Melihat kondisi taman belakang rumahnya pagi ini, Leila segera memasuki ruang pakaian pribadi di rumahnya. Ia segera memasukan tas ke dalam kotak yang kemudian dimasukan ke dalam kantung belanja dengan merk fashion high-end terpampang di sana.
Setelahnya, Leila berjalan keluar dari rumah dengan perasaan marah. Maish terus merasa marah hingga keluar dari komplek, menghiraukan sapaan satpam yang sedang berjaga. Kakinya melangkah menuju komplek sebelah. Entah apa nama kompleknya, Leila tidak tahu.
Kini kakinya sudah berpijak di depan rumah yang sedang renovasi.
"Ini yang punya rumahnya mana?" tanya Leila langsung pada intinya begitu melihat tukang yang akan mengambil bahan baku bangunan di depan rumah.
"Ada di dalam, bu. Mau dipanggilkan?"
"Iya, tolong dipanggilin," jawab Leila dengan ketus.
Tukang bangunan tadi pun kembali memasuki rumah tanpa membawa bahan baku bangunan sama sekali. Hanya untuk bisa segera memenuhi permintaan Leila.
Menunggu beberapa saat, kini Leila bisa melihat lelaki yang minggu lalu menghampiri rumahnya dengan tas designer ternama.
"Pagi, Bu Leila," sapa lelaki itu dengan senyuman sopannya.
"Saya gak mau basa-basi," ujar Leila yang berjalan mendekat ke arah Karni. "Nih, saya balikin. Saya mau panggil petugas perumahan biar bapak didenda aja." Leila meletakan kantung belanjaan di tangannya ke dada Karni, membuat lelaki itu mau tidak mau menerima pemberian Leila.
"Kenapa, ya, kalau boleh tau?" Karni masih sopan, masih tersenyum seperti tadi menyapa Leila.
"Bunga di taman belakang rumah saya itu penuh debu dan semen. Gak tau kan kalau bunga di belakang rumah saya itu impor semua? Perawatannya mahal."
Karni tersenyum dan mengangguk mengerti. Dengan sopan meraih tangan Leila untuk mengembalikan yang diberikan Leila. "Besok saya panggilin tukang kebun terbaik yang sangat ahli merawat bunga impor. Jika ada kerusakan, akan saya ganti, Bu."
Karni masih mempertahankan senyumnya. "Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Bu," ujarnya yang kemudian mengulurkan kartu nama ke arah Leila. "Jika ada hal lain yang mengganggu Ibu di kemudian hari, bisa langsung hubungi saya. Jadi ibu tidak perlu repot ke sini. Banyak debu soalnya di sini."
Leila tidak berkutik. Tidak bisa membalas apapun. Ia pun menerima kartu nama Karni. "Makasih," ujarnya yang kemudian berbalik untuk kembali ke rumah.
.
.
.Hayu merengut, merajuk akibat penolakan halus yang diberikan Hedia.
Hedia menangkup wajah Hayu yang terlihat sekali kesal karena ditolak untuk memakan kue kering buatannya dengan Kanaya. "Nanti Tante makan, sayang. Tante sekarang udah kenyang banget."
"Tapi ini cuman kukis, Tante Hedia."
Sebenarnya bukan permasalahan kenyang, tetapi Hedia sedang sangat menjaga kadar gula di dalam tubuhnya. Marga sudah sangat memperingati Hedia untuk itu. Hedia sudah cukup makan dan minum manis. Namun Hayu saat ini terlihat sangat marah, membuat Hedia tidak tega.
"Nanti dimakan kukisnya sama Tante Hedia, tapi gak sekarang. Main lagi sana sama yang lain," ujar Kanaya.
Hayu yang kesal pun melempar kue kering di tangannya.
"Hyanggi," panggil Kanaya tanpa nada tinggi sama sekali.
Meskipun begitu, panggilan tersebut berhasil membuat bibir bawah Hayu maju dan matanya berair. Dengan gerakan takut mengambil kue kering yang dilemparnya. Setelahnya, gadis kecil itu segera memasuki rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/350251245-288-k424278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Rengganis [On Hold]
HumorSeason 2 dari Desperate Housewives Hanya sebuah cerita dari setiap keluarga di komplek Rengganis.