BAB 30: Gurauan yang Tidak Lucu!

39.2K 4.5K 131
                                    

Semua orang berhenti bernapas sesaat. Begitu juga dengan Mahesa yang terdiam di tempat. Wajah Aria memerah menahan tangis. Wajahnya tertunduk malu. "Maaf, aku bercandanya ga lucu ya?"

Alis pria di depannya berkedut. "Bercanda?" tanyanya tidak percaya akan apa yang didengar. Aria sudah tak tahu lagi. Kebohongan demi kebohongan dengan semudah itu meluncur dari mulutnya. Jika ada lubang besar di atas permukaan bumi saat ini, rasanya Aria ingin tenggeleman di sana dan tak akan pernah muncul lagi.

"Apa yang kamu pikirkan sebenarnya, Aria?" tanya Mahesa mencoba bersabar. Ia menarik lengan Aria agar ikut berdiri. Dia butuh waktu untuk berbicara serius berdua dan menyadarkan Aria akan common sense dalam percakapan. Megumi ingin menahan kepergian Mahesa dan Aria tapi melihat raut wajah keduanya bukan waktu yang tepat untuk menceburkan diri dalam gelombang amarah anaknya itu.

"Apa istri Mahesa sudah gila? Sungguh gurauan yang tidak lucu," komentar Osamu mendapatkan anggukan kecil dari istrinya. Beda lagi dengan raut saudara kembarnya yang terlihat bingung. Megumi menghentikan pembicaraan keduanya dan memerintahkan Atsumu untuk membereskankannya.

"Biar aku saja." Asahi kembali dengan kotak kayu dan meletakkan semua serpihan ke dalamnya. Ia tersenyum sekilas, melihat seseorang yang mulai retak. Tinggal memberikan beberapa tekanan sedikit, pria itu yakin keduanya akan retak dengan menyedihkan. Tapi bagi Asahi, itu semua adalah awal sesuatu yang indah. Hanya saja kata indah itu objektif.

Ia melihat si kembar yang beradu akan bentuk mangkuk yang seharusnya. Bahkan dua manusia terdekat, yang saling berbagi DNA pun bisa memiliki perspektif sendiri dalam menilai keindahan. Begitu pun dengan indah yang diinginkan Asahi mungkin jauh berbeda dengan indah yang diinginkan Mahesa dan istrinya.

Di lain tempat, Mahesa membawa Aria pulang tanpa pamit kepada kedua orang tuanya. Aria menutup mulutnya rapat-rapat, takut apa yang akan keluar dari mulutnya hanya akan semakin merunyamkan hubungan mereka. Tapi dalam posisi sekarang apakah semuanya tidak sudah sia-sia? Aria menyesal dan Mahesa bisa bisa melihat itu. Tapi yang tidak Mahesa ketahui adalah alasan di balik penyesalan tersebut. Apakah Aria menyesal akan gurauannya ataukan menyesal bahwa dirinya telah berbohong.

Di rumah, Mahesa segera mengambil segelas air dingin untuk menurunkan emosinya. Aria masih duduk kaku di sofa.

"Jadi, apa maksud gurauanmu tadi, Aria?"

Aria tidak bisa berpikir. Dia tidak bisa memilih jawaban yang benar. Pilihannya hanya berbohong dan berbohong. Kakaknya tidak ingin ditemui siapapun dan Aria sudah menahan diri sejak mengetahui kenyataannya. Aria yakin setelah ia memberitahu semuanya, Mahesa akan segera berlari ke rumah sakit. Tapi benarkah itu yang Aria khawatirkan? Atau Aria takut? Takut Mahesa akan kembali ke Annalise?

Mahesa pun duduk di sampingnya. Aria bisa mendengar jelas helaan napas lelah. Alisnya mengerut saat Mahesa terkekeh pelan. Ia menoleh cepat mendapati Mahesa yang tertawa terpingkal. Jelas Aria kebingungan akan sikap acak Mahesa. "Hah, setelah dipikir-pikir gurauanmu tadi cukup lucu juga ya, Ar?" air muka Aria menggelap. Gadis itu melengos merasa tersindir.

"Aku jadi penasaran sama ekspresiku sendiri. Apa ekspresiku semenyeramkan itu? Hm? Haha, ah, terimakasih Ar, akhirnya Mas bisa tertawa lagi setelah beberapa hari yang tegang ini."

Mahesa mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut Aria tapi gadis itu berdiri meninggalkan Mahesa yang masih duduk di sofa sendirian. Pun tawanya lenyap dalam seketika. Meninggalkan keheningan, pertanyaan-pertanyaan yang ia sampaikan hanya menggantung di udara tanpa jawaban dari Aria. Mahesa kembali mengingat kesalahan apa yang ia perbuat sampai mendapatkan gurauan yang menyakitkan seperti tadi Aria.

Ah, Mahesa sudah mulai merasa kejanggalan akan sikap Aria semenjak hari dimana Aria akan mengambil buku nikah milik Annalise dari rumahnya. Pada saat itu Aria bilang jika ia tidak bisa mengambilnya karena bertemu mamanya. Apakah terjadi sesuatu selama Aria pulang ke rumahnya? Apakah Mertuanya itu berbicara sesutau yang membuat Aria tersakiti lagi? Mahesa ingin mengetuk pintu Aria untuk meminta maaf tapi rasanya malam ini masih terlalu berat untuk keduanya. Pria itu memilih berbalik dan menuju kamarnya sendiri.

Call It Fate, Call It Karma (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang