Selesai

501 99 112
                                    

"Masuk, Mas Soekma." Jenita menyingkir dari pintu untuk membiarkan Soekma masuk ke dalam rumahnya. "Tadi Jeje bilang langsung ke ruang kerja aja. Ayo aku anter ke ruang kerjanya Jeje."

Jenita pun berjalan lebih dulu untuk memberikan arah kepada Soekma untuk menuju ruang kerja Jerico. Tangannya kemudian membuka pintu ruang kerja Jerico dan memberikan izin untuk Soekma duduk di sofa yang terletak di tengah ruangan.

"Bisma masih di rumah Hedia, ya, Mas Soekma?"

"Iya, dia masih marah sama Bundanya," jawab Soekma tanpa tenaga.

"Pasti Mbak Jihan kangen banget ditinggal seminggu sama Bisma."

"Banget,"

"Duduk, Mas Soekma."

"Ini gak dirapiin dulu?" tanya Soekma yang merasa tidak nyaman dengan berbagai kertas yang terlihat penting dan rahasia di atas meja dekat sofa yang ditunjuk Jenita.

"Aku gak berani pegang kerjaan Jeje. Dia juga inget persis gimana berkas-berkas dia pas ditinggal. Jadi kalau berubah, dia bakal tau. Biarin aja, Mas Soekma. Bentar, ya. Aku siapin minum dulu."

"Gak usah repot, Mbak Nita."

"Cuman kasih air mineral kemasan botol gak bikin aku capek," jawab Jenita yang kemudian ke luar dari ruang kerja

Soekma pun mendudukan dirinya di sebuah sofa panjang. Pandangannya berpendar ke sana ke mari untuk melihat ruang kerja Jerico yang cukup besar untuk ukuran di dalam rumah.

Puas melihat ruang kerja Jerico dari tempatnya, mata Soekma tanpa sengaja melihat berkas yang berada di atas meja. Demi apapunf, Soekma tidak ada niatan untuk mencari tahu ataupun ingin tahu berkas pekerjaan Jerico. Namun, sebuah foto di atas meja membuat tangan Soekma mengambil berkas tersebut.

"Eh, Mas Soekma udah dateng?" Jerico masuk ke dalam ruang kerja dan melangkah ke arah Soekma.

"Mas Rico, dia siapa, ya?" Soekma menunjuk kertas di tangannya.

"Oh, saya lagi bantu temen di kejaksaan. Temen nanganin kasus penyulikan dan perdagangan anak. Mas Soekma kenal?"

"Dia yang dateng ke rumah dan ngaku kalau Bisma sengaja dituker sama perawat di rumah sakit."

Jerico mengambil berkas lainnya yang berada di atas meja. "Orang-orang ini juga ada?"

Soekma mengangguk atas pertanyaan Jerico. "Iya. Mereka bertiga dateng ke rumah."

Jerico mengerang. "Mas inget pernah bikin kesel orang gak? Karena orang-orang ini tuh emang kerjaannya untuk bales dendam. Mereka cari tau latar belakang keluarga Mas Soekma dulu terus bikin skenario. Rumah Mas Soekma kemungkinan ada penyadap dan kamera juga."

"Tapi kenapa bilangnya anak saya ketuker, Mas?"

"Mereka minta Mas Soek, Mbak Jihan, dan Bisma ke Australia, kan?" tanya Jerico yang mendapat anggukan dari Soekma.

"Tapi saya mau tes DNA juga. Mau pastiin ucapan mereka bener atau nggak."

"Mas ngobrol sama Mbak Jihan untuk tes DNA-nya di mana, gak?"

"Iya."

Jerico mengangguk mengerti.

"Gini, Mas Soekma. Mereka ada kemungkinan pasang penyadap di rumah Mas Soekma tanpa Mas Soekma dan Mbak Jihan sadar. Jadi, nanti ketika Mas Soekma tes DNA, ada kemungkinan mereka udah negosiasi sama rumah sakit buat palsuin hasil tes Bisma. Mau gak mau, Mas Soekma dan Bisma ke Australia buat liat 'anak asli' Mas Soekma, ... ,

"Nah, di Australia ini bahayanya. Mas Soekma dan Mbak Jihan gak bakal sadar Bisma diambil karena mental kalian berdua udah dimainin karena 'anak asli' ini. Pada akhirnya, nanti ada orang yang nyamperin Mas Soekma untuk ambil si 'anak asli'. Di situlah Bisma nanti bakal diculik, ketika dia lagi sama 'orangtua aslinya'," jelas Jerico panjang lebar.

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang