Hari Ayah

619 104 65
                                    

Taliya membuka matanya saat dirasa suasanya kamarnya terlalu ribut dan berisik. Mata yang baru terbuka sebelah itu melihat jam yang menunjukan pukul 05.45 pagi.  Ia kira, yang berbuat keributan itu Ali. Tapi ternyata Julio. 

Helaan napas lelah keluar begitu saja. Padahal Taliya baru bangun tidur. 

"Kenapa berisik banget sih, Li?" tanya Taliya yang kemudian mendudukan diri dengan bersandar pada dipan kasur. Ia kembali menghela napas saat melihat lantai kamar sudah penuh dengan baju yang tertata rapi. 

"Itu baju kenapa di lantai semua, Li?" tanya Taliya yang berusaha menahan marahnya. 

"Aku bingung pake baju yang mana."

"Kamu juga biasanya ke kantor cuman pake kemeja putih, celana bahan yang warnanya selaras sama jas kamu. Masalahnya apa? Terus kenapa baju Ali juga di lantai?"

Julio menatap malas ke arah Taliya. "Hari ini hari Ayah Nasional, Li."

Hilang sudah amarah di dalam diri Taliya. Ia tersenyum lembut ke arah sang suami dan turun dari kasur. Kakinya melangkah mendekati Julio dengan bersusah payah agar tidak menginjak baju yang tertata rapi di lantai. 

"Emang hari ini mau jalan sama Ali ke mana?" tanya Taliya saat sudah di dekat Julio.

"Ali lagi penasaran sama binatang. Kayanya aku bakal bawa Ali ke sea world or zoo." Julio menjawab dengan mata yang sibuk menatap bajunya dan baju Ali yang ditata bersisian. 

Taliya mengambil sebuah kemeja hitam lengan pendek dengan pola samar. "Ini aja," ujarnya yang kemudian menyerahkan baju tersebut kepada Julio.

"Tapi style yang ini tuh terlalu sederhana gak sih, Li?" tanya Julio saat sudah menerima baju dari Taliya. 

"Ganteng, Li," ujar Taliya yang mulai merapikan baju-baju yang berada di lantai. 

"Oke, aku pake outfit  yang kamu pilih," ujar Julio menyerah dan mulai ikut merapikan kekacauan yang dibuatnya. 

Julio tersenyum senang saat matanya menatap sepasang baju miliknya dan milik Ali yang berada di atas kasur. 

"Kenapa, kamu?" tanya Taliya dengan aneh.

"Gak sabar main sama Ali."

Taliya hanya menggelengkan kepalanya mendengar hal tersebut.

.
.
.

Cita-cita Kanaya saat menjadi seorang ibu adalah, bisa memasak bersama Hayu. Ia sangat berharap jika Hayu bisa menuruni keahliannya dalam memasak. Sudah dari lama Kanaya memimpikan hari ini. 

Sebenarnya, Kanaya bingung mencari waktu yang pas untuk mengajak Hayu memasuki dapur. Namun, karena hari ini hari Ayah Nasional, maka dari itu Kanaya berpikir jika hari ini adalah hari yang tepat untuk membawa Hayu ke dalam dapur untuk memasak pertamanya. 

"Hari ini, kita akan membuat kue," ujar Kanaya saat mengajak Hayu ke dalam dapur. 

"Wah, siapa yang ulang tahun, Eomma?"

Kanaya berjongkok agar tingginya sejajar dengan Hayu. "Hari ini adalah hari ayah," jelasnya.

Hayu menyatukan alisnya. "Bukannya kita udah rayain hari ayah?"

"Itu hari ayah sedunia. Sekarang hari ayah se-Indonesia."

"Ayo kita buat kue!" jerit Hayu dengan semangat.

Kanaya tersenyum dan mengambil penutup kepala berukuran kecil dan memakaikannya di kepala Hayu. "Anak eomma cantik."

Hayu tersenyum manis. Sangat duplikat Kanaya.

Komplek Rengganis  [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang