BAB 26: Hopelessly Devoted To You

45.7K 5.1K 357
                                    

Aria menepuk pundak Damar yang hanya benar sepuluh dari dua puluh soal Stastistika. Dengan bangganya gadis itu menunjukkan lembar UTS miliknya. Telunjuknya menunjukkan nilai UTS di ujung kertas. Bibir Damar cemberut melihat progres Aria. Sejak kapan gadis itu lebih pintar darinya? Jika dia hanya benar sepuluh, seharusnya sesuai hukum alam Aria hanya boleh benar lima soal saja atau paling mentok delapan, bukannya benar dua belas soal.

Damar menelungkupkan kepalanya. Menolak realita jika Aria berprogres. Kalau dia seperti ini terus, nanti Aria tidak mau lagi berteman dengan dirinya. Bagaimana jika Aria lebih ambisius dan memasuki kelompok geng anak berprestasi seperti Ayasha dan Sri?

"Ar, gue boleh nggak belajar bareng lo sama Mahesa?"

"Heh enak aja, Mahesa off limit cuma punya gue." Aria mengibaskan rambutnya di depan Damar membuat cowok itu bersin.

"Anjir, lo gak sampoan seminggu, ya?" tuduh Damar seenaknya membuat Mahesa yang beristirahat di depan kelas melihat ke deretan kursi belakang.

Melihat tangan Aria yang membungkam mulut Damar sangatlah mengganggu Mahesa. Ya, walaupun Aria sudah pernah bilang jika Damar sudah punya pacar, tapi tetap saja, ada yang mengganggu buat Mahesa. Mungkin dia yang terlalu kolot, baginya tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Suatu saat pasti muncul perasaan suka. Mahesa berdehem membuat keduanya tersenyum kikuk.

"Kenapa gak sekalian pake toa, sih, Bambang?" Aria menguncir kembali rambutnya.

"Ya maap, rambut lo, sih, bikin gue bersin."

"Hidung lo aja yang error, gue sekarang rajin bersih-bersih, ya, mandi dua kali—"

"Sebulan," potong Damar yang mendapatkan jitakan keras dari Aria.

"Ck, gak usah buka aib lama. itu dulu, sekarang dua kali sehari. Apalagi sekarang ada yang dempet-dempet terus jadinya gue harus wangi, dong," jawab Aria dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

Kode itu ditangkap oleh Damar membuat cowok itu terkesiap tak percaya. "Lo sama Mahesa, udah cemiwiw-sleketep?"

Wajah gadis itu memerah membuat Damar jijik.

"Enggak, kita belum sampai sana. Nggak usah mikir yang aneh-aneh. Ciuman bibir aja baru sekali dulu banget waktu pesta. Sekarang gue sosor dianya menjauh."

"Udah nggak tertarik kali. Udah bosen sama, lo."

"Mulut lo ye, Dam. Kalau bisa mau banget gue geprek."

"Ya terus apa, dong, alasannya? Katanya udah saling mengungkapkan perasaan. Kemarin honeymoon seminggu sampe bolos kuliah."

Istirahat sepuluh menit pun berakhir. Mahesa kembali melanjutkan pemaparan materinya.

Gara-gara Damar, tiba-tiba saja Aria jadi kepikiran. Secara agama mereka juga, kan, sudah sah, tapi waktu itu buku nikah atas nama Annalise, sengaja Aria tanda-tangani. Aria jadi tidak fokus selama sisa waktu kuliah.

Bel kelas pun berbunyi. Aria dan Damar segera keluar kelas, tapi ditahan oleh Mahesa.

"Aria dan Damar bisa tunggu sebentar?" mintanya. Kedua sahabat itu saling bertatapan dan berdiri diam sampai seisi kelas keluar semua.

Call It Fate, Call It Karma (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang