BAB 25: Threat of Joy

46.9K 5.5K 407
                                    

Aria dan Mahesa bersamaan menoleh ke belakang. Berdiri seorang pria muda dengan setelan jas rapi. Dia adalah Nicho, teman satu angkatan Mahesa juga Annalise.

Aria sendiri tidak mengenali pria itu. Nicho tahu nama Aria karena dia salah satu saksi pernikahan mereka saat itu. Nicho sempat kaget saat tahu nama pengantin wanita berubah kala itu. Nicho mengira Mahesa telah mengkhianati Annalise di hari bahagia mereka hingga keesokan harinya ia mencari keberadaan Annalise tapi nihil.

"Nicho, apa kabar?" sapa Mahesa yang ikut berdiri menyambut Nicho.

"Baik, kau bagaimana kabarnya?"

"Sangat baik." Mata Nicho berkedut mendengar nada bahagia Mahesa. Ia melirik Aria yang menatapnya bingung. Kini giliran Nicho mengulurkan tangannya untuk menyapa gadis itu.

"Hai, aku Nicho, temannya Mahesa juga kenalannya Annalise. Salam kenal, aku dulu datang ke ..." ada jeda buat Nicho melanjutkan kata-katanya. " ... pernikahan kalian," imbuhnya.

Aria buru-buru membalas jabat tangan pria di depannya dan tersenyum ramah.

"Boleh pinjam Mahesanya sebentar?"

"Boleh, Kak, silahkan ...."

Nicho mengucapkan terimakasih dan merangkul pundak Mahesa berjalan menjauh. Dia membawa temannya tersebut ke pinggirian venue. Dengan nafas yang berat Nicho bersandar pada railing besi. Menyiapkan diri untuk bertanya.

"Annalise, bagaimana kabarnya?"

Rahang Mahesa mengetat. Ia mencondongkan tubuhnya menatap jalanan sepi di bawah gedung pencakar langit tempatnya berada.

"No idea."

"Kalau Annalise balik, kau juga akan kembali kan?"

"Enggak."

Tangan Nicho terkepal. Ia tersenyum sekilas saat Aria menoleh ke arahnya. Mahesa sendiri kini sibuk akan pikirannya.

"Kenapa? Sudah enggak cinta lagi? Sudah ada pengganti, ya? Annalise kita telah dicampakkan rupanya."

Mahesa membuang wajahnya menolak menjawab pertanyaan Nicho barusan karena pria itu merasa percuma menjelaskan jika pada akhirnya Nicho tetap berpikiran seperti itu.

"Kamu menyerah? Kamu nggak mau Annalise kembali karena itu akan mengancam kebahagiaanmu yang sekarang?"

Dia masih belum menyerah mencari Annalise. Masih ada yang ingin pria itu tanyakan pada Annalise yakni alasan mengapa wanita itu memilih meninggalkannya di hari itu. Kenapa Annalise tidak meminta untuk mengakhiri hubungan mereka sebelum hari pernikahan? Jika mereka duduk dan berbicara, Mahesa yakin bisa menemukan jalan tengah.

"Kamu nggak berpikiran kalau Annalise lari dengan pria lain kan, Mahesa?"

Mahesa ingin menyudahi percakapan tanpa arah ini. Ia kembali menengakkan tubuhnya kemudian merapikan kusutan pada jasnya. Ia sedikit melirik ke arah Nicho yang mengharapkan jawaban darinya.

"Memangnya ada alasan lain?"

Nicho menahan diri untuk tidak tersulut emosi.

"Kita sangat tahu Annalise. Dia adalah wanita yang baik, tekun juga bijaksana. Annalise mencintaimu Mahesa dan kau ... dan kau meragukannya?"

Meragukan Annalise? Dulu Mahesa tidak pernah meragukan Annalise sedikit pun. Dia selalu meyakini cinta antar mereka adalah yang paling tulus hingga hari ia ditinggal. Hanya sepasang sepatu yang ditinggal, tak ada surat penjelasan, tak ada petunjuk. Tapi sekarang? Bukankah hal yang wajar jika Mahesa menyematkan praduga buruk akan Annalise?

Call It Fate, Call It Karma (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang