Mei 2025
—Kalina Paramita
Untuk hari ini saja, rasanya aku ingin tidak peduli pada apa pun yang terjadi pada Jati. Meski kalau dipikir-pikir lagi, agaknya aku tidak pernah sekalipun tidak peduli terhadapnya. Bahkan sejak pertemuan pertama kami dulu.
Aku ingin tahu tentangnya, apa pekerjaannya, apa kesibukannya, di mana dia tinggal. Aku selalu menaruh perhatian lebih.
Dan saat kami bertemu lagi setelah berpisah, aku pun tak lepas untuk selalu ingin tahu tentangnya. Bagaimana kabarnya, bagaimana dia bisa tinggal di sini, bagaimana pernikahannya sebab yang aku tahu dia sudah menikah, mengingat pertemuan terakhir kami sebelum tiba-tiba tak pernah bertemu lagi itu dengan dia memberikan surat undangan pernikahannya.
Kemudian tiba di pertanyaan, bagaimana bisa pernikahannya batal, apa yang terjadi, bagaimana perasaannya, bagaimana kondisinya. Aku ingin tahu, ingin memeluknya, ingin mengatakan bahwa dia tak sakit sendirian, sebab ada aku yang juga terluka karena sebuah hubungan yang kandas.
Setelah Jati menyuruhku pulang, aku jadi tak ingin pergi ke mana-mana selain menunggu kabarnya. Kedatangan Mbak Sofi yang secara mendadak membuatku terkejut dan berpikir banyak hal tentang apa yang terjadi ke depannya. Apa yang kiranya Jati katakan pada kakak perempuannya, apa yang kiranya Jati jelaskan, bagaimana dia memperkenalkan aku pada kakaknya, apa pendapat kakaknya itu terhadapku. Aku pusing sampai rasanya tak ingin melakukan apa-apa seharian itu. Tapi aku sudah punya janji dengan tempat grooming Mimo bahwa akan membawa Mimo hari ini ke sana. Selain untuk melakukan grooming rutin, Mimo akan dicek kesehatannya pasca berat badannya yang turun akibat diet yang aku terapkan padanya. Belum lagi aku harus belanja keperluan dapur dan keperluan pribadi yang sudah habis dan tidak bisa ditunda lagi.
Setelah mandi dan bersiap, aku memaksakan diri untuk berangkat. Cuaca hari ini lebih cerah dari kemarin, dan aku berharap tidak akan ada hal buruk yang terjadi hari ini. Cuaca cerah selalu menandakan kebaikan.
Mobil keluarga Mbak Sofi masih terparkir di halaman rumah Jati ketika aku lewat, aku jadi kembali merasa bersalah. Rasanya tidak enak meninggalkan Jati begitu saja padahal jelas-jelas yang harus menjelaskan segalanya itu kami berdua, bukan hanya dia. Siapa pun pasti akan menuntut penjelasan jika salah satu keluarganya secara terang-terangan menunjukkan bahwa semalam dia habis tidur dengan orang lain padahal selama ini tahu dia selalu sendiri. Walaupun tidur yang dimaksud hanya tidur biasa, tapi tetap saja rasanya aku lari dari tanggungjawab.
Aku berusaha mengirim pesan singkat pada Jati setelah sampai di pet care.
Mas, gimana Mbak Sofi?
Jati Samudra
Aman👍🏻
Kamu udah berangkat, ya? Saya nggak lihat mobil di depan.Iya, udah sampai pet care.
Mimo lagi diperiksa.Jati Samudra
Habis ini mau ke mana?
Langsung pulang?
Jangan lupa makan, kamu belum sempet makan dari siang.Saya mau belanja dulu selama Mimo di-grooming.
Jadi nanti pulang sekalian ambil Mimo.
Iya, Mas. Habis ini cari makan.Jati Samudra
Oke.
Nanti mampir ke bengkel bisa?
Saya mau ke bengkel sama Mbak Sofi, tapi nggak akan bawa mobil dan Mbak Sofi bakal langsung pulang, jadi saya nebeng kamu, ya.Oke, Mas.
Setelah memastikan tak ada masalah dalam kesehatan Mimo, hanya katanya lebih sering diajak main saja sebab Mimo terlihat agak stres dengan lingkungan mainnya yang di situ-situ saja, dan tak ada teman. Juga Mimo siap untuk di-grooming, tidak ada drama mengamuk seperti pertama kali, aku langsung meninggalkannya untuk pergi ke supermarket. Namun sebelum itu aku membelokkan mobil ke Ask Bread, entah kenapa saat melewati jalanan dan melihat plang Ask Bread dari kejauhan, aku jadi ingin mampir.
