Seorang perempuan terlihat memaksakan senyumnya pada bayangan yang ada di balik cermin. Sesekali ia mengubah caranya tersenyum untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja. Akan, tetapi siapa pun di alam semesta ini tahu bahwa senyum itu bukan senyum bahagia. Cahaya di matanya meredup melihat kebaya putih cantik yang berdiri di belakangnya.
Ini adalah hari bahagianya, ia akan menikahi sang kekasih hati. Pria yang berhasil merebut hatinya dengan elegan. Cinta pertamanya di bangku kuliah dulu, lalu kembali dipertemukan lagi di sebuah acara.
Mereka menjalani kasih layaknya pasangan pada umumnya. Kencan, pendekatan dan pada akhirnya menuju ke tahap lebih serius yakni pernikahan.
Ia lupa bahwa ia sedang tak baik-baik saja. Bersama pria itu buat ia lupa segala permasalahan hidupnya yang telah ia rahasiakan kepada seluruh keluarga, bahkan pada adiknya sekaligus yang notabenenya orang yang paling ia percayai di dunia ini.
Kini ia meragu ....
Sebuah dorongan dari perutnya kembali terasa. Ia berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya dengan paksa. Ia sendirian di dalam kamar tersebut semakin membuat wanita itu stress.
Sebuah ketukan dari luar menyadarkannya, segera ia mengusap kembali wajahnya dan menepuk sedikit pipi agar terlihat segar karena akhir-akhir ini ia terlihat pucat.
Wajah seorang gadis muncul dengan senyum lebar membuat wanita itu ikut tersenyum lebar.
"Kak Annalise, perias pengantinnya sudah datang," sahutnya pada sang kakak.
"Ah, baiklah, tunggu di luar sebentar, ya. Kakak mau cuci muka dulu, masih deg-degan, nih," bohongnya dengan senyum yang dipaksakan. Tapi, sang adik menelan kebohongan itu mentah-mentah, ia keluar meninggalkan Annalise sendirian lagi.
Aria, gadis berusia 21 tahun itu menatap takjub pada kebaya yang akan kakaknya kenakan dalam prosesi ijab qobul nanti. Ia tak tahu kapan ia bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan kakaknya karena membayangkan itu membuat Aria tertawa.
Boro-boro dapat pacar, dapat dosen pembimbing skripsi aja susah banget, pikirnya.
Mama ikut masuk dan memastikan semua persiapan berjalan lancar. Kebiasaan ibu-ibu pada acara seperti ini. Dari A sampai Z tak akan dilewatkannya. Sejak kakaknya, Annalise, memberitahu mereka bahwa ia akan menikah, detik itu juga satu kompleks perumahaan diberitahu oleh mama. Pokoknya mama itu tipikal ibu-ibu kompleks yang suka gosip waktu arisan, sampai sein ke kanan belok ke kiri pun masuk kategori mama.
"Loh? Adek, kok, masih di sini? Haduh, ayo cepat ganti baju sebentar lagi keluarga sana mau datang!"
"Sebentar, dong, Ma. Aku masih mau lihat kakak didandani."
"Kamu udah sering lihat kakakmu pake make up! Gak usah banyak alasan, ayo ganti cepetan!"
"Ah mama nggak asik, deh!" tukasnya jutek membuat sang mama berkacak pinggang. Annelise yang melihat tingkah adiknya tersenyum lebar.
Aria memang jauh berbeda dengan Annalise. Jarak usia keduanya sangat jauh karena sang orang tua tak pernah mengusahakan untuk anak kedua. Perbedaan tiga belas tahun membuat semua orang terkejut. Akan, tetapi wajah Annalise yang baby face membuat jarak itu tak terlihat.
Selain jarak usia, kepribadian keduanya pun bak siang dan malam. Tak akan pernah bertemu! Semua orang bisa melihat kalau Annalise adalah anak sulung kebanggan keluarga. Menjadi manager analis Bank Indonesia merupakan capaian besar. Annalise adalah anak yang mandiri, mindset sukses yang papa tanamkan telah berhasil direalisasikan oleh Annalise. Pintar, cantik, dan berbudi pekerti luhur, banyak orang tua yang iri menginginkan anak seperti Annalise.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call It Fate, Call It Karma (Complete)
Storie d'amorePemenang Wattys 2021 kategori New Adult [Cerita ini akan tersedia gratis pada 17 April 2023] Di hari bahagia sang kakak, Aria yang masih berstatus mahasiswa semester akhir justru harus menggantikan posisi Annalise sebagai pengantin saat kakaknya kab...