Hari-H

634 104 81
                                    

Marga menahan Hedia ke dalam pelukannya saat sang istri bergerak. 

"Mas, aku harus ke rumah Mbak Kanaya," ujar Hedia memindahkan tangan Marga. "Nanti jam setengah 7 aku pulang untuk siap-siap. Pemberkatannya jam 9 soalnya."

Marga mengerang dan bangun dari tidurnya. Tangannya menyisir rambut selagi menunggu Hedia yang berada di kamar mandi. 

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Hedia berganti pakaian santai untuk memasak di rumah Kanaya. Matanya melihat ke arah Marga yang terduduk lesuh di pinggir kasur. 

"Mas lanjut tidur aja. Masih jam dua subuh."

"Aku anterin kamu ke rumah Mbak Kanaya."

Hedia terkekeh. "Deket, Mas. Gak perlu dianter."

"Jaga-jaga. Istri aku terlalu cantik soalnya. Takut diculik." Marga berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan ke arah Hedia. 

Marga merangkul pinggang Hedia, dan keduanya pun berjalan bersama ke luar dari rumah. 

Saat mereka sudah ke luar dari rumah, Winnie dan Yuta pun ke luar dari rumah. Tetangga itu pun saling menyapa satu sama lain. Baik Hedia dan Winnie, keduanya meninggalkan suami mereka untuk menyapa satu sama lain. 

"Aku kira, aku kesiangan, lho," ujar Winnie. 

"Nggak kok."

"Mbak Winnie! Hedia!" 

Dua perempuan itu menoleh ke belakang.  Mereka mendapati Jihan dan Soekma yang sedang berjalan bersamaan. 

"Bareng dong ke rumah Mbak Kanaya," ujar Jihan yang kemudian merangkul sisi lain Winnie hingga membuat perempuan itu berada di tengah. 

"A'a pulang duluan, ya. Kamu sama Mbak Winnie dan Mbak Hedia gak apa-apa?"

Jihan mengangguk pasti. "A'a jagain anak-anak aja."

Soekma mengecup puncak kepala Jihan. "Semangat, ya."

"Mbak-mbakku!"

Semua yang ada di depan rumah Marga dan Hedia menoleh ke arah sumber suara. Pasangan termuda itu datang. Istri berlari kecil penuh semangat, dan si suami yang berjalan dengan langkah lesuh.

"Aku ngantuk banget, tapi aku gak mau ngelewatin kesempatan untuk rekam persiapan pernikahannya Mbak Mirna," ujar Cecilia saat sudah berkumpul dengan para tetangganya. 

Winnie tanpa ragu membersihkan kotoran mata yang menempel di ujung mata Cecilia. "Padahal jangan dipaksa."

"Gak apa-apa. Aku seneng kok," jawabnya dengan gembira.

"Yuk, kita ke rumah Mbak Kanaya sekarang," ajak Jihan.

Cecilia mengangguk. Badannya berbalik untuk menatap sang suami yang baru sampai di hadapannya. "Kamu pulang aja. Kamu istirahat biar nanti pagi seger. Kasian kamu baru tidur sejam."

Aji mengangguk dan mengecup pipi Cecilia tanpa malu. Sukses membuat wajah sang istri memerah malu. 

"Udah sana pulang," ujar Cecilia yang langsung mendorong suaminya untuk pergi. 

"Mas pulang aja," ujar Hedia kepada Marga.

"Iya, Abang pulang aja. Lanjut tidur," ujar Winnie kepada Yuta.

Namun kedua lelaki itu kompak menggelengkan kepala mereka. 

"Abang antar sampai depan rumah Bu Kanaya," jawab Yuta.

"Aku anter ya, sayang," balas Marga."

"Tolong titip istri ya, Mas Yuta, Mas Marga. Saya pulang sekarang. Anak-anak harus ada yang jaga. Duluan, semuanya," pamit Soekma yang kemudian pergi dari sana. 

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang