3. Ask Bread

626 98 6
                                    

November 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

November 2019

From: Kalina Paramita

Jati Samudra, kamu ingat sama toko roti tempat kita ketemu? Ask Bread. Kalau kamu mau tahu, selain rasanya yang memang enak, dan tempatnya yang nyaman, Ask Bread itu letaknya nggak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Sekitar sepuluh menit naik kendaraan. Dia baru buka sekitar enam bulan lalu.

Bukan aku yang pertama kali beli roti di sana. Melainkan Alda.

Saat itu Mama mengeluh sakit gigi dan nggak bisa makan apa pun selain bubur atau hal-hal lembek lainnya. Karena bosan makan bubur atau biskuit yang dihancurkan seperti makanan bayi, Mama nitip dibelikan roti pada Alda sepulang dia kerja.

"Males ke minimarket. Ini tadi ada toko roti di depan baru buka kayaknya, rame banget. Lagi ngadain diskon juga. Ya udah, mampir." Alda membelikan berbagai macam roti untuk Mama di Ask Bread. Dan aku mencobanya. Dan kamu tahu, Jati Samudra? Sejak hari itu aku nggak mau makan roti merek apa pun selain Ask Bread.

Aku jarang keluar rumah. Selain karena pekerjaanku memang seluruhnya dilakukan di rumah, aku memang malas untuk menampakkan diri pada dunia jika bukan hal penting. Itu sebabnya Alda sering mengomeliku karena aku mengeluh tak dapat inspirasi untuk melanjutkan komikku, tapi aku sendiri malas mencarinya keluar.

Dan Ask Bread jadi salah satu tempat yang paling sering aku kunjungi jika memang otak ini benar-benar butuh bernapas di luar rumah. Perjalanan menuju toko roti, orang-orang yang aku temui di jalan atau di toko roti, aroma roti dan kopi, sampai roti dan kopi yang aku nikmati memang nggak pernah mengecewakan. Aku selalu mendapat secercah inspirasi sepulang dari sana.

Jati Samudra, aku tahu kamu nggak peduli soal hal ini, tapi biar aku beritahu satu hal soal pemilik toko roti itu.

Aksel Irham Santoso, namanya.

Usianya 29 tahun. Dia dosen di kampus yang sama dengan Papa—bahkan kenal baik dengan Papa. Aku nggak tahu kapan pertama kali aku ketemu dengan Mas Aksel, karena pasti saat aku ke Ask Bread dan kebetulan Mas Aksel ada di sana, aku nggak pernah menyadarinya. Sampai satu hari, di minggu yang sama dengan pertemuanku sama kamu di pasar malam itu, aku menyadari keberadaan Mas Aksel.

Dia yang pertama menyapaku.

Saat itu, tepat sekali saat aku baru sampai di Ask Bread dan baru turun dari mobil, hujan turun, membuatku berlari terburu memasuki toko. Aku memang berniat agak lama berada di sana, menikmati beberapa buah roti dan segelas kopi—mungkin dua atau tiga, sembari melamun. Kalau bisa aku bawa tablet tablet gambarku ke sana, mungkin aku sudah membawanya dan akan menjadikan Ask Bread sebagai ruang kerja keduaku. Sayangnya, tablet itu bukan seperti laptop yang mudah begitu saja dijinjing ke mana saja. Jadi, selama di Ask Bread aku hanya merenung sembari sesekali menulis di ponsel tentang skenario lanjutan komik yang sedang aku buat.

RAIVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang