Ekstra Chapter: My Lovely Dugong

41.1K 2.2K 117
                                    

Hari ini Aria akan menjalani operasi kecil. Sejak beberapa hari yang lalu, gigi belakangnya terasa sangat sakit. Setelah diperiksa ke dokter, ternyata gigi bungsu Aria baru muncul dan berada di posisi yang salah sehingga butuh penanganan untuk dicabut agar tidak mengganggu. 

"Nggak apa-apa, sayang. Kamu nanti dibius. Nggak akan terasa sakit," ujar Mahesa mencoba menenangkan Aria agar tidak merasa resah berlebihan.

Sejak hari dimana dokter meminta Aria untuk dilakukan penanganan operasi, gadis itu hampir tidak bisa tidur. Setiap malam Mahesa menemani Aria begadang karena gadis itu tidak bisa tidur memikirkan operasinya yang sudah dijadwalkan.

Mahesa setiap hari menjemput gadis itu sepulang kerja, memberikan semangat juga memastikan agar Aria beristirahat dan meminum obatnya untuk menghilangkan rasa nyeri di giginya.

Dan sekarang, mereka berdua akan mengunjungi rumah sakit bersama.

"Setelah kamu sembuh, nanti kita makan-makan yang enak, ya..."

"Aku mau makan pizza, burger, minum es boba, gorengan, pokoknya semuanya" jawab Aria sambil mengerang memegangi dagunya. Sejak ia sakit gigi, Aria hanya bisa makan makanan yang dihaluskan. Mahesa pun mengangguk memberi janji bahwa ia akan mentraktir istrinya itu berbagai macam makanan yang Aria inginkan.

Mahesa mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk kepala Aria. Beruntungnya sekarang sedang liburan semester, jadi Mahesa bisa menjaga gadis itu sepenuhnya. 

Setelah tiba di rumah sakit, Aria  dan Mahesa langsung menemui dokter. Mahesa melambaikan tangannya sambil tersenyum ketika melihat Aria masuk ke dalam ruang operasi dengan mengenakan gaun rumah sakit.

Pria itu mengepalkan tangannya memberi semangat dan Aria pun membalas dengan gerakan yang sama. Mahesa baru menghela nafas panjang ketika Aria telah masuk dan pintu ruang operasi ditutup. Pria itu duduk seorang diri di ruang tunggu. Hampir setiap menit ia memeriksa jam di tangannya menunggu lampu di atas pintu ruang operasi mati.

Untuk menghilangkan gundahnya, Mahesa mencoba untuk berselancar di ponselnya. Namun membaca pekerjaannya itu tidak cukup untuk membuat Mahesa menghapus keresahannya. Ia sudah bersikap  kuat beberapa hari ini untuk memberikan semangat istrinya. Mahesa tetap harus bisa menjaga ketenangannya karena jika bukan dirinya siapa lagi yang akan menenangkan Aria?

Mahesa menyentuh cincinnya. Sudah lebih tiga puluh menit. Dokter bilang bahwa operasi kecil itu hanya akan berlangsung selama tiga puluh menit saja. pria itu bangun, mencoba melihat ke dalam jendela pintu ruang operasi yang terbuat dari kaca. Tapi ia tidak bisa melihat apa pun karena terhalang tiri hijau toska dari dalam.

Ia berjalan ke kiri dan kanan. Pasien baru yang akan melakukan operasi juga telah tiba. Pasien itu masuk dengan suster yang akan merawatnya. Bersamaan dokter yang menangani Aria keluar dari ruangan operasi.

"Dokter!" panggil Mahesa.

"Ah, suami dari pasien Aria?"

Mahesa mengangguk dan menekat ke arah pria itu.

"Semuanya berjalan lancar. Pasien Aria sedang beristirahat. Karena Pasien Aria memilih untuk menggunakan bius total maka butuh waktu yang lebih lama untuk Pasien Aria sadar. Mungkin butuh satu jam lagi."

Mahesa mengangguk mengerti. Aria telah dipindahkan dari ruang operasi ke bangsal umum. Pria itu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan juga mengambil obat untuk Arai agar setelah Aria sadar, mereka bisa segera pulang dan Aria bisa beristirahat dengan lebih leluasa.

Mahesa meletakkan obatnya yang sudah ia sambil di nakas di dekat ranjang pasien. pria itu meraih kursi besi untuk duduk  di samping Aria yang tertidur lelap. Senyumnya terukir memperhatikan wajah istrinya yang begitu tenang. Tidak ada sama sekali garis kekhawatiran di dahinya. Terlihat sangat cantik.

Call It Fate, Call It Karma (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang