja puluhan orang mengalami luka-luka, dan beberapa dari mereka cedera parah.
Angel mengatakan bahwa Dio mengalami cedera otak yang cukup parah, yang membuatnya terbaring koma selama dua hari sebelum akhirnya sadar dan tak ada apa pun yang diingatnya. Bahkan dia tak mengenali kekasihnya sendiri yang menangis setiap saat di pinggir ranjangnya.
"Karma kali, ya," komentar Angel padaku setelah dia mengembuskan napas panjang. Hari ini dia bersama teman-teman kantornya baru menjenguk Dio di rumah sakit, dan melakukan panggilan video denganku untuk memberitahu bagaimana kondisi Dio saat ini.
"Lo ketemu sama Rissa?" tanyaku.
"Waktu gue ke sana sih nggak ada siapa-siapa selain orangtuanya. Cuma pas gue mau balik dan lagi nunggu Hendra jemput gue, gue lihat dia baru turun dari taksi."
"Beneran dia?"
"Gue pernah ketemu sama dia sekali, ya, Nyet, walaupun udah lama. Tapi kan waktu itu kita sempet stalk akun IG-nya dia. Jadi gue hafal sama mukanya. Cuma gue tadi pura-pura nggak ngelihat aja, males kalau tiba-tiba dia lihat gue dan masih inget gue, jadi harus basa-basi." Angel terkikik.
"Gimana dia?" Aku bukan tipe orang yang penasaran dengan kehidupan orang lain, tapi agaknya hal ini jadi pengecualian. Aku hanya ingin tahu bahwa yang kacau setelah gagal dalam pernikahan, bukan hanya aku. Tapi orang lain juga kacau.
"Kacau," jawab Angel. "Lo pasti tahu, kan? Kalau dilihat dari foto-fotonya, Rissa ini modis banget, pinter dandan, pinter ngerawat diri, pokoknya penampilannya oke. Tapi tadi tuh ... gue kasihan sih sebenernya. Bahkan gue hampir nggak ngenalin kalau gue nggak lihat dia bener-bener. Mukanya kusam banget–jangankan makeup, skincare aja kayaknya nggak pakai. Rambutnya beneran kelihatan acak-acakan banget. Baru mau dua minggu, tapi nyawanya kayak udah hilang setengah."
![](https://img.wattpad.com/cover/342904381-288-k454660.jpg)