Pulang Cepet

577 102 100
                                    

"Bang Yuta." 

Winnie menaiki kasur dan duduk menghadap Yuta yang sedang membaca buku di atas kasur. Kebiasaan Yuta adalah membaca buku sebelum tidur. 

"Ada apa, Dek?" Yuta menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja nakas. Memberikan atensi penuh untuk sang istri. 

"Aku denger rumor." Winnie mnghentikan ucapannya untuk mengolah kata yang akan diucapkannya. "Katanya Karen ke kantor kamu, ya?"

Yuta tersenyum kecil dan mendekat ke arah Winnie. Tangannya meraih tangan sang istri untuk digenggam. "Abang tau jika Abang salah."

Winnie menatap Yuta dengan mata berkaca-kaca. Siap untuk menangis kapan saja. 

"Abang harusnya bilang ke kamu sejak awal."

Winnie menarik tangannya dari genggaman tangan Yuta. "Aku salah apa, Bang?"

"Kamu gak salah apa-apa, Winnie. Abang harusnya cerita tentang Karen yang datang ke kantor. Abang mau selesaiin dulu masalahnya, baru cerita semua ke kamu. Abang gak mau kamu telpon Papa dan Mama."

Mendengar hal tersebut, Winnie berdiri dan menjauh dari kasur. Air mata sudah menetes dari matanya. "Aku bakal telpon Mama dan Papa. Abang udah khianatin aku."

Yuta menyatukan alisnya. Ia bangun dari kasur, hendak menghampiri Winnie. "Maaf karena aku tidak cerita ke kamu, Dek. Tapi tolong jangan sampai Mama dan Papa tau, Dek."

"Abang perlu aku laporin ke Mama dan Papa. Abang udah selingkuh dari aku!"

"Demi Tuhan, Abang tidak selingkuh, Dek."

Winnie menangis. "Abang kalau seks sama aku selalu pake kondom. Terus ada rumor di kantor Abang. Abang juga gak ada cerita apa-apa ke aku. Gimana aku gak nuduh Abang selingkuh sama Karen?"

Yuta menghela napas pelan. Ia memejamkan matanya untuk mengatur emosinya. "Abang sedang mengirim Karen ke tempat yang jauh, Dek. Bagaimanapun juga, dia seorang wanita hamil. Jangan sampai Mama dan Papa tau."

"Aku benci banget sama Abang!" Winnie berteriak marah. 

"Adek sayang, tolong dengar Abang dulu." Yuta menghalangi jalan Winnie yang hendak ke luar kamar. "Abang bukan kasihan dengan Karen. Abang kasihan dengan bayi yang dikandung oleh Karen. Bagaimanapun juga, bayi yang dikandung Karen tidak bersalah sama sekali. Bayi itu perlu kesempatan untuk hidup, Dek."

Air mata mengalir semakin deras dari mata Winnie. "Abang kenapa baik banget sama orang yang udah jahat ke kita?" 

"Ada bayi tidak berdosa, Dek. Kita jangan sampai kehilangan kemanusiaan kita hanya karena seorang perempuan yang memang sudah banyak dosa. Nanti, setelah bayinya lahir, Abang akan tes DNA agar kamu bisa percaya. Tunggu 3 bulan lagi, ya, Dek."

Napas Winnie tersendat dengan tangisan yang mulai mereda. "Ada satu cara untuk buktiin kalau emang Abang gak selingkuh bahkan sampai seks sama Karen."

"Akan Abang lakukan jika memang bisa membuat kamu percaya."

"Seks sama aku tanpa kondom. Sekarang."

Yuta menganggukkan kepalanya. "Tapi kamu harus tau, jika Abang tidak pakai kondom, kamu ada kemungkinan hamil. Kamu sudah siap dengan itu?"

Winnie mengangguk pasti. "Abang ngomong gitu biar gak jadi seks sama aku bukan?"

Yuta meraih pergelangan tangan Winnie dan membawa sang istri menuju kasur. 

Oke, mari kita biarkan mereka untuk menyelesaikan kesalahpahaman mereka. 

.
.
.

"Cerah banget nih mukanya," goda Jihan saat memasuki dapur rumah Winnie. 

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang