BAB 28: Something is Wrong and Mahesa Doesn't Like It

44.3K 4.7K 105
                                    


B

tw, jangan lupa vote dan komenya yaaa ^^


Aria melihat buku nikahnya dengan perasaan berkecamuk. Akhirnya, Aria telah berhasil menjadi jenis karakter yang paling di bencinya dari setiap buku yang pernah Aria baca. Seorang protagonis yang naif, lemah, bodoh dan plin-plan. Sama sekali tidak pernah Aria duga semuanya akan menjadi tak karuan seperti ini.

"Aria?" panggil Mahesa dari luar kamar.

Di dalam kamarnya Aria buru-buru menyembunyikan buku nikah milik Annalise di bawah bantal tidurnya berharap Mahesa tidak melihat. Beberapa kali Aria mencoba tersenyum berharap dia bisa terlihat baik-baik saja. Aria mengambil laptopnya dengan kasar kemudian segera membukakan pintu kamarnya.

"Kamu cari apa?" tanya Mahesa masih berdiri bersedekap di depan pintu.

"Ah itu ... aku cuma ambil laptop saja sama cari beberapa buku, hehe." Mahesa melirik ke dalam kamar Aria dan tak menemukan apapun yang mencurigakan.

"Tapi kenapa pintunya harus dikunci?"

Gadis itu mengedikkan bahunya kemudian berlalu menuju ruang kerja Mahesa. Dengan tenang Aria duduk di sofa sembari membuka laptopnya. Mahesa memperhatikan semua gerak-gerik istrinya itu. Entah mengapa firasatnya mengatakan Aria terlalu tenang saat ini.

Mahesa sendiri memposisikan dirinya di kursi kerja. Tangannya bergulir santai di atas layar tablet. Meskipun demikian tatapannya masih terpaku pada Aria yang terlihat kesusahan berkonsentrasi. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, matanya melamun tak menatap layar laptop melainkan fokus pada taplak meja. Tanpa ia sadari, Aria mulai mengigit ibu jarinya.

Cukup lama Mahesa membiarkan Aria melamun sampai pria itu tak tahan sendiri. Dengan keras, Mahesa sengaja terbatuk hingga mengejutkan Aria yang kembai mencoba fokus memanikan data di laptopnya.

"Kamu sudah ambil buku nikahnya kan?" tanya Mahesa membuka perbincangan.

Aria menegang di tempat. Ia menoleh ke arah Mahesa ragu-ragu. "Ah ... itu ... aku tadi ... di-di sana aku ketemu mama jadi batal pulang, hehe." Aria tertawa canggung mencoba mengeluarkan sebuah bualan berharap Mahesa tidak lagi menanyakannya. Demi apapun Aria sangat lega saat Mahesa hanya mengangguk dan kembali menyuruh Aria lanjut mengerjakan skripsinya.

Bahkan untuk seseorang dengan IQ terendah pun bisa tahu kalau Aria sedang berbohong tapi pria itu membiarkannya. Mungkin memang dia yang terlalu tergesa-gesa, terlalu memaksakan kehendak juga tidak baik. Mungkin dengan berbohong seperti itu Aria bisa menunda pernikahan mereka sampai benar-benar Annalise datang. Mahesa hanya bisa mendesah kemudian mengernyitkan alisnya melihat kertas kuis para mahasiswanya.

Sampai beberapa hari kemudian pun Mahesa masih tidak bisa membuka kembali perbincangan antara keduanya. Semakin hari seperti Aria membangun tebok tinggi. Mahesa bisa berbincang dan melihat Aria di depannya tapi jiwa Aria seperti sedang tidak bersamanya. Pria itu menelungkupkan tubuhnya di atas meja kerja. Saat dirinya mencoba beristirahat ponselnya pun berdering. Mahesa tak mengangkat saat melihat kontak mamanya tertera di layar. Ia lebih memilih membuka kembali laptopnya dan berkerja.

Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh malam dan Mahesa mulai mengkhawatirkan Aria yang akhir-akhir ini lebih sering pulang malam. Katanya dia sedang sibuk ikut kursus membuat kue bersama Damar. Saat Mahesa mengonfirmasi pun Damar mengiyakan. Beberapa kali juga ia menawarkan diri untuk menjeput Aria tapi istrinya itu selalu menolak. Sebuah ide cemerlang menyalakan bola lampu tak kasat mata di atas kepalanya.

Call It Fate, Call It Karma (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang