Sekarang tepat sudah dua minggu tak ada kabar mengenai keberadaan Annalise. Artinya, liburan telah berakhir dan semester baru pun dimulai. Meskipun Aria dan Mahesa memiliki jadwal yang sama yakni kelas Statistika II pada pukul delapan pagi, tapi keduanya memilih untuk berangkat sendiri-sendiri. Aria tak ingin menimbulkan kehebohan ketika ada kenalannya yang melihatnya turun dari mobil seorang Mahesa. Apalagi lokasi tempat parkir FEB yang selalu ramai semakin memudahkan ia bertemu dengan orang-orang.
Terima kasih pada Mahesa yang telah mengisi ulang kartu KRL-nya. Kini Aria bisa langsung masuk stasiun tanpa perlu mengecek saldo yang tersisa. Meski yang ia naiki adalah gerbong khusus wanita, tapi ketika jam pagi seperti ini, mbak-mbak kantoran hinga ibu-ibu pun bisa lebih galak daripada preman pasar. Mereka saling dorong-mendorong guna bisa segera masuk gerbong. Aria pun sama, tak ingin kalah Aria mengeluarkan sisi maskulinnya untuk berebut tempat duduk.
Sampai di stasiun Pocin, Aria langsung menunggu Bis Kuning di halte bersama puluhan mahasiswa lainnya. Ia mendesah kesal kenapa Mahesa harus meletakkan jadwal kelasnya di hari senin pagi hari. Aria memicingkan matanya saat melihat seseorang melambaikan tangan ke arahnya.
"Damar!" teriak Aria saat mengenali cowok yang melambai ke arahnya.
"My man, Aria! Astaga lo apa kabar? Liburan ke mana aja lo? Ngilang gitu aja."
"Sibuk semester pendek gue, Dam. Sekalian mau ngejar nyicil skripsi dikit-dikit biar enggak ketinggalan banget."
"Wah ada apa, nih? Mana seorang Aria yang bercita-cita menjadi seorang pengangguran?"
"Hush! sembarangan lo kalo ngomong."
Aria dan Damar tertawa bersama akan cita-cita yang pernah Aria ucapkan semester lalu. Sanking putus asanya Aria akan nasib akademiknya, ia pun pasrah dengan apa yang akan ia lakukan pasca lulus nanti. Aria jenis manusia yang bebas dalam melakukan apa pun. Ia tidak memiliki cita-cita. Tapi, satu yang Aria inginkan yakni memiliki uang banyak. Masalah lainnya, Aria tidak tahu cara mencari uang. Ia bahkan bercanda untuk memiliki tuyul agar bisa membantunya menjadi orang kaya tanpa bekerja.
Damar pun tidak jauh berbeda dengan Aria, laki-laki itu lebih memilih menjadi aktivis atau melakukan kegiatan-kegiatan lain di luar kampus. Tapi, yang membedakan Aria dengan Damar, Damar sudah memiliki kafe sendiri sebagai sumber penghasilannya.
"Lo ngulang apa aja semester ini?"
"Banyak banget, Dam. Bahkan gue ngulang mata kuliah semester awal-awal."
"Sama lah gue juga, sialnya udah semester tua gini malah dapat kelas si Mahesa lagi," keluh Damar membuat Aria tertawa.
"Gue tebak kelas statistik II?"
"Lo juga, Ar?" Aria mengangguk kemudian mengajak Damar bangun karena Bis Kuning sudah datang. Damar sebagai cowok mencoba mengalah memberikan Aria jalan agar tidak berdesak-desakkan mahasiswa lainnya. Damar segera menyusul duduk di samping gadis itu. Sesekali mereka bertegur sapa dengan teman mereka dari fakultas lain. Keduanya dan beberapa mahasiswa lain turun di halte FEB. Keduanya langsung menuju kelas karena jam pertama akan dimulai lima belas menit lagi.
