Maaf

610 101 100
                                        

"Kamu marah sama Mas?" Marga mendudukan diri di kursi makan dan menatap Hedia yang sedang mengupas melon.

Hedia terkekeh dan menyiapkan buah potong untuk dibawa ke rumah sakit. "Mana ada."

"Kamu seminggu ini aneh."

"Perasaan Mas aja kali. Keseringan di rumah sakit sih," balas Hedia dengan jenaka. 

Ucapan Hedia memang terdengar jenaka. Tetapi menurut Marga, ucapan Hedia bukan sekedar candaan belaka. 

"Kamu mau aku libur?"

"Gak usah. Mas bilang kan lagi banyak pasien. Siang ini sama besok aja ada operasi, kan? Kata Mas operasinya yang 14 jam bahkan bisa lebih. Mending dipake buat istirahat."

"Liburan sama kamu termasuk istirahat," balas Marga berusaha membuat Hedia mengatakan yang sejujurnya. Entah kenapa, Marga merasa jika Hedia kembali memendam apa yang dirasakannya.

Hedia menatap tepat di mata Marga. Berusaha meyakinkan suaminya jika memang tidak ada apapun yang perlu dicurigai. "Mas gak perlu khawatirin apapun. Gak ada yang aku sembunyiin."

Marga memutuskan percaya kepada Hedia walaupun sebenarnya ia benar-benar merasa jika istrinya menyembunyikan sesuatu.

.
.
.

Hayu bertepuk tangan saat kue yang dihiasnya sudah selesai. "Ayo kita ketemu Appa!"

Kanaya terkekeh. "Boleh, tapi harus mandi dulu biar gak bau," ujarnya yang kemudian membaui ketiak Hayu. 

Hayu tertawa nyaring karena geli ketiaknya dibaui oleh sang ibu. 

Sudah puas menjahili Hayu, Kanaya menggendong Hayu agar bisa segera ke kamar mandi dan menyiapkan diri untuk pergi ke kantor Jordy bekerja. 

Sebelumnya, Kanaya sudah bilang ke Jordy bahwa ia akan memberikan kejutan hari ini, dan Jordy bilang jika ia bisa diganggu di kantor. Terdengar lucu memang. Tetapi, Kanaya tidak bisa bertindak sewenangnya hanya karena Jordy adalah seorang petinggi perusahaan. Kanaya tetap harus membuat janji agar tidak mengacaukan pekerjaan suaminya. 

"Wah, anak eomma cantik banget," ujar Kanaya saat sudah menata rambut Hayu dengan rapi. 

Hayu tersenyum senang. "Eomma juga cantik. Appa juga ganteng."

Kanaya tertawa mendengar Hayu yang memuji Jordy. Karena memang Hayu sangat jarang memuji ayahnya sendiri. Selalu Kanaya yang dipuji. Tetapi jangan salah, jika Jordy sibuk lebih sedikit dari biasanya,  Hayu akan segera merajuk dan marah total kepada Jordy. Begitulah mereka.

"Udah siap kasih surprise buat Appa?"

Hayu mengangguk semangat. "Ne! Ne! Eommoni!"

.
.
.

Telma menaiki kasur dan langsung bersandar kepada Johnson yang duduk bersandar di dipan kasur. 

"Jay kenapa, ya?"

"Kenapa emangnya?" Johnson menyimpan tablet komputernya di atas meja nakas sebelah kasur.

"Dari pualng sekolah dia diem aja. Laporan dari gurunya juga dia gak aktif di kelas. Terus tidurnya juga cepet," cerita Telma.

"Oh iya?"

Telma mengangguk. "Tadi aku cek suhu badannya normal aja kok. Jadi gak mungkin kalau dia sakit."

"Mungkin masih kepikiran untuk punya adik?"

"Aku lagi haid. Maaf banget."

"Aku juga lagi kecapean, darl." Johnson menjawil pelan ujung hidung Telma. "Udah, gak usah dipikirin dulu. Besok kita ngobrol sama Jay. Besok Sabtu, kita punya lebih banyak waktu bareng Jay untuk ngobrol."

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang