"Gimana? Julio selingkuh?" Telma bertanya saat Taliya baru saja memasuki ruang bersantai rumah Kanaya.
Taliya mengambil Ali yang berada di gendongan Hedia. "Traumanya muncul. Ini gua baru pulang habis ketemu psikolog. Aneh aja tiba-tiba Julio kaya gitu."
"Terus, Julio kenapa?" tanya Mirna.
Taliya menghela napas pelan. "Dulu, Julio tuh dituntut jadi sempurna gitu, Mbak. Dia nangis, dicubit atau gak dipukul, ketawa lepas juga dicubit atau dipukul. Dia gak pernah punya tempat untuk ekspresiin apa yang dia rasa. Dia takut kalau dia ekspresiin apa yang dia rasa, dia dicubit atau dipukul, ... ,
"Makanya dia betingkah kekanakan dan jahil itu tanda kalau dia ngerasa aman dan nyaman di dekat orang itu. Julio gak pernah ketemu sama yang ahlinya untuk nyembuhin luka dia. Julio selalu anggep itu tuh gak perlu. Karena dia tau, pada akhirnya pasti dia disuruh ngejalanin hidup sebaik-baiknya. Dan dia milih untuk jadi kekanakan dan jahil di dekat orang yang dia rasa aman dan nyaman, ... ,
"Dua hari yang lalu, dia bilang aku bukan tempat ternyaman dia lagi. Makanya dia dingin ke aku. Aku ngerasa aneh, dia ngerasa aku bukan tempat teraman dan ternyaman dia lagi karena aku sering bilang, 'udah jadi bapak anak satu, gak usah bocah deh,' padahal biasanya kalau aku bilang, 'bayi aku, sini, peluk,' atau gak, 'Julio bayi aku,' itu dia biasa aja, gak ada protes atau marah. Bahkan dia seneng kalau dimomong sama aku, ... ,
"Makanya tadi pagi aku ke psikolog dulu, konsultasi tentang Julio, tanpa Julionya. Karena dia bener-bener gak mau ketemu psikolog. Terus kata dokternya, ada kemungkinan munculnya Ali jadi trigger untuk traumanya Julio muncul. Dia takut aku bakal sama kaya Ibu dia. Makanya Julio sering mimpi aku mukulin dia, atau dia bakal jadi sama kaya Ayahnya yang gak tau kondisi anaknya sama sekali."
"Terus, kata dokternya, apa yang harus dilakuin?" tanya Jihan.
"Aku cuman perlu nunjukin ke Julio kalau aku gak sama kaya Ibunya. Hari ini aku manggil petugas untuk pasang CCTV di setiap sudut rumah, jadi Julio bisa mantau juga. Biar dia bisa tau, aku bakal sayang ke Ali walaupun dia gak di rumah."
Kanaya mengusap bahu Taliya. "Semoga semuanya cepet membaik, ya. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan minta bantuan kita."
Taliya mengangguk dan menyandarkan kepalanya pada bahu Telma. "Mungkin ini ujian juga untuk keluarga aku. Ngeyakinin Julio kalau aku gak sama kaya Ibunya itu gak gampang."
"Kita bakal support kamu kok," ujar Winnie yang kemudian menggenggam tangan Taliya yang sedang menggendong Ali.
.
.
."Gimana, Ce?" tanya Telma saat melihat bagian baru di rumah Aji dan Cecilia.
Cecilia bertepuk tangan dengan ceria. "Gak sabar ajak Mbak semua buat nonton di studio aku."
Telma mengangguk. "Tinggal dipasang ini-itu, setelahnya kamu bisa nonton di bioskop pribadi."
"Makasih, ya, Mbak."
"Sama-sama."
Cecilia dan Telma kemudian ke luar dari bioskop mini yang baru dibangun. Keduanya berjalan menuju depan rumah. Saat sudah di bagian depan rumah, mereka mendapati Jihan yang berada di dapur.
"Hai, Ce. Ini pesenan lasagna kamu, ya," ujar Jihan menunjuk tas kertas berisi lasagna.
"Mbak jualan lasagna?"
Jihan terkekeh dengan gelengan kepala. "Ini orangtua temennya Bisma yang jual. Cece pernah nyobain terus dia mau lagi, jadi aku pesenin."
"Berapa, Mbak? Aku transfer aja, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Rengganis [On Hold]
HumorSeason 2 dari Desperate Housewives Hanya sebuah cerita dari setiap keluarga di komplek Rengganis.