Aria dan Damar memasuki kelas yang baru berisikan beberapa mahasiswa lain yang sedang mengobrol. Aria memilih kursi terdepan membuat Damar bingung.
"Kesambet apa lo duduk di depan? Hayuk lah ke belakang. Jangan sok kepinteran lo, kelasnya Mahesa, nih."
Aria menarik Damar untuk duduk di kursi sampingnya. "Aria? lo benar-benar mau berubah, ya?" tanya Damar tak percaya.
"Iya, nih, gue mau cepat lulus biar enggak jadi beban keluarga." Aria mengeluarkan buku dan dibacanya membuat Damar semakin jantungan dibuatnya.
"Lo bawa buku? Sejak kapan lo punya buku?" Aria tertawa kencang melihat wajah takut Damar. Ditutupnya kembali buku tersebut.
"Bercanda, Dam. Gue berubahnya enggak se-ekstrim itu kok, males banget gue baca isinya angka semua gini." Aria menyingkirkan bukunya menjauh. Ia memotret wajah Damar yang masih terlihat kaget dengan ponselnya.
"Lo serem banget, deh, Ar."
Satu per satu kelas mulai terpenuhi. Aria dan Damar jadi tengsin sendiri karena wajah mereka sudah terlihat tua dibandingkan mahasiswa lainnya. Mahesa masuk kelas tepat pukul delapan. Ia langsung mengunci pintu kelas dari dalam. Satu hal lagi mengapa kelas Mahesa sangat dihindari, pria itu sangatlah tepat waktu, tak ada kesempatan untuk terlambat karena kelas akan dikuncinya dari dalam. Gagang pintu bergerak tanda ada mahasiswa terlambat itu pun dihiraukan oleh Mahesa.
Langkahnya terhenti sebentar saat melihat Aria yang duduk di kursi deretan pertama. Ia meletakkan tas laptop serta tumbler hitam yang berisikan kopi. Seperti pertemuan pertama di awal semester lainnya. Mahesa mengenalkan diri dan mendiskusikan tentang silabus yang akan menjadi petunjuk kegiatan belajar mengajar satu semester ke depan. Pembentukkan partner tugas pun berjalan lancar. Tentu saja Aria dan Damar langsung saling memilih untuk menjadi partner.
Mahesa menjelaskan dengan khidmat materi yang ditayangkan di layar monitor, Aria mencoba mencatat semua yang bisa walaupun pada akhirnya ia hanya mendesah karena putus asa tak bisa mengejar apa yang dikatakan oleh Mahesa. Damar berusaha setengah mati menahan rasa kantuknya, ia menyesal tak kabur ke belakang saat Aria menyuruhnya duduk di deretan depan.
Di pertengahan sesi, Mahesa membuka pintu memberikan kesempatan mahasiswanya waktu beristirahat lima belas menit. Damar langsung cabut keluar untuk ke kamar mandi. Aria masih duduk melihat Mahesa yang meminum kopinya. Mata keduanya saling bertemu, alis Mahesa terangkat seakan menanyakan ada apa pada Aria, tapi gadis itu hanya mengedikkan bahunya kemudian menelungkup di atas meja. Alis Mahesa berkerut melihat Aria yang terlihat tak semangat belajar.
Ini bocah punya masalah apa lagi? tanya Mahesa di kepalanya.
Mendekati akhir istirahat, kelas kembali penuh. Damar tak mengindahkan permintaan Aria untuk bertahan, ia mengambil tasnya pindah ke deretan paling belakang dan sesi mengajar pun kembali.
*
TBC ...
Jangan lupa vote dan komennya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Call It Fate, Call It Karma (Complete)
RomancePemenang Wattys 2021 kategori New Adult [Cerita ini akan tersedia gratis pada 17 April 2023] Di hari bahagia sang kakak, Aria yang masih berstatus mahasiswa semester akhir justru harus menggantikan posisi Annalise sebagai pengantin saat kakaknya kab...