Aria tengah membungkuk menuliskan rumus statistika sederhana di kertas A4 untuk tugas kelas Mahesa yang akan dikumpulkan nanti siang. Setelah ujian tengah semester ternyata Mahesa harus mengganti kelasnya siang hari akibat urusan kantor di senin pagi hari. Tadi malam Aria tidak bisa menyelesaikannya karena harus menemani Annalise yang begadang tak bisa tidur akibat efek samping kemoterapi yang rutin dilakukan kakaknya.
Hubungan antara Aria dengan kedua orang tuanya sendiri masihlah canggung terutama mama angkatnya. Sebisa mungkin Aria berkunjung di saat-saat kedua orang tuanya tidak mengunjungi Annalise. Annalise juga tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk berkumpul berempat lagi seperti dulu karena itu akan membuat Aria tidak nyaman.
Untuk status Aria adalah anak dari paman dan bibinya, Annalise sudah mengetahui sejak dulu. Bagaimana tidak? dia telah berusia tiga belas tahun untuk mengetahui bahwa seorang bayi tidak akan muncul dalam waktu semalam saja tanpa melihat perut mama membuncit selama sembilan bulan. Annalise mengusap rambut Aria yang fokus menulis di dekat kakinya.
Aria pun mendongakkan kepalanya dan bertanya, "Ada apa, Kak? Butuh sesuatu?"
Annalise tersenyum lembut. Matanya menyipit membentuk bulan sabit membuat Aria berdebar dipenuhi rasa bahagia. Sedari dulu senyum kakaknya adalah sesuatu yang Aria favoritkan. Sangat indah, begitu pikirnya.
"Nggak ada apa-apa, kamu sendiri nggak butuh apa-apa? Apa nggak bosan tungguin kakak terus sendirian?" Tentu saja Aria menggeleng cepat. Gadis itu lanjut membungkuk mengerjakan tugasnya yang sebentar lagi akan selesai. Tangannya lihai mengetik angka di atas kalkulator kemudian menuliskan hasilnya. Sesekali kedua alisnya mengernyit saat jawabannya tak sesuai dengan jawaban yang Damar berikan melalui pesan bergambar melalui ponselnya.
Annalise terkekeh pelan takut mengganggu konsentrasi adiknya. Ia menegakkan tubuh agar bisa melihat tugas Aria. Ia mendesah sedih, hanya untuk bangun dan mengakkan tubuh saja terasa sangat sakit. Tapi bibirnya otomatis tersenyum saat Aria menatapnya bingung. Annalise menunjukkan rumus yag Aria tulis salah. Ia memberitahu rumus yang benar. Mata Aria berbinar saat tahu jawabannya kini sama seperti milik Damar.
"Aku lupa kalau kakak lulusan ekonomi," goda Aria membuat Annalise menepuk pundak Aria gemas.
Dengan bantuan Annalise, tugas Aria lebih cepat selesai dari perkiraannya. Kini Aria meraih buah apel dan mengupasnya untuk Annalise. Keduanya terlibat dalam keheningan yang menenangkan. Tak ada rasa penyesalan yang Aria rasakan beberapa hari lalu. Akhirnya, dia telah memilih sebuah jalan yang benar.
"Kakak boleh tanya, Aria?"
Aria mengulurkan tangannya agar Annalise bisa memakan buah apel dari tangannya. "Boleh," jawabnya.
"Kamu sama Mahesa akur kan? Soalnya kakak masih ingat dulu kamu sering ngeluh kalau kamu nggak suka kakak menikah sama Mehsa."
Gerakan tangan Aria terhenti sebentar. Setelah menetapkan bahwa dia dan mahesa sebuah kesalahan, Aria tertawa kecil.
"Kita akur tapi ya begitu ... Pak Mahesa orangnya dingin." Aria teringat bagaimana Mahesa muncul dengan payung kuning menyusul dirinya yang tengah menangis di warung makan padang.
"Mulut pedas." Kalimat lembut Mahesa terngiang di kepalanya, ungkapan perasaan yang hanya fatamorgana.
"Pemaksa." Ah, Aria ingat betul bagaimana Mahesa menghargai setiap pilihannya. Menjaga jarak di awal kehidupan bersama mereka walaupun lambat laun magnet di antara mereka menarik agar lebih dekat.
"Tapi semua itu, dia orang baik. sangat-sangat baik sampai rasanya ... aku mau cari seseorang yang kayak dia suatu saat nanti."
Aria mengingat bagaimana hangatnya sebuah pelukan dari Mahesa saat dia bersedih. Mahesa yang selalu ada di saat dirinya butuh seseorang. Mahesa yang selalu menjadi sumber kekuatannya saat Annalise tak ada maupun saat dirinya mengetahui kebenaran akan masa lalu. Ah, semoga saja dia bisa bertemu seseoran lagi di masa depan tanpa membandingkannya dengan Mahesa. Ya, semoga saja begitu ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Call It Fate, Call It Karma (Complete)
RomancePemenang Wattys 2021 kategori New Adult [Cerita ini akan tersedia gratis pada 17 April 2023] Di hari bahagia sang kakak, Aria yang masih berstatus mahasiswa semester akhir justru harus menggantikan posisi Annalise sebagai pengantin saat kakaknya kab...